“Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati."

(Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38)

 

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti
Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun
tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan
dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu
takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan
dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu.” (Luk 6:36-38),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   “Murah hati” secara sederhana kiranya dapat diartikan hatinya
dijual murah, memberi hati atau perhatian kepada siapapun yang menghendaki, 
‘pro Deo’. Sebagaimana manusia kiranya
kita telah menerima perhatian melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang
telah berbuat baik kepada kita, dan tentu saja melalui pertama-tama dan
terutama melalui orangtua kita masing-masing, sehingga kita dapat hidup, tumbuh
berkemang sebagaimana adanya pada saat ini. Maka marilah kita tanggapi secara
positif atau kita laksanakan perintah Yesus :”Hendaklah kamu murah hati sama 
seperti Bapamu adalah murah hati”. Hati
dalam bahasa Latin “cor” dapat
berarti jantung, budi, pikiran, hati,
batin, jiwa, akal budi, pengertian. Maka bermurah hati kepada orang lain
berarti memberi pikiran/pendapat, isi hati, isi batin dan pengertian kepada
yang lain alias memberikan diri seutuhnya bagi yang lain. Rasanya bermurah hati
ini pertama-tama dan terutama dihayati di dalam keluarga, diantara anggota
keluarga, dengan teladan dari orangtua dan dibiasakan pada anak-anak. Jika di
dalam keluarga semua anggota keluarga telah terbiasa bermurah hati, maka kami
percaya mereka akan bermurah hati kepada sesamanya, entah di dalam pergaulan di
masyarakat, sekolah maupun tempat kerja. Membiasakan bermurah hati juga 
merupakan
cara untuk tumbuh berkembang menjadi ‘man
or woman with/ for others’. Orang yang bermurah hati senantiasa juga siap
sedia, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk diganggu oleh siapapun
yang membutuhkannya, dan dengan demikian yang bersangkutan juga dikasihi oleh
semua orang maupun Tuhan. Murah hati kiranya perlu dilengkapi dengan ‘rasa 
kasih sayang yaitu sikap dan perilaku
yang menunjukkan kepekaan, kepedulian dan belas kasihan kepada orang lain atau
makhluk yang tidak berdaya dan perlu dibantu” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit:
Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

·   “Ya TUHAN,
kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu,
sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada
kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan
tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut
hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi,
hamba-hamba-Nya”( Dan  9:8-10),
Kutipan doa ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, sebagai
orang lemah, rapuh dan berdosa. Kiranya bertambah usia dan pengalaman
masing-masing dari kita juga bertambah dosa-dosanya, maka marilah dengan rendah
hati kita akui kelemahan, kerapuhan dan dosa-dosa kita. Mungkin apa yang baik
kita renungkan atau refleksikan yaitu kebalikan dari murah hati alias pelit
atau jual mahal diri sendiri atau egois, kurang peka dan tanggap terhadap
mereka yang minta bantuan kepada kita atau saudara-saudari kita yang
membutuhkan bantuan; atau mungkin kita terlalu mengikuti dorongan roh jahat
sehingga melakukan apa yang tidak berkenan di hati Tuhan, misalnya: 
“percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya” (Gal 5:19-21)  Masa Tobat atau Prapaskah merupakan 
kesempatan
untuk memperbaharui diri atau bertobat, maka marilah kita bertobat serta
menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan serta mohon kasih pengampunan dari
Tuhan yang Maha Penyayang dan Pengampun. Menyesali dosa-dosa berarti tidak
melakukan lagi dosa yang sama dan tentu saja juga tidak melakukan dosa-dosa
yang baru. Sebagai wujud pertobatan atau pembaharuan diri marilah kita taati dan
laksanakan hukum Tuhan yang utama dan pertama yaitu ‘saling mengasihi satu sama
lain’, antara lain dengan bermurah hati kepada mereka yang harus kita
perhatikan dan kasihi. Marilah saling bermurah hati, saling memperhatikan. 

 

“Janganlah perhitungkan kepada kami
kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab
sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi
kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena 
nama-Mu” (Mzm 79:8-9)

 

Jakarta, 9 Maret 2009




      Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke