Ini lagi nih forward-an dari milis Hankam untuk mengisi kesepian. Wasalam.
==================================================== ----- Original Message ----- From: Pria Duarsa To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 09, 2002 10:57 AM Subject: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5)) > ----- Original Message ----- > From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [hankam] The Jakarta Axis (bagian 5) > > ... Kebetulan dari pertengahan 1960-an sampai awal > > 1970-an saya sering sekali main ke Batujajar (termasuk > > Situ Lembang) karena punya hobby yang kebetulan > > ditekuni juga oleh teman-teman di Pusdik itu. Pak Akhmad Bukhari, bisa nggak diceritain sedikit ttg Pusdikpassus di Batu Jajar..? Ya situasinya, atau apalah. Soalnya saya tertarik dengan satuan ini. Makasih sebelumnya. Salam, ================================= ----- Original Message ----- From: Akhmad Bukhari Saleh To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 10, 2002 6:34 PM Subject: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) > Pak Akhmad Bukhari, bisa nggak diceritain sedikit > ttg Pusdikpassus di Batu Jajar..? Ya situasinya, > atau apalah.. Soalnya saya tertarik dengan satuan ini. Wah, saya sudah cukup lama tidak ke sana. Terakhir waktu Prabowo belum lama menjadi Komandan di sana, ada HUT Kopassus yang dirayakan di berbagai unit-unitnya, dan dia mengundang saya ke upacara yang di Batujajar. Ketika itu masih Kolonel (bayangkan, sekarang dia sudah Letjen Purn), dan Kol. Edi Wibowo, ajudan Presiden sekarang, waktu itu Komandan Latihan Para (Danlatra) di sana dengan pangkat Mayor. Setelah sekian lama mestinya ada cukup banyak perubahan di sana (mudah-mudahan), sehingga tentunya pengetahuan saya tentang unit ini sudah kadaluwarsa. Tetapi yang pasti bisa saya katakan, kurang tepat menyebut mereka sebagai "satuan", karena personil Kopassus di sana tidak terbentuk dalam satuan seperti group-group Kopassus lainnya, melainkan hanya personil yang mengawaki suatu institusi pendidikan saja. Namun karena personil lembaga pendidikan ini semuanya berkwalifikasi para-komando, dalam sejarahnya memang pernah mereka dikerahkan untuk penugasan combat dalam format satuan. Antara lain ketika serangan pertama ke Timtim di tahun 1975. Kali yang lain, sebelumnya, adalah ketika unit ini, komandannya ketika itu Letkol. Djaelani, terlibat dalam semacam "kudeta" di Jakarta pada awal tahun 1950-an, tetapi karena communication failure, mereka tidak jadi masuk Jakarta. Selebihnya, kalau personil Batujajar terlibat dalam penugasan combat, keterlibatannya bersifat perorangan, yaitu dengan di-BP-kan dalam satuan-satuan Kopassus lainnya. Walaupun sudah lama tidak ke sana, setahu saya secara garis besarnya unit itu masih tetap berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan prajurit TNI-AD dengan kwalifikasi special forces. Pusdik ini hanya menerima siswa yang sudah menjadi tentara, bukan new recruit. Program utamanya adalah pendidikan airborne dan commando. Di airborne school-nya ada pendidikan para dasar, pandu udara (pathfinder), dan terjun bebas (baik HALO = high altitude low opening, maupun HAHO = high altitude high opening). Di commando school-nya ada pendidikan komando, sandi yudha, dan akhir-akhir ini gultor (penanggulangan teror). Airborne school-nya memakai sistem Fort Benning, USA, semua peralatannya 90% sama dengan yang ada di Amrik sana. Sedangkan commando school-nya memakai sistem Inggris, yang lebih mengandalkan pada skill, mental and character build-up ketimbang teknik penguasaan pemakaian peralatan khusus dan canggih, walaupun lambat laun ada juga pengaruh USSOCOM (simulator menembak dengan laser baru saja dipasang di sana). Tentunya ada teman-teman lain di milis ini yang bisa mengemukakan keadaan Bautujajar secara lebih up to date. Kalau saya yang harus cerita, kuatir terlalu banyak salah ingatnya. Dalam hubungan "salah ingat" ini, saya ingin menyampaikan koreksi. Dalam tanggapan saya terhadap posting "The Jakarta Axis Bagian 5", saya katakan: > Kalau tentara Laos memang iya, pernah saya lihat dilatih > di sana. Begitu juga adanya anggota US Special Forces > sebagai MTT di sana, antara lain tokoh legendarisnya, > Dick Meadows (dan tentang tentara Laos serta Meadows > ini sudah pernah saya posting-kan juga di milis kita ini). > Tetapi tidak pernah saya ingat melihat adanya tentara > Kamboja dan Malaysia sebagai siswa di sana pada > masa-masa itu. > (Namun bisa saja saya salah ingat, ini sudah lebih dari > 30 tahun yang lampau). Ternyata saya memang telah salah ingat! Bulan Juli yang lalu di Jedah, Arab Saudi, ada kejuaraan terjun payung internasional Di sana, salahsatu atlet tim Indonesia yang kebetulan personil Batujajar, sempat terlihat akrab dengan dua anggota tim Malaysia. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa mereka itu, seorang kolonel dan seorang mayor, adalah bekas muridnya di Batujajar 30 tahun yang lalu. Jadi dulu itu memang ada tentara Malaysia yang dilatih komando di Batujajar. Wasalam. ===================================== ----- Original Message ----- From: Pria Duarsa To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 11, 2002 7:18 AM Subject: Re: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) > ----- Original Message ----- > From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus > (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) > > ... secara garis besarnya unit itu masih tetap > > berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan > > pelatihan untuk menghasilkan prajurit TNI-AD > > dengan kwalifikasi special forces. Saya pernah bertemu seorang prajurit Kopassus. Dia memang memakai baret, lambang kesatuan dan grup (M=Mako) Kopassus, tapi di lengan kanan dan di dada kiri tidak terlihat 'tanda' kualifikasi "komando"... Bisa dijelaskan..? > > Pusdik ini hanya menerima siswa yang sudah > > menjadi tentara, bukan new recruit. Saya pernah lihat ada 'pengumuman' penerimaan untuk menjadi prajurit Kopassus. Berarti 'new recruit' dong Pak..? =========================================== ----- Original Message ----- From: byu birowo To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 11, 2002 12:39 AM Subject: Re: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) Mungkin dalam posting saya ini bisa sedikit memberikan info berkaitan dengan Pusdikpassus Batujajar, khususnya tentang permasalahan new recruit atau bukan bagi calon prajurit Kopassus. Memang kalo dilihat dari sejarahnya sejak jaman idjon jambi (eks speciale troopen / pasukan khusus Belanda) yang merupakan instruktur pertama Kopassus, kebanyakan para calon siswanya adalah para prajurit eksisting yang memenuhi kualifikasi tertentu. Karena pendidikan yang ada adalah pendidikan komando ( dengan beberapa macam kualifikasi, sandhi yudha, demolisi, anti teror dan parako) maka diperlukan prajurit yang sudah jadi, agar mudah dalam pembentukannya dan tidak kaget lantaran beratnya pendidikan. Aturan ini juga berlaku di pendidikan pasukan khusus negara lain,seperti SAS (minimal 3 tahun dinas aktif ), Sayeret Makail, atau Green Beret. Dan kalo di kita sih juga lantaran waktu itu jumlah kebutuhan pasukan khusus belum terlalu banyak mungkin( tiga grup aktif). Akan tetapi mulai tahun 1996/97 sejak Prabowo mulai pegang peranan di Kopassus, termasuk dengan rencananya pemekaran Kopassus menjadi 5 grup dengan jumlah sekitar 7000 prajurit, untuk memenuhinya maka dilakukan sistem rekrutmen langsung untuk tingkat Tamtama dari umum, meski hal ini tidak lazim di Kopassus, (lantaran pelatihan harus dimulai dari tingkat dasar sekali, tetapi dengan periode waktu total sampai tingkat dasar komando sekitar 9 bulan, yang biasanya ditandai dengan acara pembaretan di Nusakambangan, Cilacap). Konsekuensi dari sistem itu memang banyak calon yang gagal/gugur, tetapi dapat memenuhi target kuantitas yang dikejar. Bahkan saat DOM Aceh ada 2 batalyon kopassus disana. Karena memang hanya pasukan khusus yang efektif untuk counter insurgency / anti guerillya melawan GAM. Jadi demikianlah info saya tentang masalah sistem rekruitmen di Batujajar. =========================================== ----- Original Message ----- From: Akhmad Bukhari Saleh To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 12, 2002 1:31 AM Subject: Non-Commando (Re: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5)))) ----- Original Message ----- From: Pria Duarsa To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 11, 2002 7:18 AM Subject: Re: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) > => Saya pernah bertemu seorang prajurit Kopassus. > Dia memang memakai baret, lambang kesatuan dan > grup (M=Mako) Kopassus, tapi di lengan kanan dan > di dada kiri tidak terlihat 'tanda' kualifikasi "komando" > ... Bisa dijelaskan..? Tentu saja tidak semua personil Kopassus berkualifikasi commando, karena sifat tugas personil ybs. tidak memerlukan sekali kwalifikasi itu. Dalam tiap kesatuan, pasti ada fungsi-fungsi pelayanan, seperti Kesehatan, Rohani, Perbekalan (Intendans), Angkutan (termasuk Penerbangan), Administrasi (termasuk Keuangan), dsb. Dan mereka ini memang umumnya berada pada Mako. Bagi mereka itu tentu tidak perlu dipersyaratkan kwalifikasi commando. Dokter misalnya, hanya sejumlah hitungan jari sebelah tangan saja yang commando, seperti Dr. Boyke Setiawan dan Dr. Robert Hutahuruk. Kemudian, banyak juga personil Kowad dengan macam-macam penugasan di kesatuan ini, tentu saja mereka bukan commando (setahu saya di Indonesia belum ada wanita mampu meraih kwalifikasi commando, kalau airborne ada cukup banyak). Dan akhirnya, seperti di kesatuan TNI lainnya, banyak juga personil PNS, yang pastilah bukan commando... ----- Original Message ----- From: byu birowo To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 11, 2002 12:39 AM Subject: Re: Salah ingat (Re: [hankam] Pusdikpassus (d/h: The Jakarta Axis (bagian 5))) > Akan tetapi mulai tahun 1996/97 sejak Prabowo > mulai pegang peranan di Kopassus, termasuk > dengan rencanan pemekaran Kopassus menjadi > 5 grup dengan jumlah sekitar 7000 prajurit, untuk > memenuhinya maka dilakukan sistem rekrutmen > langsung untuk tingkat Tamtama dari umum. Betul, memang kalau sangat diperlukan Kopassus bisa saja langsung dari umum. Bukan hanya jaman Prabowo, di tahun 1970-an juga pernah ada beberapa angkatan (lichting) yang merekrut dari umum. Tetapi dievaluasi sebagai kekurang-berhasilan, sehingga tidak diteruskan. Dan baik Mabesad (SUAD), Kodiklat, maupun Pussenif juga menentang hal sedemikian itu. Kalau Prabowo sih lain lagi. Selain tidak ada yang "berani" menentang kehendak sang menantu RI-1 ini, dia pun mampu membiayai sendiri pemekaran Kopassus, jadi Mabesad tidak bisa "memainkan kartu anggaran" untuk "mengerem" dia. Kita semua tentu masih ingat bagaimana dia ingin punya panser dan pesawat terbang (terutama helikopter) untuk Kopassus, dan ketika keinginan itu ditentang oleh Puskav dan Penerbad, sehingga tidak disetujui oleh Mabesad, yaa dia beli sendiri saja panser dan heli itu. Pengadaan lapangan tembak di Brigif 17 Kostrad, Cilodong, dan sarana latihan perang kota di Grup-3 Kopassus, Batujajar, juga dibiayainya sendiri, ketika menjabat komandan pada masing-masing kesatuan itu. > Bahkan saat DOM Aceh ada 2 batalyon Kopassus > di sana. Karena memang hanya pasukan khusus yang > efektif untuk counter insurgency/anti guerillya melawan > GAM. Ini justru menurut saya tidak benar. Penggunaan special forces untuk tugas-tugas infantri, selain tidak efisien (waste of resources), juga ternyata tidak efektif. Ketika menangani DI-TII, PRRI-Permesta dan G-30-S, dan juga yang direncanakan dalam Trikora (Ops. Jajawijaya), RPKAD/Kopasandha/Kopassus (dan juga KKO/Marinir serta PGT/Kopasgat/Paskhas) hanya dipakai sebagai pemukul di awal operasi, atau untuk situasi yang sangat khusus. Sebagian besar operasi itu dilanjutkan dan diselesaikan oleh pasukan konvensional. Walaupun untuk gelar operasi territorial sekalipun. Baru sejak Ops. Seroja (Timtim), lalu OPM dan GAM, special forces dipergunakan secara tidak "special", yaitu digelar seperti pasukan infantri biasa. Hasilnya tidak seimbang dengan korbanannya, optempo kacau (rotasi tugas pasukan antara operasi, istirahat, dan latihan/upgrading, menjadi tidak bisa ditepati) serta citra sebagai pasukan khusus pun merosot. Coba lihat, sampai terjadi kasus di Ambon di mana anggota Kopassus (perwira lagi!) ditangkap polisi, lalu dipukuli, wah jaman dulu, ketika TNI masih OK, dikhayalkan saja pun hal itu tidak terbayangkan... Wasalam. --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>