"Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang
atau di bawah tempat tidur”

(Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25)

 

“Lalu Yesus berkata kepada mereka:
"Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di
bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada
sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang
rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk
mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi:
"Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur
akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena
siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai,
apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (Mrk 4:21-25), 
demikian kutipan Warta Gembira hari
ini.

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Anak-anak pada umumnya bersifat egois, apa-apa atau
siapa aja dinnyatakan atau diakui sebagai ‘milikku’, dan dengan demikian boleh
dikatakan sebagai ‘pengumpul’ bukan ‘pemberi’. Maka hemat saya jika orang
dewasa juga masih bersikap mental ‘pengumpul’ berarti yang bersangkutan egois.
Sabda hari ini mengajak dan memanggil kita untuk memberi alias bersikap sosial,
memperhatikan sesamanya lebih-lebih dan terutama yang miskin dan berkekurangan.
Marilah kita sadari dan hayati bahwa hidup kita 
dan segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai saat ini adalah anugerah
Tuhan yang kita terima melalui orang-orang yang berbaik hati kepada kita atau
yang mengasihi kita. Karena semuanya anugerah Tuhan selayaknya semuanya
kuhayati dan kufungsikan sesuai dengan kehendakNya antara lain dengan
‘meneruskan atau menyalurkan’ hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki
dan kuasai kepada saudara-saudari kita, lebih-lebih dan terutama yang miskin
dan berkekurangan. Lebih-lebih ilmu pengetahuan, kecerdasan, keterampilan atau
keahlian, bakat dst.. ketika diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang
melainkan semakin bertambah, berkembang dan mantap, sebagaimana dilakukan oleh
para guru/pendidik/pembina, pengajar, dst.. Ketika sedang memberikan rasanya
serentak juga akan menerima, yaitu berupa tanggapan, pertanyaan, kritik, saran
dst, yang memotivasi kita semakin cerdas, terampil dan ahli. Dalam dunia
pendidikan hal ini kiranya dapat dilaksanakan dengan sikap bereksplorasi, entah
oleh para guru/pendidik maupun murid/peserta didik. Maka kami berharap sikap
mental bereksplorasi ini sedini mungkin diajarkan, ditanamkan atau dibiasakan
pada anak-anak, sejak di dalam keluarga sampai dewasa dan meninggal dunia. 

·   “Marilah kita
teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang
menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibr 10:23-24).
Sebagai orang beriman kiranya pengharapan kita sepenuhnya terarah kepada Tuhan,
yang telah menciptakan dan menganugerahi segala sesuatu kepada kita dalam dan
oleh kasih. Orang yang berpengharapan berarti hidup bergairah, ceria, dinamis
dan gembira serta “saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik”. Saling mengasihi dan berbuat baik satu
sama lain itulah panggilan dan tugas perutusan kita semua. Apa yang disebut
baik senantiasa berlaku universal atau umum, dimana saja dan kapan saja, tanpa
batas ruang dan waktu, sebagaimana kasih juga bebas merdeka (ingat kasih sering
disimbolkan dengan cincin yang bulat, yang berarti utuh dan tanpa batas). Hemat
saya panggilan untuk saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik itu
pertama-tama dan terutama harus dibiasakan di dalam keluarga, sebagai komunitas
dasar/basis bagi hidup beriman, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang
kemudian diharapkan diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah serta
berbagai kegiatan atau usaha bersama .Tanda bahwa orang berpengharapan pada
Tuhan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik adalah yang
bersangkutan semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya, semakin banyak kenalan
berarti semakin banyak sahabat. Dalam doa-doanya ia senantiasa mengenangkan dan
mendoakan  saudara-saudarinya atau
sesamanya; demikian juga ketika ada saudara atau sesama yang membutuhkan
bantuan dengan segera ia membantunya. Orang tidak menunda-nunda berbuat baik,
menunda berbuat baik berarti egois dan dengan demikian akan tumbuh berkembang
menjadi pribadi yang tidak bermutu. 

 

“ TUHANlah yang empunya bumi serta
segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang 
mendasarkannya
di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang
boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang
kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak
menyerahkan dirinya kepada penipuan,”
(Mzm 24:1-4b)

 

Jakarta, 29 Januari 2009




      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke