Maaf nyerobot, Kalau yang beginian tidak perlu Ustadz, cukup si Bening saja ( 
tapi pertanyaan saya tentang De Javu bagaimana ???? gak bisa jawab ???? 
he......he..... )
 
Dalam kepercayaan Islam, Al Qur'an sebanyak 30 juz, 666 ayat sudah tertulis 
lengkap di LM. Sedangkan turunnya ke Bumi ( diwahyukan kepada Nabi Muhammad ) 
adalah secara bertahap sesuai dengan konteks kejadian).
 
Misalnya proses pengharaman khamr, meski di LM sudah ada ayat yang menyebutkan 
pengharaman Khamr, tetapi ayat yang turun ( diwahyukan ) proses pengharaman 
khamr adalah sebagai berikt :
 
1. Surat an-nahl: 67 dalam ayat ini Allah hanya memberi signal baha Allah telah 
memberi karunia kepada manusia berupa dua jenis pohon, yaitu kurma dan anggur. 
Dari kedua pohon tersebut akan bisa menghasilkan 1)minuman keras yang 
memabukkan dan dapat menghilangkan akal. 2) rizki yang baik yang bermanfaat 
buat kehidupan manusia.
 
Dari sini belum ada Hukum mengharamkan khamr, hanya signal bahwa dari tumbuhan 
anggur, bisa dijadikan bahan untuk mabuk, tapi bisa juga dijadikan bahan yang 
bermanfaat.
 
2. Surat Baqarah:ayat 219 disini mulai mengarah kepada KHAMR, bahwa khamr itu 
ada manfaatnya ( kalau diminum ) tetapi kerugiannya lebih besar. Dari ayat ini 
Allah baru menunjukkan Kerugiannya.
 
3.Surat an-Nisa’:43, disini sudah menyebut bahwa minum khamr dilarang, tetapi 
hanya pada saat mau melakukan Sholat. Jadi sudah mulai ada pelarangan, tetapi 
masih dalam uji coba atau temporal.
 
4.Surat Al -Maidah: 91, disini sudah secara tegas pada minum Khamr dilarang..
 
Jadi ayat-ayat proses pengharaman Khamr tetap saja tercantum utuh,tidak ada 
yang dihilangkan baik di AQ maupun di LM sampai sekarang.
 
Kenapa ayat-ayat proses pengharaman KHAMR masih saja dicantumkan ? kenapa 3 
ayat sebelumnya dihapus saja dan hanya menyisakan 1 ayat yaitu di Surat Al 
maidah 91 ? hal ini disamping menjaga keutuhan AQ, juga dalam memebrikan 
Tuntunan kepada DAI atau juru dakwah, apabila berdakwah dalam dalam masyarakat 
yang HOBI KHAMR, jangan langsung dikasih ayat al Maidah 91, tetapi gunakan 
tahapan sesuai dengan pentahapan AQ. Jadi bagi masyarakat PEMABUK, seakan-akan 
ayat yang diterima itu bertahap, padahal AQ sudah ada secara utuh ayat yang 
mengharamkan.
 
jadi AQ di LM sudah ada ayat al MAIDAH 91, tetapi turunnya saja yang paling 
belakang, demi adanya PEMBELAJARAN.
 
ini yang bisa saja jelaskan, mohon maaf kalau ada kekurangan.
 
Salam,


--- On Fri, 9/12/08, gkrantau <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: gkrantau <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [zamanku] Re: Al-Qur'an yang Asli Ada di Manakah?
To: zamanku@yahoogroups.com
Date: Friday, September 12, 2008, 5:39 AM






USTADZ, aku ingin bertanya: Dengan adanya abrogation and replacement - (nasikh 
wal mansukh) ayat2 Qur'an apakah Lauh Mahfudz yg disimpan di sorga dan sudah 
ada jauh sebelum nuzul Qur'an juga turut berubah?

Karena L.M. adalah the mother of all books kalo turut berubah dan sebagian 
ayat2nya dibatalakan, maka status sbg kitab abadi tidak pantas lagi 
disandangnya.

Kalo tidak turut berubah, artinya hanya ayat2 Qur'an saja yg mengalami 
pembatalan dan penggantian, maka Qur'an tidak lagi merupakan facsimile ato true 
copy dari L.M. di sorga, bukan?

Mohon petromax-nya.

Gabriela Rantau

.. 
--- In [EMAIL PROTECTED] .com, Haryo Penangsang <[EMAIL PROTECTED] ..> wrote:
>
> 
> 
> Al-Qur'an
> yang Asli Ada 
> di Manakah?
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kamis, 11 Sep 08 12:24 WIB 
> 
> Ustadz,
> saya mau bertanya, Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi manusia yang
> diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya tahu bahwa
> Al-Qur'an yang sering kita baca merupakan tulisan seseorang. 
> 
> Yang
> jadi pertanyaan saya, Al-Qur'an yang asli yang Allah turunkan kepada Nabi
> Muhammad SAW sekarang ada di mana? Apakah Allah SWT waktu menurunkan 
> Al-Qur'an berbentuk
> buku seperti yang kita baca sekarang?Dwi
> S
> 
> iwink 
> 
> Jawaban 
> 
> 
> 
> Al-Quran
> yang asli tidak ada di muka bumi, sebab yang asli adalahnyadi Lauhil Mahfudz.
> Yang ada di muka bumi adalah hasil tulisan tangan manusia. Yaitu tulisan 
> tangan
> para shahabat nabi Muhammad SAW yang mulia. Tangan mereka lah yang telah
> menulis ayat-ayat Al-Quran pertama kali di muka bumi, berdasarkan dikte yang
> disampaikan oleh Rasulullah SAW. 
> 
> Sedangkan
> Al-Quran yang asli sudah ada jauh sebelum Allah menciptakan manusia dan alam
> semesta. Barulah ketika Allah SWT mengangkat nabi Muhammad SAW sebagai nabi
> terakhir, sebagian demi sebagian ayat itu diturunkan. Itu pun tidak diturunkan
> secara urut, melainkan secara acak sesuai dengan kebutuhan yang ada saat itu. 
> 
> Namun
> pada saat diturunkan, Jibril menjelaskan kepada Rasulullah SAW bahwa potongan
> ayat yang baru dibawanya itu adalah urutan kesekian dari surat tertentu. Atau 
> letaknya setelah ayat
> tertentu dan sebelum ayat tertentu. 
> 
> Ketika
> Rasulullah SAW menyampaikan kembali ayat-ayat yang turun kepada beliau, para
> shahabat lantas mencatatnya, baik di pelepah kurma, tulang, batu atau pun 
> media
> lainnya. Selain itu Rasulullah SAW juga punya seorang sektetaris pribadi yang
> secara khusus ditugaskan untuk mencatat setiap ayat yang turun. Seperti Zaid
> bin Tsabit dan lainnya. 
> 
> Adapuntulisan
> tangan para shahabat nabi SAW itu kemudian mengalami standarisasi di zaman
> Khalifah Utsman bin Al-Affan. Tujuannya untuk menyamakan rasam (bentuk huruf
> dan tulisan), agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Dan
> tulisan-tulisan lainnya setelah standarisasi itu dikumpulkan lalu dibakar..
> Sebab umat Islam sudah punya satu mushaf standar yang telah dikerjakan oleh 
> tim
> profesional. Mushaf standar inilah yang kemudian digandakan dan dikirim ke
> pusat-pusat peradanan Islam. 
> 
> Hingga
> hari ini, di musium Topkapi Istambul Turki, masih banyak peninggalan 
> bersejarah
> sejak zaman nabi dan para shahabat. Namun nilainya hanya sekedar sejarah saja,
> tidak lagi menjadi dasar otentitas Al-Quran. Sebab kalau hanya untuk
> mendapatkan sumber keotentikannya, umat Islam telah memliki sebuah metode yang
> ilmiyah dan sangat unik serta tidak pernah dimiliki oleh agama dan bangsa
> manapun. Yaitu metodologi periwayatan (sanad) yang ternyata sangat luar 
> biasa. 
> 
> Dengan
> adanya metodologi periwayatan sanad ini, otentifikasi sebuah naskah menjadi
> sangat valid. Karena bukan sekedar memastikan bahwa suatu naskah itu asli
> ditulis pada zaman apa, melainkan juga memastikan alur sampainya periwayatan
> itu sendiri. Benarkah sebuah naskah itu memang datang dari mulut nabi Muhammad
> SAW, ataukah hanya karangan orang-orang di sekitarnya? 
> 
> Kalau
> hanya dengan menggunakan studi naskah klasik (filologi), kita hanya mampu
> membuktikan bahwa naskah tertentu ditulis pada tahun berapa, sedangkan
> kepastian bahwa materi naskah itu betul-betul original atau tidak, kita tidak
> bisa mengetahuinya. 
> 
> Dan
> secara derajat periwayatan, ayat-ayat Al-Quran yang sampai kepada kita telah 
> diriwayatkan
> dengan mutawatir, sehingga kepastian keshahihannya mutlak, jauh melebihi
> umumnya rata-rata hadits yang sampai kepada kita.
> Shalom,Tawangalun.
> Shalom,
> Tawangalun.
>
 














      

Kirim email ke