"Outsourcing" Infrastruktur Telekomunikasi, Mengapa Tidak? Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Ada kelompok yang berpendapat, pembangunan infrastruktur akan dilakukan jika di suatu daerah memiliki potensi pasar yang menjanjikan, tetapi ada kelompok lain yang berpandangan bahwa ketersediaan infrastruktur akan mendorong munculnya potensi-potensi ekonomi di daerah tersebut.
Pesatnya pertumbuhan telekomunikasi nirkabel di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan menara telekomunikasi yang merupakan salah satu tulang punggung layanan telekomunikasi nirkabel. Setelah sekian tahun operator harus membangun menara-menara tersebut sendiri untuk penyediaan jaringan telekomunikasinya, saat ini berkembang pola bisnis baru dengan cara bermitra dengan pihak lain yang akan menyediakan menara-menara telekomunikasi tersebut dan operator menggunakannya melalui pola sewa. Saat ini sudah ada sekitar 1.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang digunakan oleh berbagai operator telekomunikasi di Indonesia melalui pola sewa dengan pihak swasta lain yang bukan operator. Sebenarnya sejauh mana efektivitas pola sewa ini baik bagi operator sendiri, bagi pertumbuhan dan efisiensi ekonomi nasional, maupun bagi masyarakat pengguna layanan telekomunikasi. Yang sering kali menjadi keraguan bagi operator untuk menjalankan pola sewa ini adalah besarnya biaya yang sepertinya lebih menguntungkan jika mereka membangun sendiri. Tabel pada tulisan ini dapat memberikan gambaran bagi kita sejauh mana efektivitas pola sewa dilihat dari biaya yang dikeluarkan oleh operator. Dari tabel diasumsikan menara yang dibangun dengan ketinggian 42 meter di wilayah DKI Jakarta. Biaya pembangunannya sudah termasuk sewa lahan dan pembayaran retribusi sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta No 101 Tahun 2001 sebesar Rp 1 juta untuk setiap meter ketinggian yang harus diperbarui setiap tiga tahun sekali, sehingga untuk periode waktu sepuluh tahun diperlukan dana sebesar Rp 850 juta. Untuk biaya perawatan bulanan, meliputi biaya keamanan, kebersihan, listrik, perawatan peralatan Mechanical & Electrical seperti pendingin ruangan, alarm, dan jaringan listrik serta jaringan pentanahan untuk antipetir, sewa genset, dan asuransi, diperlukan biaya sebesar Rp 10 juta setiap bulannya, sehingga untuk masa sepuluh tahun sebesar Rp 1,2 miliar. Selain biaya perawatan bulanan, masih ada biaya perawatan tahunan, yaitu pengecatan menara yang biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali. Dan pengeluaran lain yang cukup besar adalah seringnya terjadi pencurian dan kerusakan peralatan pendukung menara, seperti arrester dan kabel tembaga untuk penangkal petir dan sistem pentanahan yang sering dicuri, sehingga rata-rata dialokasikan Rp 5 juta setiap bulannya. Dengan kondisi seperti itu, untuk masa selama 10 tahun, operator memerlukan biaya sebesar Rp 2,8 miliar. Sementara itu, jika penyediaan menara dilakukan melalui pola sewa dengan cakupan pekerjaan seperti di atas, nilai sewanya berkisar Rp 20 juta sebulan, operator hanya akan mengeluarkan dana Rp 2,4 miliar untuk 10 tahun. Sehingga ada selisih Rp 400 juta untuk setiap menara. Belum lagi keuntungan dari cash flow perusahaan, operator tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 850 juta di awal, sehingga uang itu dapat digunakan untuk memperbanyak penyediaan BTS (Base Transceiver Station). Salah satu kesuksesan TelkomFlexi dalam menggelar jaringannya adalah dengan kemitraan yang dilakukan dengan pihak ketiga dalam menyediakan menara-menara yang diperlukan, sehingga dalam kurun waktu kurang dari dua tahun sudah dapat menggelar lebih dari 1.000 BTS. Dalam pembangunan menara telekomunikasi ini, konflik sosial dengan masyarakat sekitar merupakan faktor yang lebih sulit diantisipasi dan menghabiskan lebih banyak tenaga, dibandingkan dengan proses pembangunannya itu sendiri. Dengan menyewa, operator akan dapat lebih fokus untuk meningkatkan kualitas layanan dan membuat aneka layanan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka, serta fokus mendorong pertumbuhan jumlah pelanggan mereka, dan masalah-masalah sosial dengan masyarakat sekitar menara dapat dieliminasi. Dengan dimilikinya menara telekomunikasi oleh pihak lain, maka penggunaan menara bersama oleh beberapa operator akan lebih mudah diwujudkan sehingga terciptanya tata ruang kota yang lebih baik dan munculnya hutan menara kota dapat diatasi. Penggunaan menara bersama oleh para operator akan sangat mengurangi biaya investasi para operator. Simulasi biaya sewa di atas adalah perhitungan dengan asumsi satu menara digunakan oleh satu operator, sehingga jika digunakan bersama-sama akan menurunkan biaya sewa yang harus ditanggung oleh setiap operator. Penurunan biaya investasi yang dikeluarkan oleh operator sudah barang tentu akan mendorong turunnya biaya produksi yang pada akhirnya akan mengurangi biaya yang harus ditanggung oleh konsumen, sehingga diharapkan biaya komunikasi akan menjadi semakin murah. Jika dari 1.000 menara ada 50 persen yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh dua operator, maka ada 500 menara yang tidak perlu dibangun. Dan jika karena penggunaan menara bersama tersebut operator hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 150 juta untuk pembangunan shelter dan pemasangan peralatan Mechanical & Electrical di dalamnya, maka biaya pembangunan yang dapat dihemat sebesar (Rp 850 juta - Rp 150 juta) x 500 menara = Rp 350 miliar. Dan biaya pengecatan menara setiap dua tahun dapat dihilangkan. Jika ada tiga operator yang menggunakan menara bersama, maka persentase menara yang dapat dihemat pembangunannya akan semakin besar. Saat ini ada lebih dari 30.000 menara di seluruh Indonesia, betapa besar dana yang dapat dihemat dari penggunaan menara bersama ini, yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas lain yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan adanya penyediaan infrastruktur telekomunikasi oleh pihak ketiga, maka iklim kompetisi sektor telekomunikasi yang selama ini sulit diwujudkan akan semakin mudah direalisasikan. Penguasaan infrastruktur oleh para incumbent yang selama ini menjadi penghambat para pemain baru, akan dapat diatasi, karena pemilik infrastruktur akan dapat memberikan layanan yang sama kepada para operator penyewa. Dan hal ini akan membantu para pemain baru untuk dapat bersaing dengan para pemain lama yang memiliki jaringan yang telah menggurita. Terwujudnya kompetisi yang sehat di sektor telekomunikasi sudah barang tentu akan memberikan keuntungan bagi masyarakat pengguna, karena akan mendorong tersedianya layanan telekomunikasi yang semakin murah dengan kualitas layanan yang semakin baik. Semoga pengharapan kita dapat segera terwujud. Indra Gunawan Sekjen Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get Bzzzy! (real tools to help you find a job). Welcome to the Sweet Life. http://us.click.yahoo.com/KIlPFB/vlQLAA/TtwFAA/IHFolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Visit our website at http://www.warnet2000.net Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/