Pedagogi Humanisme Mangunwijaya


 
A FERRY T INDRATNO
Konsep Pasca-Indonesia dan Pasca- Einstein merupakan konsep dasar humanisme 
Mangunwijaya yang dilandasi keprihatinannya. Kita masih suka berpikir dehumanis 
dalam bentuk pemikiran yang sempit, terkotak-kotak, bercita rasa dangkal, 
munafik, tidak fair, tidak jujur, serakah, manipulatif, tidak cerdas, dan tidak 
dewasa.
Dalam bidang pendidikan, situasi tersebut mengakibatkan generasi muda, 
khususnya peserta didik, tidak mendapatkan tanah tumbuh dan iklim kesempatan 
untuk berkembang menjadi semakin cerdas dan manusiawi. Seluruh iklim masyarakat 
tidak menguntungkan untuk menjadi manusia cerdas berkarakter tinggi.
Romo Mangun menolak sistem pendidikan yang membuat anak menjadi seragam karena 
pendidikan yang menyeragamkan akan mengakibatkan dehumanisme pada diri anak. 
Pendidikan sejati, dalam arti yang humanis seperti yang dirintis generasi ’28, 
telah kehilangan makna dan menyimpang sejak Orde Baru yang sisa-sisanya masih 
ada sampai kini.
Kurikulum terselubung—tempat penguasa menyalurkan kemauan politiknya—dari TK 
sampai perguruan tinggi, adalah sistem komando, sistem taat, dan sistem hafalan 
kepada yang memberi instruksi. Meskipun dalam ketentuan kurikulum tingkat 
satuan pendidikan kegiatan pembelajarannya bisa dikembangkan di daerah 
masing-masing, tetap saja standarnya ditentukan secara terpusat dan diuji 
secara nasional. Anak hanya menjadi obyek yang mengabdi pada kepentingan 
penguasa. Suasana dialogis yang diharapkan terdapat dalam proses 
belajar-mengajar tidak terjadi karena yang dijalankan di dalam kelas adalah 
sistem komando, taat dan hapalan. Anak-anak menjadi kehilangan suara.
Model pendidikan penyeragaman hanya menghadirkan sosok dehumanis, kader-kader 
penghafal, pembeo, dan ”katak dalam tempurung”. Terjadi kesempitan cakrawala 
pandang yang pada gilirannya akan melahirkan fundamentalisme dan chauvinisme 
yang membentuk individu-individu fasis yang bermental penyamun, perompak, 
penggusur tak berperikemanusiaan, yang jelas-jelas menghambat kemajuan bangsa.

 
Dampak lain dari kesempitan pandangan adalah ketidakwajaran dalam relasi sikap 
terhadap kebenaran: orang merasa enak saja berbohong, korupsi, dan sebagainya 
tanpa merasa bersalah. Sementara di kalangan muda semakin lenyap kemauan untuk 
berpikir luas, eksploratif, dan kreatif. Muncul rasa rendah diri yang disertai 
kecenderungan primordial yang pada gilirannya melunturkan rasa solidaritas 
kebangsaan.
Upaya SD Mangunan
Melalui eksperimen pendidikan di SD Mangunan, diimplementasikan konsep 
Pasca-Indonesia (PI) dan Pasca-Einstein (PE). Melalui implementasi konsep itu 
dalam eksperimen pendidikan terjadi tinjauan kritis atas dominasi pemerintah 
dan kebijakan kurikulum yang menyeragamkan, mendomestifikasi, menstupidifikasi, 
dan mendehumanisasi anak.
Nilai-nilai yang disampaikan Romo Mangun melalui penerapan konsep PI dan PE di 
SD Mangunan tentu berbeda dari nilai-nilai yang diterapkan negara melalui 
kurikulum. Budaya mayoritas yang terwujud dalam kurikulum tidak mendominasi 
kebiasaan (habitus) dan arena (field) anak-anak SD Mangunan karena mereka 
memiliki pengetahuan dan nilai budaya yang berbeda dari budaya massa mayoritas. 
Melalui penerapan konsep PI dan PE, budaya massa mayoritas tidak dapat 
”dilanggengkan”.
Konsep habitus, menurut Bourdieu, adalah pembiasaan (pikiran, persepsi, aksi) 
dalam kondisi tertentu. Habitus membuat tindakan seorang individu menjadi 
sensible dan reasonable. Habitus adalah struktur subyektif (mental) di mana 
seorang agen menghasilkan tindakannya. Bourdieu menyebutnya sebagai disposisi 
terstruktur. Artinya, habitus adalah struktur kepatuhan atau kesiapsediaan 
seseorang untuk menghasilkan tindakan.
SD Mangunan adalah sebuah SD yang menghasilkan anak- anak yang kreatif, 
eksploratif-komunikatif, dan integral, juga telah menghasilkan berbagai desain 
pembelajaran, lembar kerja, materi pelajaran, alat peraga, dan berbagai 
pelajaran khas serta pola pengasuhan siswa yang berbeda dari budaya massa 
mayoritas. Hasil-hasil eksperimen itu merupakan nilai alternatif, khususnya 
jiwa kreatif, eksploratif-komunikatif, dan integral adalah sebuah habitus 
anak-anak SD Mangunan yang dipakai untuk mendekonstruksi kultur massa mayoritas.

 
Evolusi kebudayaan
Dalam pandangan Romo Mangun, pembaruan pendidikan perlu ditempatkan di dalam 
kerangka evolusi kebudayaan yang menjadi sasaran utama pendidikan adalah 
perubahan dan pembentukan sikap-sikap dan kebudayaan yang baru. Maka, yang 
paling mendesak adalah perbaikan secara menyeluruh dan intensif pendidikan 
dasar. Bukan sekadar perbaikan masalah teknis didaktik-metodik, melainkan juga 
hal-hal yang ideologis, strategis-paradigmatis.
Salah satu kunci terpenting dalam rangka mewujudkan pembaruan pendidikan dalam 
rangka evolusi kebudayaan semacam itu adalah faktor manusia yang secara formal 
dipercaya menjalankan peran sebagai guru. Selain memiliki penguasaan teknis, 
seorang guru lebih-lebih harus merupakan seorang pribadi humanis yang sudah 
mengalami pencerahan sehingga ia mampu mengembalikan situasi pendidikan yang 
menghargai ”anak sebagai anak”.
Mengapa penyiapan sosok manusia PI dan PE dipilih melalui sekolah dasar? 
Menurut Romo Mangun, ada beberapa alasan. Pertama, yang mendasar itu sekolah 
dasar. Jenjang sekolah dasar merupakan ekosistem dan basis yang strategis bagi 
evolusi kita sebagai bangsa.
Kedua, suatu sistem pendidikan sekolah dasar yang cocok bagi anak-anak miskin 
akan merupakan sejenis pengalaman baseline yang pasti bisa diterapkan bagi 
anak-anak yang kaya. Sebaliknya, sistem pendidikan sekolah dasar yang baik 
untuk anak-anak kaya belum tentu cocok diterapkan untuk anak-anak miskin.
Ketiga, kenyataan bahwa di kalangan seluruh penduduk negeri kita, mayoritas 
anak-anak mereka dalam jangka waktu cukup lama masih akan hanya mencapai 
jenjang sekolah dasar, tak mampu melanjutkan belajar ke jenjang-jenjang yang 
lebih tinggi.
A FERRY T INDRATNO Bekerja di Dinamika Edukasi Dasar, Yogyakarta
 
http://cetak.kompas.com/read/

 xml/2009/03/20/05242168/pedagogi.humanisme.mangunwijaya


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


      

Kirim email ke