Berita Menko Ekonomi membeber unek-unek bukan baru sekali ini. Bahkan di acara pembukaan Kongres PII bulan lalu saya dengar sendiri dalam pidatonya juga begitu. Tetapi dari berkali-kali penyampaian keluh-kesahnya itu, termasuk waktu menjawab pertanyaan gencar para insinyur di PII itu, justru yang terkesan adalah tidak kompetennya Dorodjatun sebagai seorang menteri, apalagi menko yang harus memimpin sejumlah menteri lain. Sepertinya sudah 6 bulan dia jadi menko, yang terlihat muncul bukannya leadershipnya, tetapi tetap saja hanya sosoknya sebagai sekedar seorang pengamat ekonomi yang cengeng.
Mustinya paling lama sebulanlah dia boleh berkeluh-kesah ketika menemukan ketidak-beresan ekonomi kita, yang notabene semua orang juga sudah tahu. Tetapi selanjutnya dia harus keluar dengan konsep penyelesaian masalah, merumuskan kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan konsep itu, mengambil langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan itu, dan memperlihatkan kinerja kepemimpinan sebagai nakhoda tim ekonomi. Namun yang kita lihat semua itu nihil, konsep tidak jelas, kebijakan tidak muncul, langkah ragu-ragu terus, sesama menteri ekonomi jalan sendiri-sendiri bahkan saling ribut. Dan terakhir ini sampai-sampai Presiden menugaskan Wapres membuat tim ekonomi, yang berarti fungsi koordinasi perekonomian kita sudah difungsikan oleh dua lembaga, kantor wapres dan kantor menko ekonomi. Wah, makin amburadul saja ekonomi Indonesia. Dia juga berkeluh-kesah tidak mau tahu soal politik. Menteri nggak bisa ngomong begitu, karena jadi menteri itu jabatan politis. Lihat Menko Kesra, tugasnya tidak hanya bagi-bagi beras untuk para pengungsi korban konflik Poso dan Ambon. Itu kerjaannya para birokrat pegawai negeri. Menko Kesra sebagai pejabat politis harus turun tangan mengatasi akar permasalahan konflik itu dari segi politisnya, antara lain dengan apa yang dilakukannya, yaitu berinisiatif mengadakan Pertemuan Malino. Jadi analoginya Menko Ekonomi, yang pernah Dubes di AS, harusnya bisa menarik keuntungan dari sikap AS yang memerangi terorisme, untuk perbaikan perekonomian kita. Memang untuk itu seorang Menko Ekonomi mungkin harus mengambil pilihan yang sangat rumit dalam bersikap terhadap permintaan pemblokiran lembaga keuangan pendukung elemen Islam radikal, tetapi itulah risiko jabatan politis. Saya bersahabat dekat sekali Dorodjatun, yang berpuluh tahun tetangga se-RT dengan saya. Seluruh keluarga dia dan keluarga saya saling kenal, bahkan salahsatu kakaknya lama sekali menjadi sekretaris ayah saya di suatu departemen. Waktu mahasiswa kami juga sering berinteraksi sebagai sesama aktivis mahasiswa yang aspirasi politisnya "sealiran". So my comments on him hereabove is nothing personal. It's just that we need a better person to anchor our economic team. Wasalam. -- --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>