[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri

2004-04-05 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Wed, 3 Mar 2004 14:11:21 +0100 [EMAIL PROTECTED] (HC) wrote:

[ maaf saya meresponse thread lama, lagi banyak kerjaan keluar kantor   
  shg nggak sempat g]

 Mas Hudaya, dari tanggapan anda yang panjang lebar itu, anda
 menyimpulkan:
 Jadi...menurut saya sih , akar dari semua ini permasalahan ini adalah
 KEMISKINAN  yang berakibatKEBODOHAN.
 
 Saya bertanya2 dalam hati, mana yang datang duluan ya?  Miskin dulu
 lalu jadi bodoh, atau bodoh dulu, lalu jadi miskin?
 
 Kalau kita lihat sejarah peradaban umat manusia, maka rasanya kita
 bisa menarik kesimpulan bahwa yang duluan itu adalah 'bodoh', baru
 kemudian 'miskin'.

[]
 
 Sampai pada pencarian gua berikutnya, kami ternyata menemukan gua yang
 berdekatan dengan gua sebuah keluarga purba lainnya.  Bentuk fisik
 mereka sama dengan kami.  Mereka punya kepala, mata, telinga, mulut, 
 tangan dan kaki.  Tapi, baju kulit mereka lebih berbentuk baju, karena
 dijahit dengan serat2 tumbuhan.  Mereka ternyata juga bisa membuat api
 untuk memanggang binatang buruan mereka sekaligus digunakan untuk
 penghangat dan penerangan didalam gua mereka.  Karena harta benda kami
 tidak secanggih mereka, maka mereka mengolok-ngolok kami ketika
 mengetahui bahwa kami harus tidur berdempet-dempet dengan gelap
 didalam gua agar tidak kedinginan, dan harus menggigit serta mengunyah
 daging mentah dengan bersusah payah, karena dagingnya tidak dibakar.
 
 Saya merasa sedih dengan olokan mereka itu.  Tiba2 saya mendapat ilham
 untuk mengekspresikan kesedihan saya ini.  Saya menemukan kata
 'bodoh'. 

Bukan, bukan soal bodoh ... ini masalah pencerahan, masalah kebutuhan
mendasar dari manusia (lihat hukum maslow).
Setiap hari buah apel jatuh dari pohonnya di banyak bagian dunia yg lain
... tp kenapa hanya Newton yg menyadarinya sehingga menimbulkan
inspirasi munculnya hukum mekanika yg kita kenal sekarang.

 Dari cerita 'pencetus' agama2 besar itu, kita lihat bahwa munculnya
 agama seiring dengan adanya kebodohan, kemiskinan dan penindasan di
 dalam masyarakat.

Tidak demikian, bukan soal bodoh atau miskin Muhammad diturunkan ke
dunia melainkan soal akhlak. Jadi hanya kata penindasan diatas yg
tepat.
Berbeda dg pendahulunya, Muhammad membawakan aturan soal bagaimana
berhubungan antar manusia disamping hubungan antara manusia dg khaliknya
(spt pendahulunya juga), hablum minnallah, hablum minnanas. Itu sebabnya
Islam tidak perlu sekular, mengadobsi hukum duniawi yg sdh ada (mis.
hukum romawi jamannya Isa as).
 
 Tapi, manusia berkembang terus. Ilmu pengetahuan berkembang terus,
 apakah hal itu diinspirasi oleh agama maupun tidak.  Bahkan di negara2
 maju, agama (Kristen) yang tadinya memboncengi kekuasaan negara, kini
 berdiri terpisah dari pemerintahan.  Pemisahan ini muncul semata2
 karena masyarakatnya ingin merdeka dari segala sesuatu yang bersifat
 dogmatis, yang berbau keyakinan, yang tidak bisa dijelaskan oleh akal.

Islam tidak bertentangan atau melarang Ilmu Pengetahuan, justru umat
dianjurkan utk menuntut ilmu pengetahuan selama hayat dikandung badan,
semakin tinggi ilmu pengetahuan umat maka dia akan makin mengerti konsep
Islam, Allah menjamin tidak ada satupun ayat quran yg bertentangan dg
Ilmu Pengetahuan. Umat yg tidak mau belajar Ilmu pengetahuan menjadi
taqlid, dilarang oleh Islam.

 Disisi lain, kita melihat bahwa cukup banyak negara yang menerapkan 
 penyatuan antara agama dengan kekuasaan pemerintahan.  Ini terutama 
 terjadi pada negara2 Islam.  Keputusan pemerintah harus mengacu kepada
 ayat suci.  Keputusan tertinggi bukanlah keputusan pemerintah akan
 tetapi keputusan khalifah, atau pemimpin umat.  

Tidak benar, itu sih pemerintahan abosolut yg berkedok Islam.
Islam mengenal yg namanya Ijtihad, tidak harus mengikuti omongan
khalifah apalagi kalau salah. Konsep dosa di Islam adalah utk diri
sendiri, siapapun tidak bisa menanggung dosa orang lain sekalipun itu
khalifah, setiap perbuatan dosa akan ditanggung oleh diri sendiri bukan
orang lain.

 Sehari2 yang
 dibicarakan hanya ayat2 suci dan sejarah nabi.  Manusia tidak boleh
 ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu, karena Tuhan
 menyuruh demikian.  Akibatnya, negara2 dengan sistem pemerintahan dan
 sifat masyarakat yang seperti ini nggak maju2, karena yang dibicarakan
 hanya sekitar itu-itu saja dan kreatifitas mereka terkekang.  Hukum
 dunia kalau perlu tidak usah diurusi, karena hukum Tuhan melalui kitab
 suci toch sudah sempurna.  Walhasil, sekalipun mereka hanya jalan
 ditempat misalnya, tingkat kemajuan dan kepintaran mereka akan semakin
 jauh tertinggal dari hari ke hari, dibandingkan dengan negara2 sekuler
 yang berkembang terus itu. Pengecualian hanya ada pada Arab Saudi,
 yang masyarakatnya relatif 'bodoh' tapi kaya karena minyak dan Kaabah.

Kalau Islam yg begitu memang tidak pernah maju dan itu menyalahi kaidah
Islam yg *mengharuskan* Islam dipelajari dg hati dan akal. Tidak cukup
dg hati juga tidak cukup dg akal saja; harus keduanya jalan selaras.
 
 Karena negara2 maju itu lebih 

[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri

2004-03-03 Terurut Topik hermansyah
 agama, yang saya harapkan dapat 
memberikan kontribusi, walau sebesar debupun, kepada segala upaya kita 
semua dalam mengangkat  republik ini dari derita yang berkepanjangan.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.







[EMAIL PROTECTED]
03/02/2004 11:04
Please respond to yonsatu

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri



Mas Yanto,
Terimakasih  atas responsnya,  maaf  agak telat soalnya  nulis sambil
ngantor sih.
Jangan dikatakan saya akan memberikan  pencerahan kepada Mas Yanto, anggap
saja ini  obrolan ringan sesama almamater.

*Perbuatan  baik  dan buruk yang  terus berjalan (jadi kayak ngejawab 
ujian
sekolah aja nih)

Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita
kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut).
Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang
rusak/busuk.
Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik  gak ketahuan mana yang
baik dan mana  yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas.
Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan,
seberapa banyak jumlahnya ,  sebaliknya yang baik juga begitu.
Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau
bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini.

 Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah,
1).Tingkat Kemiskinan (berharta)
Kesadaran  apa yang kita harapkan dari orang  yang sedang lapar Mas?
Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan
bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap
mental dan emosionalnya.
Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara
kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada
apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh

Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan 
Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata
terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif)
Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan
kemiskinan masyarakat  untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat
burukpada kita semua.
Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa
peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada
benarnya  juga.
2). Tingkat Pendidikan (berilmu)
Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu Mas?
Kebodohan yang timbul karena kemiskinan
3). Pemimpin yang buruk
Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas?
Manusia mempunyai sisi buruk  yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat ,
nafsu  harta atau kekuasaan.
Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang
berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak 
bercokol
dalam diri pemimpin kita
Tiga hal buruk diatas  berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat ,
yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya  pada pembusukan dan
pengrusakan bangsa.
Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan
terus?
4). Kesadaran beragama (keimanan)
 Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita
dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar  beragama   hanya
dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau
mencari lagi, ya segitu-gitu aja.
Tumbuhnya  sekolah pendidikan dasar dan menengah  umum yang berbasis agama
( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses
pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi
dengan  banyak beredarnya  buku-buku  tentang Islam .

Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis ,
pergi haji diwaktu muda, banyak amal ibadah, dlsb,itu  karena mereka paham
dan sadar betul dengan apa yang mereka lakukan, mereka mencari dan memang
menemukannya .
Beda dengan kita,  dulu  atau sekarang,  bisa jadi kita menjadi islam
karena kultur atau tradisi orang tua, dengan pemahaman ala kadarnya.
Kesadaran  pemeluk agama yang terus terus meningkat di masyarakat?
Peningkatan amal ibadah yang terjadi saat ini  harus disyukuri , walaupun
barangkali  ada yang melakukan ibadah itu adalah sebagai pelarian  dari
sebagai orang-orang   tertindas atau   sebagai  penindas, itu masih
jauh lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.
Semua agama pasti menuju kebaikan, dan kebaikan dan keburukan punya jalan
masing-masing pada setiap orang.
Dalam suasana seperti ini ,  kayak apa jadinya  masyarakat, sudah miskin,
bodoh, dan tidak beriman pula.
 Agama bisa dijadikan oasis bagi  orang orang yang dahaga, tempat berteduh
bagi musafir yang letih (puitis aja lagi),

Terus bagaimana dong kita memandang semua  keruwetan /semarawutan  yang
terjadi ini?
Kalau menurut saya sih, selama mayoritas rakyat kita  masih miskin dan 
yang
berakibat pada kebodohan, kita akan begini terus.
Kalau melihat realitas sekarang, kita  pakai ilmu tukang

[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri

2004-03-03 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
 Ketertindasan.  Oleh karena itu Kebodohan harus diberangus.  Karena kita
 sekarang hidup di abad ke 21, bukan lagi diabad 7 sebelum Masehi, atau
 abad 1 Masehi atau 6 Masehi, maka untuk memberangus kebodohan itu (berikut
 kemiskinan dan ketertindasan yang dihasilkannya itu), bukan agama lagi
 yang dijadikan sebagai alat atau penuntun gerakan, akan tetapi
 kesepakatan2 manusia modernlah yang menjadi senjatanya, yang dibuat
 berdasarkan teori2 ilmu pengetahuan modern.  Agama yang berpotensi sebagai
 salah satu penyebab timbulnya kebodohan itu harus dibatasi ruang geraknya,
 yaitu hanya diforum-forum keagamaan saja.  Dalam pergaulan sehari2, kita
 tidak perlu lagi mengingatkan orang lain akan ayat2 suci, akan tetapi jauh
 lebih baik kalau kita mengingatkan mereka pada UU pasal berapa, ayat
 berapa, atau KUHP pasal berapa ayat berapa.
 
 Saya tidak akan kaget kalau pendapat saya ini lagi2 akan membangkitkan
 emosi pada orang2 yang merasa keyakinan beragamanya terusik.  Untuk itu,
 saya mohon maaf lagi, karena lagi2 saya tidak bermaksud mendiskreditkan
 agama manapun juga.  Saya hanya ingin mencoba berpikir dan menyumbang
 saran tanpa dibatasi oleh dogma2 agama, yang saya harapkan dapat
 memberikan kontribusi, walau sebesar debupun, kepada segala upaya kita
 semua dalam mengangkat  republik ini dari derita yang berkepanjangan.
 
 Salam hangat,
 HermanSyah XIV.
 
 [EMAIL PROTECTED]
 03/02/2004 11:04
 Please respond to yonsatu
 
 
 To: [EMAIL PROTECTED]
 cc:
 Subject:[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
 
 Mas Yanto,
 Terimakasih  atas responsnya,  maaf  agak telat soalnya  nulis sambil
 ngantor sih.
 Jangan dikatakan saya akan memberikan  pencerahan kepada Mas Yanto, anggap
 saja ini  obrolan ringan sesama almamater.
 
 *Perbuatan  baik  dan buruk yang  terus berjalan (jadi kayak ngejawab
 ujian
 sekolah aja nih)
 
 Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita
 kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut).
 Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang
 rusak/busuk.
 Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik  gak ketahuan mana yang
 baik dan mana  yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas.
 Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan,
 seberapa banyak jumlahnya ,  sebaliknya yang baik juga begitu.
 Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau
 bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini.
 
  Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah,
 1).Tingkat Kemiskinan (berharta)
 Kesadaran  apa yang kita harapkan dari orang  yang sedang lapar Mas?
 Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan
 bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap
 mental dan emosionalnya.
 Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara
 kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada
 apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh
 
 Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan 
 Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata
 terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif)
 Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan
 kemiskinan masyarakat  untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat
 burukpada kita semua.
 Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa
 peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada
 benarnya  juga.
 2). Tingkat Pendidikan (berilmu)
 Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu Mas?
 Kebodohan yang timbul karena kemiskinan
 3). Pemimpin yang buruk
 Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas?
 Manusia mempunyai sisi buruk  yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat ,
 nafsu  harta atau kekuasaan.
 Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang
 berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak
 bercokol
 dalam diri pemimpin kita
 Tiga hal buruk diatas  berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat ,
 yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya  pada pembusukan dan
 pengrusakan bangsa.
 Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan
 terus?
 4). Kesadaran beragama (keimanan)
  Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita
 dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar  beragama   hanya
 dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau
 mencari lagi, ya segitu-gitu aja.
 Tumbuhnya  sekolah pendidikan dasar dan menengah  umum yang berbasis agama
 ( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses
 pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi
 dengan  banyak beredarnya  buku-buku  tentang Islam .
 
 Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis ,
 pergi

[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri

2004-03-03 Terurut Topik Budi Nirwanto
Saya kok lebih cenderung untuk kasus Indonesia, Pemimpin Indonesialah yang
membuat rakyatnya bodoh.
sehingga bisa berkuasa lama, dan akibatnya bisa kita lihat bersama.  
Jangan jangan para pemimpin indonesia ini memang bodoh.

Saya juga setuju bahwa agama tidak menjadikan masyarakat bodoh. Perintah
pertama kali yang muncul adalah bacalah .
Ini berarti diperintahkan untuk belajar, menganalisa, berfikir dst.
Kalau manusia, nggak melakukannya yaaa sudah resikonya kalau bodoh.

Menarik sekali, apakah memang benar pemimpin agama lah yang membiarkan
masyarakat bodoh ?. Seberapa besar kontribusi para pemimpin agama dalam
konteks mencerdaskan manusia manusia indonesia. Saya tidak yakin 2 atau 4
jam perminggu untuk pelajaran agama di sekolah dasar (SD), akan menjadikan
mereka memahami dengan baik pelajaran agamanya apalagi pelajaran
berhitung/matematika. Yang saya alami, anak-anak saya disekolahkan lagi /
ngaji / madrasah sore dan tentu saja ibunya ikut membimbing.

Mas Hermansyah, bisa lebih spesifik  ...  Dari cerita 'pencetus' agama2
besar itu, kita lihat bahwa munculnya agama
seiring dengan adanya kebodohan, kemiskinan dan penindasan di dalam
masyarakat. apakah sampeyan ingin mengatakan bahwa agama itu diciptakan
manusia atau bagaimana ?. Saya mulai bisa mengerti konsep pikiran anda,
kalau kalimat pencetus yang tertulis itu, memang benar-benar bahwa agama
dicetuskan oleh manusia. 

Agama adalah pribadi, saya setuju bahwa agama tidak boleh dipaksakan (Mas
Hermansyah juga pernah nulis hal ini).Karena masing-masing manusia akhirnya
toh harus bertanggung jawab sendiri sendiri atas perilakunya. Bertanggung
jawab kepada siapa ?, kalau yang ini tentu saja bergantung dari mana manusia
itu melihat dirinya, apakah sebagai manusia yang hanya melihat dunia atau
apakah dia melihat sebagai makluh dunia dan akhirat. 

Kebodohan memang harus segera disingkirkan dari Indonesia, Anggaran
pendidikan harus dinaikkan, pemimpin harus bersih/nggak korupsi gede-gedean
(heheheh kalau kecil-kecil gimana ?)/jujur. Nah kalau yang ini sihhh sudah
pada paham/mengerti cuman lha susah amat sih.

Saya punya pengalaman menarik, di jakarta. Kalau mau masuk jalan TOL yang di
Gatot Subroto dari arah kuningan menuju pancoran, saya sering melihat mobil
mobil mewah menyerobot dari sebelah kiri, terus sampai dekat mulut pintu
masuk dengan gagahnya dan nekat memetong kekanan untuk masuk pintu TOL. Apa
iya, mobil mewah ini pemiliknya orang bodoh (masak nggak bisa kasih tahu
sopirnya). Barangkali moralnya yang memang mau menang sendiri. Yang ini
hanya sebuah pengalaman yang hampir tiap jum'at sore saya alami dijakarta.
Jadi nggak ada hubungannya dengan Indonesia yang Miskin dan Bodoh ?. 


Salam, dan selamat pagi dari jakarta.
BudiNir.



-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 04, 2004 8:52 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri


Mas Hermansyah

Wah tanggapan dan ulasan Anda menunjukan bahwa Anda mempunyai pendapat
yang sangat didukung oleh suatu yang sangat mendasar , dan dapat
berimajinasi sebagaimana saya seorang Geologist membayngakan sesuatu yan
ada didalam perut bumi , Anda alumni dari jurusan apa ?

Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan Anda mengenai bahwa agama
(apapun agamanya - lah yang menjadikan masyarakat menjadi bodoh dan
menjadi  miskin. Lebih tepat  bahwa pemimoin agama lah yang membiarkan
masyarakat bodoh agar mereka dapat dan tepat menjadi peminpin dalam
golongan agamanya , sehingga mereka mengharam'kan pendapat yang tidak
persis  dengan apa yang ada dalam Kitab kitab Suci mereka .

Ingat bagaimana nasib Galeli Galileo , Syeh Siti Jenar  dan banyak para
pembaharu dalam agama bernasib  menyedihkan .

Bahwa kita mengatur  kehidupan dunia dalam kaidah kaidah agama itu saya
setujui , akan tetapi harap diingat bahwa seluruh kitab suciapapun dalam
aplikasinya meerukan tafsir (ingat bahwa dalam hal Al Quran saja ad
berbagai macam tafsir , say tidak tahu dalam Kitab Suci 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Hallo mas Hudaya,
 Menarik sekali tanggapan anda buat mas Yanto.  Sekalipun tanggapan anda
 itu ditujukan buat mas Yanto, boleh kan saya nimbrung memberikan reaksi?
 Dengan demikian saya berharap bisa belajar lebih banyak lagi dari anda,
 mas Yanto, dan rekan2 lain yang ingin bertukar pikiran.
 
 Mas Hudaya, dari tanggapan anda yang panjang lebar itu, anda menyimpulkan:
 Jadi...menurut saya sih , akar dari semua ini permasalahan ini adalah
 KEMISKINAN  yang berakibatKEBODOHAN.
 
 Saya bertanya2 dalam hati, mana yang datang duluan ya?  Miskin dulu lalu
 jadi bodoh, atau bodoh dulu, lalu jadi miskin?
 
 Kalau kita lihat sejarah peradaban umat manusia, maka rasanya kita bisa
 menarik kesimpulan bahwa yang duluan itu adalah 'bodoh', baru kemudian
 'miskin'.
 
 Lho kok bisa?
 
 Untuk sampai kepada kesimpulan itu, saya musti membawa diri saya masuk ke
 terowongan waktu menuju ke ribuan tahun sebelum masehi, untuk mencoba

[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri

2004-03-02 Terurut Topik hudaya.taudjidi

Mas Yanto,
Terimakasih  atas responsnya,  maaf  agak telat soalnya  nulis sambil
ngantor sih.
Jangan dikatakan saya akan memberikan  pencerahan kepada Mas Yanto, anggap
saja ini  obrolan ringan sesama almamater.

*Perbuatan  baik  dan buruk yang  terus berjalan (jadi kayak ngejawab ujian
sekolah aja nih)

Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita
kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut).
Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang
rusak/busuk.
Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik  gak ketahuan mana yang
baik dan mana  yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas.
Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan,
seberapa banyak jumlahnya ,  sebaliknya yang baik juga begitu.
Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau
bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini.

 Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah,
1).Tingkat Kemiskinan (berharta)
Kesadaran  apa yang kita harapkan dari orang  yang sedang lapar Mas?
Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan
bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap
mental dan emosionalnya.
Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara
kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada
apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh

Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan 
Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata
terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif)
Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan
kemiskinan masyarakat  untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat
burukpada kita semua.
Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa
peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada
benarnya  juga.
2). Tingkat Pendidikan (berilmu)
Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu  Mas?
Kebodohan yang timbul karena kemiskinan
3). Pemimpin yang buruk
Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas?
Manusia mempunyai sisi buruk  yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat ,
nafsu  harta atau kekuasaan.
Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang
berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak bercokol
dalam diri pemimpin kita
Tiga hal buruk diatas  berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat ,
yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya  pada pembusukan dan
pengrusakan bangsa.
Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan
terus?
4). Kesadaran beragama (keimanan)
 Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita
dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar  beragama   hanya
dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau
mencari lagi, ya segitu-gitu aja.
Tumbuhnya  sekolah pendidikan dasar dan menengah  umum yang berbasis agama
( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses
pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi
dengan  banyak beredarnya  buku-buku  tentang Islam .

Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis ,
pergi haji diwaktu muda, banyak amal ibadah, dlsb,itu  karena mereka paham
dan sadar betul dengan apa yang mereka lakukan, mereka mencari dan memang
menemukannya .
Beda dengan kita,  dulu  atau sekarang,  bisa jadi kita menjadi islam
karena kultur atau tradisi orang tua, dengan pemahaman ala kadarnya.
Kesadaran  pemeluk agama yang terus terus meningkat di masyarakat?
Peningkatan amal ibadah yang terjadi saat ini  harus disyukuri , walaupun
barangkali  ada yang melakukan ibadah itu adalah sebagai pelarian  dari
sebagai orang-orang   tertindas atau   sebagai  penindas, itu masih
jauh lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.
Semua agama pasti menuju kebaikan, dan kebaikan dan keburukan punya jalan
masing-masing pada setiap orang.
Dalam suasana seperti ini ,  kayak apa jadinya  masyarakat, sudah miskin,
bodoh, dan tidak beriman pula.
 Agama bisa dijadikan oasis bagi  orang orang yang dahaga, tempat berteduh
bagi musafir yang letih (puitis aja lagi),

Terus bagaimana dong kita memandang semua  keruwetan /semarawutan  yang
terjadi ini?
Kalau menurut saya sih, selama mayoritas rakyat kita  masih miskin dan yang
berakibat pada kebodohan, kita akan begini terus.
Kalau melihat realitas sekarang, kita  pakai ilmu tukang buah aja lagi,
yang bagus-bagus harus di elus-elus, di baek-baek-in, diusap-usap ,
dipelihara supaya gak jadi busuk.
Yang busuk kalau memang sudah parah, ya harus disingkirkan, kalau kate
tukang buah orang betawi , itu buah harus di gejik supaya hancur.

* *Masalah maling yang beramal yang banyak di sekeliling kita

Bingung  ya mas , kok bisa kayak gini ? Ya pantas bingung mas, karena
mereka sendiri