http://inilah.com/berita/politik/2009/03/30/94668/sby-merapat-ke-pks-ada-apa/

30/03/2009 - 19:43

SBY Merapat ke PKS, Ada Apa?
Herdi Sahrasad

Presiden SBY
(inilah.com/ Raya Abdullah)
INILAH.COM, Jakarta - Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada calon wapres 
pilihan pertama yang didambakan, pilihan kedua pun jadi. Itulah pragmatisme 
politik SBY, dan itu sah saja. Dan, pragmatisme itu dilakukan SBY dengan 
melirik Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 

Dengan kemungkinan berpisahnya duet Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, 
pilihan SBY untuk meminang Hidayat Nur Wahid atau Hilmi Aminuddin sebagai 
cawapresnya, tampak sudah di depan mata. Meski, semua itu masih menunggu hasil 
pemilu. 

Kemungkinan SBY menggaet politisi PKS sebagai cawapresnya, sangat terbuka. Jika 
JK jadi maju sebagai capres, maka SBY akan kehilangan cawapres terkuatnya. Mau 
tak mau, ia mencari wakil dari sosok sipil lainnya. 

Dan, politisi PKS seperti Hidayat Nur Wahid atau Hilmi Aminuddin, berpeluang 
untuk digaetnya. Politisi PKS itu juga tak bakal menolak karena mereka masih 
melihat SBY sebagai capres paling populer dalam berbagai survei. 
Pertimbangannya sederhana: SBY sebagai incumbent, berpeluang menang meski 
elektabilitasnya cenderung stagnan.

Persoalannya, duet SBY-Hidayat atau SBY-Hilmi ini ditengarai akan membuat isu 
syairah Islam dan Islamisasi menggelayuti SBY kemanapun melangkah pergi. 
Tantangan religio-politik ini harus diatasi kubu SBY, jika mereka memiliki 
political skill yang memadai untuk soal ini.

Di kalangan publik, terutama simpatisan dan kader PKS, sudah beredar pesan 
pendek (SMS) SBY-PKS. Jangan kaget bila hari-hari ini menerima pesan singkat di 
ponsel: PKS Partaiku, SBY Presiden Pilihanku! 

SMS tersebut memang tengah beredar di kalangan kader PKS, pasca pertemuan Ketua 
Dewan Syuro PKS, Hilmi Aminuddin dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, 
SBY.

Sinyal kemungkinan PKS berkoalisi dengan Partai Demokrat dan kembali mengusung 
SBY sebagai presiden memang disambut sangat antusias oleh kader dan simpatisan 
PKS. Dari sejumlah nama capres yang beredar, nama SBY memang paling favorit 
dalam survei internal yang dilakukan PKS. 

Sebelumnya, para pembaca INILAH.COM dari kalangan PKS menyingkapkan melalui 
surat elektronik bahwa masalah ketidakpastian siapa capres yang akan didukung 
PKS memang sempat membuat bingung dan galau para konstituen. 

Berbeda dengan para kader yang akan mematuhi semua keputusan partai --siapapun 
capres yang diusung-- simpatisan PKS sejatinya lebih bersifat kritis. Mereka 
bisa saja punya pilihan lain, ketika partai mencalonkan figur yang tidak mereka 
dukung. Ketika nama SBY kembali diusung oleh PKS, mereka mungkin merasa lega 
dan komit kembali memilih PKS. Benarkah demikian?

Analis politik Burhanudin Muhtadi MA melihat, swing voters dalam pemilu tahun 
ini, akan menentukan perolehan suara Partai Demokrat dan PKS. Jika sebagian 
besar swing voters lari ke Golkar atau Gerindra, peta politik bakal berubah. 
Atau jika swing voters itu lari ke golput, itu lebih menguntungkan 
parpol-parpol yang memiliki captive market dan pemilih tradisional.

Bagi PKS, pilihan untuk kembali merapat ke SBY, merupakan langkah yang 
realistis dan pragmatis, sekaligus aspiratif. "Selama PKS hanya jadi partai 
menengah, ia akan tahu diri. Persoalan jadi lain jika PKS ternyata meraih 20% 
suara. PKS pasti mengajukan capresnya sendiri,'' kata Zulkieflimansyah, anggota 
DPR dari PKS.

Dengan kata lain, SBY merapat ke PKS atau PKS yang merapat SBY, lebih didesak 
oleh kebutuhan pragmatisme politik. SBY sudah melirik ke PKS, dan PKS merespon 
dengan silaturahmi politik Hilmi Aminudin ke Cikeas. 

Pertanyaannya, apakah koalisi ini ampuh membendung koalisi 'Golden Triangle' 
yang disusung oleh Golkar, PDIP, dan PPP? Jangan lupa, masih ada kuda hitam 
dari Blok Perubahan dan Gerindra, yang bisa saja berkoalisi membentuk kekuatan 
tersendiri.

Agaknya, PKS dan Demokrat masih berusaha mencari tempat yang pas di tengah arus 
politik yang cenderung mampat dan saling jerat. [I4]

<<94668.jpg>>

Kirim email ke