Ibu di Persimpangan Jalan   
Sumber : http://eramuslim.net/?buka=show_main&id=298

IBU adalah dahan pijakan anak untuk meraih pucuk
kehidupannya. Bila dahan itu patah, anak akan jatuh bersamanya dan
tidak akan pernah sampai di puncak. 

Tidak ada yang dapat mengingkari betapa pentingnya peran sosok yang kita 
sebut IBU. Banyak orang besar yang tampil di kancah dunia karena peran 
seorang ibu. Thomas Alva Edison, tentu kita semua mengenal nama ini. 
Penemu besar yang memiliki ribuan hak paten. Namun tahukah Anda bahwa dia 
hanya mengenyam dunia pendidikan formal 3 bulan? 

Thomas Alva Edison dikeluarkan dari sekolahnya karena gurunya beranggapan 
ia terlalu bodoh untuk bersekolah. Ibu Edison tidak mempercayai hal 
tersebut. Dengan gigih ia didik sendiri Edison di rumah. Lebih dari apa 
yang didapat Edison bila bersekolah, ibunya mengajarkan juga keuletan 
berjuang dan kemandirian. Di usia begitu muda, Edison berjualan koran 
untuk membiayai sendiri penelitian-penelitiannya. Bahkan di usia 10 tahun 
ia telah memiliki laboratorium sendiri. Bayangkan apa yang terjadi bila 
ibu Edison bersikap sama dengan gurunya. Mungkin listrik akan terlambat 
ditemukan. Dan itu berarti penemuan-penemuan yang terkait listrik juga 
akan terhambat. 

Ibu Imam Syafi’i mewakili perjuangan ibu dari tokoh-tokoh agama. Suaminya 
meninggal sebelum Imam Syafi’i lahir. Ia membesarkan Syafi’i sendirian. 
Memotivasinya untuk belajar. Usia 7 tahun Syafi’i sudah hafal Alquran. 
Guru-guru ia datangkan untuk mengajar Syafi’i, biarpun untuk itu ia harus 
bekerja
keras untuk biaya belajar anaknya. Sosok ibu seperti yang kita
harapkan, bukanlah hal yang mudah kita temui saat ini. Zaman berubah,
permasalahan dalam mendidik anak berubah, tantangan semakin berat.
Namun harapan untuk menemukan sosok ibu teladan tentu tidak memudar. 

Tantangan
Ibu Masa Kini Ibu masa kini memiliki tanggungjawab berat. Peran ganda
yang tersandang di pundaknya, antara bekerja dan mendidik anak di
rumah, membuat para ibu tertatih menjalani hidupnya. Konsep
pemberdayaan ibu yang digulirkan ternyata mengundang berbagai
permasalahan baru. Upaya untuk meningkatkan peluang kerja bagi ibu
misalnya. Tujuan dari konsep ini adalah memberdayakan perempuan secara
ekonomi sehingga membuat perempuan lebih mandiri. Namun pada faktanya
peran ibu yang optimal di karier, seringkali tidak diikuti peran yang
optimal di rumah 

Dengan banyaknya ibu yang berkiprah di luar rumah mencari nafkah, peluang 
terjadinya disharmonisasi keluarga lebih terbuka. Ibu yang lelah pulang 
bekerja, lebih mudah mengalami gangguan emosi. Anak seringkali menjadi 
sasaran pelampiasan. Anak juga hanya mendapat waktu sisa, sehingga 
komunikasi seringkali terkendala. 

Anak-anak yang terabaikan, mendekatkan mereka pada kerusakan moral, 
pemakaian narkoba, dan pergaulan bebas. Di Bogor, angka ketergantungan 
terhadap narkoba sudah mencapai 2%, padahal ambang batas yang ditetapkan 
untuk nasional adalah 1,2% (Pusat Penelitian UI). Bahkan beberapa waktu 
lalu sebuah stasiun TV melansir penelitian di Jakarta, 800 siswa SD 
terlibat narkoba! 

Penelitian seks bebas di kota-kota besar : Medan, Jakarta, Bandung dan 
Surabaya menunjukkan angka-angka yang membuat kita terhenyak. Betapa 
tidak. Survei yang dilakukan pada 450 responden berusia 15-24 tahun 
mengatakan bahwa 16% responden berhubungan seks pada usia 13-15 tahun dan 
44% berhubungan seks pada usia 16 - 18 tahun (Lembaga Penelitian Synovate, 
September-Oktober 2004). 

Hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), menyatakan 
pula bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah 
berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu dilakukan 
terhadap2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, 
dan Kupang.
 
Sedangkan berdasarkan survey BKKBN 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia 
pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan aborsi. 
Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri 
Muadz, data itu merupakan hasil survei oleh sebuah lembaga survai yang 
mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008. 

Kita jadi bertanya-tanya, ada apakah dengan anak-anak kita? Bila kita kaji 
dengan cermat, pertanyaan ini sebenarnya salah alamat. Anak-anak kita 
adalah anak-anak yang sama dengan kita sewaktu masih anak-anak. Yang 
membedakan antara kita dan anak-anak kita sekarang adalah lingkungan yang 
tidak sama. Dulu di zaman kita tidak ada media massa yang bebas mengumbar 
pornografi. Tidak ada vcd porno yang dijual bebas di mana-mana. Tidak ada 
tayangan film sadis yang penuh dengan kekerasan. Dan terutama lagi, dulu 
kebanyakan kita masih didampingi oleh ibu. 

Apa hubungannya dengan ibu? Ya, dulu ibu kita masih banyak punya waktu 
untuk mendidik kita, mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan menunjukkan mana 
yang salah. Ibaratnya kita masih memiliki perisai yang melindungi kita 
dari
berbagai hal buruk yang terjadi di sekitar kita. Sekarang, anak-anak
kita tidak memiliki perisai itu. Ibu-ibu saat ini lebih banyak yang
menghabiskan waktu di luar rumah mencari uang. Atau kalaupun di rumah,
ibu-ibu tersibukkan dengan berbagai tayangan televisi seperti
sinetron,telenovela dan infotainment. Alih-alih anak dilindungi dari
tayangan yang tidak mendidik, malahan anak-anak diajak ikut nonton,
menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi. 

Bukan hal yang mengejutkan lagi bila Direktur Eksekutif PKBI, Inne 
Silviane menyatakan ternyata sebagian hubungan seks bebas remaja dilakukan 
di rumah! Entah kemana ibu mereka. 

Peran
Ibu Berkembangnya ide feminisme yang begitu pesat beberapa waktu
terakhir ini, terasa pengaruhnya terhadap cara pandang masyarakat
terhadap peran ibu. Peran ibu dianggap tidak produktif karena tidak
menghasilkan materi. Bahkan beberapa pihak cenderung menganggap peran
ibu mendomestikasi perempuan dan menempatkan perempuan dalam posisi
inferior, tersubordinasi peran suami. 

Padahal, fakta membuktikan bahwa peran ibu dalam pendidikan anak tidaklah 
tergantikan. Masa-masa 0-6 tahun bagi anak adalah masa keemasan 
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia ini, otak anak terbentuk sampai 
80 %, kecerdasan dan dasar-dasar kepribadiannya mulai terbentuk. Karena 
itu, masa ini membutuhkan pendampingan dari sosok yang intens mengikuti 
pertumbuhan dan perkembangannya, yang mampu memberikan stimulasi optimal 
dengan penuh kasih sayang. 

Pembantu atau pengasuh bayi tentu jauh dari kriteria itu. Tempat Penitipan 
Anak atau kelompok bermain yang diikuti anak juga tidak dapat memberikan 
stimulasi optimal. Tempat ini dirancang untuk menangani banyak anak, 
sehingga kebutuhan individu anak akan kasih sayang tidak terpenuhi seperti 
bila ibu yang intens mengasuhnya. Kasih sayang adalah salah satu makanan 
otak, yang membuat otak berkembang optimal selain gizi dan stimulasi. 

Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus juga dibutuhkan anak dalam 
perkembangan kecerdasan emosionalnya. Ketika anak merasa disayang, ia 
belajar untuk menghargai dirinya, menumbuhkan rasa percaya diri, kemampuan 
untuk berempati dan berbagi kasih sayang kepada orang lain. 

Berbeda dengan anak yang kekurangan kasih sayang. Mereka cenderung 
mengembangkan perasaan negatif, merasa tidak diterima sehingga penghargaan 
terhadap dirinya sendiri rendah. Anak seperti ini akan cenderung menjadi 
anak tertutup, rendah diri dan menyimpan potensi gagal dalam kehidupannya. 
Kasih sayang yang tulus dan berlimpah tentulah datang dari seorang ibu. 
Pemahaman yang utuh terhadap anak juga tentu datang dari ibu. Bila fungsi 
ibu terabaikan karena ibu harus keluar rumah, maka adakah fungsi ini akan 
tergantikan? 

Dilema
Ibu Berperan sebagai ibu ideal tentu adalah cita-cita seorang ibu.
Mendampingi anak, mendidik mereka dengan baik dan mencetak mereka
menjadi generasi unggul yang akan mewarisi negeri ini. Namun, ibu
dihadapkan pada banyak tantangan. 

Tantangan terbesar tentu faktor ekonomi. Banyak ibu yang terpaksa 
meninggalkan rumah untuk ikut menopang ekonomi keluarga. Gaji suami yang 
tidak memadai, sementara harga-harga kebutuhan yang makin melambung 
tinggi, membuat para ibu turun tangan ikut bekerja. 

Kondisi ini membuat anak-anak tumbuh tanpa kontrol dan pendidikan yang 
tepat. Tidak ada yang peduli apa yang ditonton anak dan apa yang dilakukan 
anak bersama teman-temannya. Orangtua hanya bisa terkejut saat anak 
ketahuan terlibat masalah serius atau menjadi korban. Tawuran, narkoba, 
pergaulan bebas, atau kasus kriminal. 

Tantangan kedua adalah pengetahuan ibu terhadap pendidikan anak. Berapa 
banyak ibu yang hanya tinggal di rumah namun tidak mampu mendidik anak 
dengan baik. Ia tidak mengenal potensi yang dapat dikembangkan pada anak 
dan bagaimana mengembangkannya. 

Lebih parah adalah ibu yang bekerja dan sekaligus tidak mampu mendidik 
anak. Ibu-ibu semacam ini tidak memiliki target dalam mendidik anak. Anak 
dibiarkan seperti air mengalir, terserah mau jadi apa nantinya. 
Kondisi ibu semacam ini tentu tidak bisa diharapkan dapat melahirkan 
generasi unggul. Pemerintah seharusnya memiliki kepedulian yang besar 
dalam masalah ini. Bukankah generasi unggul yang dapat melepaskan bangsa 
ini dari krisis yang terus membelit? Apakah kita akan bertahan dengan 
berbagai kerusakan yang melanda bangsa ini? Pepatah bahkan mengatakan 
bahwa pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang berhasil mencetak pemimpin 
yang lebih baik. 

Selama ibu masih harus disibukkan dengan mencari nafkah, selama ibu masih 
tidak memahami pendidikan anak, selama itu pula generasi unggul tidak akan 
lahir . Bangsa kita akan terus terpuruk tidak mampu bangkit. 
Tugas pemerintah adalah menjamin agar ibu bisa menjalankan peran 
keibuannya dengan sempurna. Bukan malah mendorong ibu untuk bekerja keluar 
rumah, bahkan keluar negeri dengan memberikan julukan pahlawan devisa. Itu 
sama artinya negara ini tengah menjual masa depannya. 

Tugas negara pula untuk menjamin pendidikan para ibu. Pendidikan dengan 
kurikulum yang tepat. Agar para ibu tidak hanya menjadikan materi sebagai 
orientasi hidupnya. Namun sesungguhnya, ibu punya tanggungjawab besar di 
pundaknya untuk masa depan bangsa. Maka, tidak salah kalau dikatakan 
perempuan adalah tiang negara. Bila tiang itu roboh, maka tunggulah waktu 
keruntuhan negara.[]      


      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke