· Anak kecil pada umumnya lebih suci, taat, penurut, terbuka dan menyerahkan diri kepada yang lain daripada orangtua atau orang dewasa. Ingat dan renungkan kutipan ini: “Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua”(Yoh 8:7-9). Semakin tua, tambah usia dan pengalaman pada umumnya juga tambah dosa-dosanya, mudah menghindari aneka tugas dan pekerjaan dengan berbagai alasan, yang nampak logis, sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini: ‘layat’ atau urusan keluarga, alasan-alasan, yang mudah diajukan oleh orang-orang malas atau pembohong. Maka pada pesta St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus hari ini, marilah meneladan ketaatannya. “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silahkan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu….O, Yesus, itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu” (CLC : Ensiklopedi Orang Kudus, Jakarta 1985/cetakan kelima, hal 292), demikian doa Teresia yang menggambarkan iman dan hidupnya. Teresia kiranya juga berusaha untuk meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, yang taat dan setia terhadap panggilan Tuhan. Ketaatan dan kesucian rasanya bagaikan mata uang bermuka dua, saling melengkapi dan memperdalam: orang yang taat akan semakin suci, sebaliknya orang suci pada umumnya senantiasa taat. Mengenangkan St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus kiranya juga .berarti ajakan atau panggilan untuk senantiasa memperhatikan dan melayani atau mengabdi anak-anak, entah anak kita sendiri atau anak orang lain, sebaik mungkin.
· "Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah? Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantah-Nya.Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat” (Ayb: 9:2-4) Manusia adalah ciptaan Allah, hidup manusia serta segala sesuatu yang menyertainya, misalnya kecantikan, ketampanan, kecerdasan, kepandaian, kekayaan, keterampilan dst..adalah anugerah Allah yang diterima melalui orang atau pribadi-pribadi yang baik hati. Karena semuanya adalah ciptaan dan anugerah Allah, maka sikap hidup manusia yang benar adalah bersyukur serta bersembah-sujud kepadaNya, antara lain dengan mentaati dan melaksanakan semua sabda dan perintahNya, tidak melawan atau membantahNya, jika menghendaki hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera. Ketaatan kepada perintah dan kehendak Allah antara lain dapat diwujudkan dengan mentaati dan melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan, tugas pekerjaan maupun kesibukan dan sepak terjang kita. Maka marilah kita baca, pahami dan kita hayati atau laksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan panggilan, tugas perutusan, pekerjaan dan kesibukan kita masing-masing. Berkeras melawan aturan atau tatanan tersebut kiranya akan celaka dan sengsara hidupnya, sebagaimana dialami oleh para koruptor. Para koruptor nampak hidup bahagia dan sejahtera secara ekonomi, namun sebenarnya dirinya merasa tidak aman dan tenteram, senantiasa was-was, cemas dan khawatir. Orang yang mentaati dan melaksanakan perintah dan kehendak Allah akan menjadi orang yang bijak dan kuat secara mental, spiritual, dan dengan demikian tahan atau kebal terhadap aneka macam serangan virus penyakit. Jakarta, 1 Oktober 2008 “SELAMAT IDUL FITRI 1429 H”