Yth. pak Akhmad Bukhari Saleh
Kalau E-mail yang dikirim pak tatang Juhatta, oleh pak Akhmad Bukhari di
anggap sebagai milis anak IKIP. 
Lalu kalau yang saya kirim dari Republika ini masuk katagori apa yah
pak...he..he..

salam
Asodik
=====================

Republika: Selasa, 05 Nopember 2002
Bom Bali, Mikronuklir?
Oleh : Dr Uray M Dani dan Dr As Natio Lasman

Upaya keras kita untuk mempertahankan citra, bahwa Indonesia adalah negara
yang bebas teroris internasional langsung buyar ketika tiga kali ledakan
mengguncang Bali -- pulau wisata yang merupakan cermin kesyahduan dan
ketenangan. Argumen apapun yang dikemukakan tentang keamanan Indonesia
nyaris kandas di atas fakta bahwa pukul 23.05 (Sabtu, 12 Oktober, 2002) di
tengah kesunyian misteri Pulau Dewata, ledakan dahsyat menggetarkan Legian
Bali dan menyisakan kawah sekitar 7 meter.

Mantan Kabakin, ZA Maulani, menggambarkan bahwa dalam tempo lima mikro-detik
detonasi yang sangat dahsyat berupa gelombang-tekan (shock-wave) berkekuatan
satu juta kaki per detik membongkar aspal, batu dan tanah dengan bobot 2 ton
di permukaan jalan di depan Sari Nightclub dan melemparkannya ke udara.
Tanah dan pasir berputar ke segala arah laksana puting-beliung,
memotong-motong tubuh para pengunjung menjadi laksana serpihan mie kweetiao.
Potongan-potongan tubuh manusia diterbangkan sampai beberapa blok jauhnya. 

Mereka yang berada di perifer radius demolisi yang panjangnya 200-an meter
juga tewas meski dengan tubuh utuh, tetapi tulang-belulang mereka
patah-patah remuk-redam oleh gelombang-tekan yang menerpa mereka. Ledakan
ini menewaskan 187 orang, melukai 250-300 orang, menghancurkan 47 bangunan,
beberapa mobil terlempar sampai 6 meter ke udara dan membakar seratusan
mobil dari berbagai jenis. Getaran terasa sampai jarak 12 kilometer dari
titik ledak.

Menurut pakar bahan ledak, Joe Vialls, berdasarkan data lapangan dan
analisis foto satelit atas dampak demolisi bom tersebut meyakini bahwa bom
yang digunakan adalah jenis non-konvensional yakni mikronuklir atau Special
Atomic Demolition Munition (SADM). Dan, menurutnya, Dunia Islam belum
memiliki akses kepada bom jenis ini. Negara-negara yang memiliki senjata
jenis ini adalah Amerika, Israel, Inggris, Perancis, Rusia dan mungkin
China.

Menurut Vialls, di bawah pengaturan pertahanan yang sangat rahasia
negara-negara Persemakmuran dan negara-negara tertentu lainnya ditengarai
menyimpan senjata jenis tersebut dalam jumlah yang sangat terbatas dengan
status 'titipan' di wilayah negara masing-masing. Turner, pengelola acara
talk show sebuah radio di Amerika Serikat, bahkan menduga Israel terlibat
dalam bom Legian itu (Republika, 2/11/02). Benarkah bom Legian itu jenis
mikronuklir?

Teknologi Bom Nuklir
Berdasarkan fenomena nuklir yang dikembangkan, paling tidak ada beberapa
jenis aplikasi nuklir untuk teknologi bom. Yang pertama dan populer adalah
bom nuklir konvensional ukuran besar seperti yang dijatuhkan di Hiroshima
dan Nagasaki pada Perang Dunia Kedua maupun mikronuklir seperti SADM. 

Bom nuklir tipe ini menggunakan prinsip fisi (pembelahan) unsur berat
seperti uranium-235 atau plutonium-239. Tipe Kedua adalah bom thermo nuklir
yang menggunakan reaksi fusi (penggabungan) atom-atom ringan seperti
hidrogen, deutrium, atau tritium. Enerji gabungan unsur-unsur ringan ini
sekitar 1.2 MeV. Dan tipe ketiga adalah jenis dirty bomb, yang memanfaatkan
efek radiasi pengion sebagai sumber histeria.

Bom nuklir tipe pertama di atas memanfaatkan enerji pembelahan nuklir
sebagai tenaga ledakan. Seperti juga reaksi pada TNT yang bersifat
eksotermis, maka enerji dari proses fisi 1 atom uranium atau plutonium akan
memancar sebesar sekitar 2 MeV. Proses nuklirnya mirip dengan apa yang
terjadi di PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). 

Sehingga --karena masifnya -- enerji setara 4 ton TNT yang kurang lebih
sebesar mobil Isuzu Phanter dapat direduksi dalam mikronuklir hanya menjadi
seukuran gelas dan tidak lebih dari ukuran pipa berdiameter 30 cm. Karena
memanfaatkan reaksi fisi, maka setelah meledak dari mikronuklir akan
ditimbulkan atom-atom hasil fisi radioaktif, yang utama, seperti Tc-99,
I-129, Cs-137, Mo-100, Ce-142, Xe-134.

Bom nuklir tipe kedua -- thermo nuklir -- mempunyai daya ledak di bawah bom
fisi. Proses nuklirnya seperti proses nuklir di Matahari. Berbeda dengan bom
nuklir tipe fisi yang menimbulkan sampah hasil fisi yang radioaktif, maka
bom fusi lebih 'bersih'. Kesulitan utama bom nuklir tipe ini adalah
menghasilkan enerji awal agar proses fusi dapat terjadi. Karenanya digunakan
teknik dua tingkat, dimana pemicu enerji awal diperoleh dari ledakan fisi
atau enerji konvensional lainnya agar proses fusi dapat dimungkinkan.

Bom nuklir tipe ketiga memanfaatkan efek radiasi dan kontaminasi nuklir
sebagai pemicu histeria publik. Sesuai dengan julukannya (dirty), maka bom
nuklir jenis ini sebenarnya adalah bom jenis biasa yang dilapisi zat
radioaktif seperti Co-60, Cs-137 atau Ir-192 sebagai pengotor. Dengan
pengotor radioaktif tersebut, maka saat meledak zat radioaktif itu akan
tersebar mengkontaminasi lingkungan, dan mengenai penduduk. 

Karenanya daerah yang kena paparan bom harus diisolasi untuk proses
dekontaminasi yang memerlukan waktu 1-3 tahun. Jadi bom tipe ini tidak
memanfaatkan eksplosivitas nuklir, tetapi bahaya radiasi pengionnya.

Kasus bom yang menggunakan depleted uranium (uranium sisa dari pabrik
pemurnian nuklir) juga menarik. Awalnya uranium sisa ini digunakan sebagai
pemberat/pengarah karena memiliki densitas tinggi. Namun, karena logam ini
dapat meleleh pada temperatur tinggi, maka lelehannya dapat menyebar dan
menjadi 'dirty'. Efek 'dirty' dari radioaktif ini memang cocok untuk
memancing histeria masyarakat dan pantas digunakan teroris.

Bom Bali
Lalu apa jenis bom Legian itu, apakah mikronuklir? Dari data yang
terpublikasi dan karakteristik bom nuklir di atas, maka dugaan bahwa bom
Legian adalah mikronuklir mendapat dukungan. Namun untuk memastikan lagi,
perlu diambil data-data lapangan untuk diukur baik secara kualitatif maupun
kuantitatif kandungan zat radioaktifnya. 

Secara kualitatif perlu diketahui radionuklida yang ada di tanah lubang
bekas ledakan serta daerah sekitar, apakah merupakan hasil fisi atau
'dirty'. Kemudian hasil analisis perlu dibandingkan dengan radiasi
latar-belakang (background) atau debu fallout (sebaran radiasi dari
percobaan nuklir sebelumnya) untuk meyakinkan bahwa itu benar-benar berasal
dari bom, bukan telah ada sebelumnya.

Menurut penulis pembuktian berdasarkan alur 'jenis bom', yang nampaknya
Indonesia terkesan tertinggal dari Australia tetap penting. Kita mesti
secara akurat mengidentifikasi data lapangan untuk kemudian
mengembangkannya, meski alur pembuktian melalui 'orang yang diduga terlibat'
juga penting. Kesan ini muncul, karena publikasi dari aparat terkait tentang
jenis bom Legian beberapa kali nampak berubah-ubah. 

Mula-mula diakui C-4 (bom jenis ini hanya dimiliki Amerika, Inggris, dan
Jerman yang dapat memproduksinya), bom eksplosif tinggi yang merupakan bahan
peledak militer. Ketika beberapa petinggi militer diketahui berada di
sekitar lokasi pada selang waktu kejadian, dengan caranya sendiri TNI
melakukan uji coba peledakan TNT untuk membuktikan bahwa TNI tidak terlibat
peledakan bom Legian. Kemudian Polri-melalui Wakabahumas Mabes-membenarkan
bahwa jenis bom adalah TNT 50-100 kg.

Informasi yang berubah-ubah seperti itu mengesankan Polri tidak profesional.
Padahal kita berharap Polri cermat dalam mengungkap kasus ini, mengingat bom
Legian adalah kasus besar yang berdimensi internasional dan sangat berkaitan
dengan citra kaum Muslimin.

Lalu kenapa kita sangat berkepentingan dengan pembuktian melalui jalur jenis
bom ini? Karena umat Islam merasa tersudut. Tidak mungkin umat Islam
Indonesia melakukan tindakan biadab, yang menghalalkan nyawa ratusan orang.
Karenanya tesis yang secara tanpa sadar dipercaya umat adalah bahwa semua
ini adalah ulah Amerika dan Israel untuk mengacak-acak Indonesia, negara
yang notabene terdiri dari umat Islam terbesar di dunia. 

Dengan reformasi dan demokratisasi di Indonesia, peluang bagi membaiknya
kehidupan kaum Muslimin menjadi dimungkinkan. Terbukti kaum Muslimin semakin
berani mengekspresikan diri dan menuntut hak-hak mereka. Sementara Amerika
berkepentingan untuk menjadikan Indonesia sebagai sekutunya untuk memerangi
teroris (yang dipersepsi sebagai Islam). Maka ini adalah posisi diametral.

Karenanaya tanpa ledakan bom Legian akan tetap sulit untuk menyatakan bahwa
teroris internasional ada di Indonesia termasuk juga menangkapi tokoh-tokoh
Islam dari FPI, Laskar Jihad dan Majelis Mujahidin Indonesia. Buktinya sejak
peledakan Bali, bukan saja 2 buah perpu Anti Terorisme ditandatangani
Presiden, penangkapan terhadap tokoh Islam pun meningkat dan bahkan terkesan
arogan (lihat saja kasus penangkapan Ba'asyir di RS Muhammadiyah). 

Nah, kalau secara akurat jenis bom Legian dapat dibuktikan dan ternyata
adalah mikronuklir atau C-4 (yang keduanya hanya dimiliki negara maju
seperti Amerika dan Dunia Islam tidak memiliki akses) maka dugaan kaum
Muslimin bahwa biang-keladi semua ini adalah Amerika dan Israel akan semakin
kuat. Itulah karenanya kenapa pembuktian dari jalur jenis bom menjadi
penting. Karenanya harapan kita Polri perlu tetap mengarahkan
penyelidikannya dalam jalur ini.

Anggota Tim Teknis Pencari Fakta Kasus Bom Bali MUI Pusat dan Peneliti
ISTECS (Institute for Science and Technology Studies)


> -----Original Message-----
> From: Akhmad Bukhari Saleh [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: Friday, 1 November 2002 10:16 PM
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      [yonsatu] Re: Hot News : Israel memang terlibat ko !!
> 
> ----- Original Message -----
> From: <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Friday, November 01, 2002 9:14 AM
> Subject: [yonsatu] Hot News : Israel memang terlibat ko !!
> 
> 
> > FYI...mudah2an belum baca.
> >
> > > Ledakan Bom Bali Bukan C4 Tapi Mikro Nuklir!
> > > Reporter : Rita Uli Hutapea
> >
> > > Jakarta,
> > > Berita yang beredar selama ini adalah bahan peledak C4
> > > digunakan dalam ledakan bom Bali, 12 Oktober lalu. Namun
> > > ternyata ada kabar baru. Bukan C4 yang digunakan, melainkan
> > > 99,78 persen murni plutonium 239 tanpa uranium 238 &#8220;
> > > neutron reflector&#8221;.
> > > Plutonium yang digunakan ini diproduksi di Dimora, Negev, Israel.
> 
> Wah, ini milisnya anak ITB apa anak IKIP nih?
> Malulah menyebarkan dongeng yang beginian.
> (Eh. sorry, jangan IKIP dong ya... Tapi nggak apa-apa lah, kan sekarang
> IKIP
> sudah nggak ada lagi).
> 
> Bahkan si Rita Hutapea sendiri pun sudah menulis artikel lanjutan sebagai
> di
> bawah ini.
> 
> Wasalam.
> 
> ==============================
> 
> Kontroversi Mikro Nuklir Dipakai di Bali
> Reporter : Rita Uli Hutapea
> 
> detikcom - Jakarta, Kemungkinan bom Bali adalah mikro nuklir sebagaimana
> dipublikasikan situs www.halturnershow.com/BaliBlast2.html mengundang
> kontroversi. Setidaknya kontroversi ini mendapat tanggapan serius dari
> kalangan pembaca detikcom.
> 
> Seorang pembaca bernama Petit Wiringgalih yang ahli di bidang sains nuklir
> melalui emailnya mencoba meluruskan 'rumor' digunakannya bom mikro nuklir
> di
> Bali.
> "Saya tidak mampu mengerti mengapa cerita seaneh itu bisa muncul dalam
> pemberitaan," kata mahasiswa Chemical Engineering at University of
> Adelaide,
> South Australia ini.
> 
> Menurut Petit, artikel yang disajikan www.halturnershow.com tersebut sama
> sekali tidak ilmiah karena banyak mengandung kesalahan-kesalahan
> fatal. "Saya lebih melihat artikel Hal Turner sebagai karangan yang penuh
> lelucon," kata Petit yang menurut situs pribadinya harus bekerja di
> BATAN-Puspitek Serpong setelah lulus sekolah.
> 
> Masih dikatakan Petit, Plutonium 239 memang adalah bahan ledak nuklir yang
> pernah dipakai di Nagasaki, dan memerlukan unsur yang stabil seperti
> Uranium
> 238 (Uranium 235 merupakan bahan ledak nuklir yang dipakai di
> Hiroshima) untuk menyaring neutron yang dipancarkannya.
> 
> Jika diledakkan, selain menimbulkan daya tekan dan hawa panas yang luar
> biasa, radiasi-radiasi pun dipancarkan, tapi yang berbahaya hanyalah gamma
> dan neutron.
> Radiasi beta dan alpha tidak akam mampu membunuh manusia karena beta hanya
> mempunyai daya jelajah beberapa cm dan alpha hanya beberapa mm.
> 
> "Kertas tipis dan kulit manusia pun mampu menahan radiasi alpha.
> Bahan pemancar beta dan alpha baru berbahaya bila dikonsumsi manusia yang
> bisa berakibat kanker.
> Jadi jelas mustahil sinar alpha yang dipancarkan "bom mikro-nuklir" itu
> bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam sekejap," jelas Petit
> yang terlihat ahli dalam soal nuklir.
> 
> "Saya juga tidak mengerti, bagaimana mungkin sebuah bahan radioaktif bisa
> 'dicuci' dari radiasi beta dan gamma sehingga hanya radiasi alpha yang
> muncul," kata Petit.
> 
> Masih dikatakan Petit, kesemua radiasi itu adalah bagian integral dari
> bahan
> radioaktif yang berhubungan dengan tingkat energi dalam inti atom.
> Anak SMU pun tahu kalau ini mustahil dilakukan. Memang benar Geiger
> counter
> takkan mampu mendeteksi sinar alpha, namun radiasi beta dan gamma yang
> mustahil 'dicuci' pasti akan terdeteksi. Kontaminasi oleh radiasi alpha
> juga
> tidak begitu sulit dideteksi.
> 
> "Saya bisa saja menelanjangi lebih lanjut tentang dongeng si Hal Turner,
> tapi ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa berita itu tidak masuk akal,"
> kata Petit.
> 
> Sedangkan seorang pembaca bernama Lili Santoso juga menyatakan tidak
> percaya
> atas analisa yang dilemparkan oleh situs Hal Turner.
> Lili sebagaimana juga Petit menyayangkan detikcom ikut menerjemahkan dan
> melansir kontroversi yang dinilainya tidak bermutu itu.
> 
> Emilia Tjandrawati melalui emailnya malah menuding Hal Turner tidak layak
> dipercaya. Emilia menuding situs Hal Turner jelas-jelas situsnya gerakan
> ext
> rem kanan macam Neo Nazi atau Klux Klux Clan, sangat anti-Semit,
> anti-Asia,
> anti-Islam dan anti-toleransi.
> 
> 
> 
> 
> 
> --[YONSATU -
> ITB]----------------------------------------------------------
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:yonsatu-moderators@;mahawarman.net>
> Unsubscribe    : <mailto:yonsatu-unsubscribe@;mahawarman.net>
> Vacation       : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu>
> 1 Mail/day     :
> <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest>
> 
> ---
> Incoming mail is certified Virus Free.
> Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
> Version: 6.0.408 / Virus Database: 230 - Release Date: 24/10/02
>  
> 
---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.408 / Virus Database: 230 - Release Date: 24/10/02
 

--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:yonsatu-moderators@;mahawarman.net>
Unsubscribe    : <mailto:yonsatu-unsubscribe@;mahawarman.net>
Vacation       : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke