·   Para
martir dari Korea yang kita kenangkan hari ini adalah seorang imam
pribumi dan awam-awam. Andreas Kim Taegon meninggal dunia sebagai martir
sebagai imam muda, baru setahun ditahbiskan sebagai imam, sedangkan Paulus
Chong Hasang adalah seorang katekis. Mereka telah memperoleh karunia Allah
melalui atau dengan pelayanan para misionaris dari Prancis dan terpanggil untuk
menjadi penabur-penabur kasih karunia Allah atau Warta Gembira kepada
saudara-saudarinya di Korea. Kerja keras pelayanan mereka karena rahmat Allah
menghasilkan buah yang sungguh menggembirakan: sampai kini banyak orang Korea 
terpanggil untuk mengikuti atau murid-murid Yesus.
Kita semua dipanggil untuk menabur ‘benih-benih’ kasih karunia atau warta
gembira kepada sesama dan saudara-saudari kita di dalam hidup sehari-hari. Kami
percaya bahwa dalam diri setiap manusia atau orang ada kerinduan atau dambaan
untuk hidup bahagia dan sejahtera alias memiliki hati yang terbuka untuk diajak
hidup berbahagia dan sejahtera, hatinya merupakan tanah subur yang siap sedia
untuk ditaburi benih-benih hidup bahagia dan sejahtera. Maka marilah dalam
berbagai cara hidup dan cara bertndak kita dimanapun dan kapanpun dengan rendah
hati senantiasa menaburkan benih-benih hidup bahagia dan sejahtera, yaitu
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, misalnya : ‘bekerja keras, berani 
memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati
lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja,
bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang
rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur,
berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai
karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pengabdian,
pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang,rasa
percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap
hormat, sikap tertib, sopan santun, sprotif, susila, tangguh, tegas, tekun,
tetap janji, terbuka, ulet” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman
Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka- Jakarta 1997)

·   “Ditaburkan
dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan,
dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang
dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh
rohaniah” (1Kor 15:43-44). Kutipan ini bagus untuk menjadi permenungan atau
refleksi kita. “Yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah’, demikian
peringatan Paulus. Menaburkan tubuh alamiah rasanya berarti bekerja keras
melayani sesama dan saudara-saudari sesuai dengan tugas perutusan atau
pekerjaan atau fungsi dan jabatan kita masing-masing. Dari kerja keras melayani
akan tumbuh dan lahirlah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang
menggairahkan, membangkitkan atau menghidupkan sebagaimana saya kutipkan di 
atas.
Penghayatan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan diatas memang harus disertai
dengan kerja keras, yang pada gilirannya nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan
tersebut akan semakin diperdalam dan diteguhkan, itulah kiranya makna dari 
‘yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah’. Salib
dan kebangkitan tidak dapat dipisahkan, pada saat disalibkan/dipanggil Tuhan
pada saat itu juga dibangkitkan; di dalam kerja keras melayani di situ pula
kebahagiaan dinikmati. Marilah kepada anak-anak kita bina dan didik untuk kerja
keras melayani, tentu saja butuh keteladanan atau kesaksian dari orangtua atau
orang dewasa dalam kerja keras melayani.



Jakarta, 20 September 2008


Kirim email ke