[zamanku] Tahun Ini Gus Dur Jadi Pahlawan Nasional

2010-08-13 Terurut Topik Abdul Rohim
Bangun makam, pemerintah menganggarkan Rp 180 miliar.
Rencana menobatkan KH Abdurrahman Wahid sebagai pahlawan nasional tinggal 
selangkah lagi.Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan, pihaknya 
sudah melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk menetapkan bekas Presiden RI 
keempat ini sebagai pahlawan.
Persiapan pahlawan nasional sudah, tinggal besok (hari ini) rapat di 
Kementerian Sosial. Kami sudah melengkapi dokumennya, katanya di kantor 
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat kemarin.

Sejak Januari lalu, Badan Pembina Pahlawan Daerah Jawa Timur sudah menetapkan 
Gus Dur--nama panggilan Abdurrahman--sebagai pahlawan nasional. Adapun 
keputusan untuk menetapkan gelar itu akan diumumkan oleh Kementerian Sosial 
menjelang Hari Pahlawan pada 10 November. Selain bekas Ketua Umum Pengurus 
Besar Nahdlatul Ulama tersebut, pemerintah akan mengumumkan sejumlah nama yang 
berhak menyandang gelar pahlawan.
Mudah-mudahan tahun ini (jadi pahlawan nasional),kata Saifullah.

Pemerintah daerah Jawa Timur, menurut Saifullah, sudah berkali-kali melengkapi 
berkas administrasi. Sudah empat kali perbaikan, yang terakhir tinggal makalah 
dan sejarah singkat Gus Dur, katanya.

Adik Gus Dur, Salahuddin Wahid, menyatakan pihaknya ikut membantu kelengkapan 
berkas. Keluarga menunggu saja hingga prosedur baku terpenuhi,katanya. Namun, 
dia mengaku, keluarganya tidak pernah dihubungi Kementerian Sosial sehubungan 
dengan penetapan status pahlawan nasional ini.

Sejak tutup usia akhir tahun lalu, pamor Gus Dur tetap bersinar. Hingga kini 
makamnya di daerah Jombang, Jawa Timur, masih dibanjiri pelayat.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, pemerintah 
sudah menyiapkan Rp 180 miliar untuk membangun kawasan wisata religi di 
kompleks pemakaman Gus Dur.
Masih dihitung jumlahnya. Sekitar Rp 180 miliar, itu termasuk untuk jalan 
raya, katanya kemarin.

Jumlah biaya sebesar itu,menurut Agung, sudah sesuai dengan arahan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono untuk menghormati presiden keempat ini. Beliau 
mengarahkan untuk membangun tempat tersebut,katanya.

Setiap hari makam Gus Dur dikunjungi sekitar 2.000 peziarah. Jumlahnya melonjak 
hingga empat kali lipat setiap akhir pekan.
Pemerintah akhirnya berinisiatif membangun kawasan tersebut sesuai dengan 
budaya masyarakat setempat. Dana Rp 180 miliar, menurut Agung, tak hanya untuk 
membangun makam, tapi juga infrastruktur pendukung seperti tempat parkir dan 
jalan raya.

Pemerintah juga berencana membangun rumah singgah untuk pengunjung, menata 
warung-warung di sekitar makam, dan memberi penyuluhan bagi warga sekitar. 
Pembangunannya kemungkinan tiga tahun ini. Kalau bisa, mulai tahun ini 
dimulai,ujarnya.

Dana sebesar itu tak hanya ditanggung pemerintah pusat, tapi juga pemerintah 
daerah. Menurut Saifullah, Pemerintah Kabupaten Jombang menyediakan anggaran Rp 
9 miliar. Adapun Provinsi Jawa Timur merogoh anggaran hingga Rp 30 miliar. 
DIANING SARI

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/08/11/ArticleHtmls/11_08_2010_008_006.shtml?Mode=1




[zamanku] Stres Diduga Membuat Siswa Tak Lulus

2010-05-02 Terurut Topik Abdul Rohim


terjadi penurunan 3,86 persen dibanding tahun lalu yang sebesar 93,74 persen. 
Siswa yang harus mengulang terbanyak terdapat di Nusa Tenggara Timur (52,08 
persen) disusul Gorontalo (46,22 persen) dan Maluku (41,16 persen).

Persentase kelulusan ujian nasional SMA di DKI Jakarta juga merosot dibanding 
tahun lalu yang sebesar 96,6 persen. Sedangkan tahun ini 90,67 persen dari 
total 59.697 peserta. Untuk siswa sekolah menengah kejuruan, tahun lalu 
persentase kelulusan 96,6 persen, sedangkan tahun ini 92,18 persen.

Menteri Nuh di gedung MPR/DPR kemarin menyatakan sedang menganalisis faktor 
penyebab penurunan tingkat kelulusan siswa. Menurut Nuh, perlu diteliti apakah 
karena soal ujian yang terlalu sulit, belajar-mengajar tak bagus, sarana dan 
prasarana kurang, atau semangat siswa turun. “Semua harus dibuka dan 
dianalisis,” katanya.

Hasil penelitian akan dijadikan bahan oleh pemerintah untuk mengintervensi 
kebijakan menjelang ujian ulangan pada 10-14 Mei nanti. Nuh optimistis hasil 
ujian ulangan akan menggembirakan karena mayoritas peserta hanya
mengulang ujian satu mata pelajaran (lihat tabel).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional 
Mansyur Ramly menuturkan hasil ujian nasional tahun ini bukan penentu utama 
kelulusan.

Kelulusan ditentukan oleh dewan guru sekolah.

Kementerian memiliki alat pengendali berupa data ujian nasional. Data itu bisa 
menunjukkan apakah sekolah sudah sesuai dengan ketentuan dalam menentukan 
kelulusan siswa. Tapi Kementerian tak akan menjatuhkan sanksi kalau ada sekolah 
yang melanggar.“Kami akan menegur dan membina,” kata Mansyur.

Suparman ragu pemerintah bisa mengawasi sekolah. Apalagi standar nilai ujian 
nasional dan ujian sekolah berbeda.“Bisa-bisa sekolah mengatur nilai ujian 
sekolah agar siswanya lulus.” Ia mengusulkan nilai ujian nasional dan sekolah 
mempunyai bobot yang sama.
-Ribuan siswa me nengah atas (SMA) di DKI Jakarta dan sekitarnya gagal dalam 
ujian nasional (UN) tahun ini. Persentase keberhasilan ujian turun hampir 6 
persen dibanding tahun sebelumnya.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan hasil yang diperoleh saat ini 
bukanlah gambaran akhir prestasi siswa.“Ini baru hasil sementara,”ujar Fauzi 
Bowo kemarin. Meski mengalami penurunan, kata Fauzi, persentase keberhasilan UN 
di DKI masih di atas rata-rata nasional, yakni 89,8 persen.

Ujian nasional kerap disebut sebagai penyebab utama ketidaklulusan siswa. Namun 
kini ada faktor lain yang diperhitungkan. “Hasil ujian sekolah dan penilaian 
lainnya juga diperhatikan.

Keputusan lulus atau tidak ditetapkan dalam rapat guru,” kata Kepala SMAN 54, 
Jakarta Timur, Sunarno.

Sunarno menjelaskan, sangat mungkin siswa dinyatakan tidak lulus karena nilai 
ujian sekolah yang jelek.

Atau mungkin juga ada pertimbangan lain yang membuat seorang murid tidak lulus 
meski nilai ujiannya di atas batas standar 5,5. “Di dalam rapat itulah kemudian 
ditentukan kepantasan seorang siswa lulus atau tidak,”katanya.

Meski begitu, ia tidak memungkiri bahwa yang kerap membuat siswa tidak lulus 
adalah nilai ujian nasional di bawah rata-rata. “Sama seperti yang terjadi di 
sekolah ini, dua murid tidak lulus karena ada hasil ujian nasional di satu atau 
dua mata pelajaran di bawah standar,” katanya.

Siswa yang dinyatakan gagal dalam ujian nasional diminta mengikuti ujian
ulangan. “Ujian akan diselenggarakan pada 10-14 Mei,”ujar Kepala Humas Dinas 
Pendidikan DKI Jakarta Yusen Hardiman ketika dihubungi kemarin.

Ujian dilakukan serentak bagi semua siswa SMA dan SMK di seluruh Indonesia.

Bagi mereka yang tetap dinyatakan gagal, kata Yusen, siswa tersebut dapat 
menggunakan jalur lain melalui ujian kesetaraan program paket C. “Atau kembali 
mengulang di kelas III,” katanya.

Data Dinas Pendidikan DKI Jakarta menunjukkan tingkat keberhasilan UN siswa SMA 
dan SMK tahun ini sebesar 90,6 persen atau sekitar 121 ribu siswa. Perolehan 
ini turun jika dibandingkan dengan persentase tahun lalu, yang mencapai 96,6 
persen.

Di Jakarta Pusat, persentase keberhasilan UN mencapai 83,5 persen. Adapun 
jumlah siswa di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu yang berhasil lulus UN 
mencapai 83,3 persen. Prestasi ujian di tiga kota madya lain relatif lebih 
baik. Untuk Jakarta Barat mencapai 95 persen, Jakarta Selatan sebesar 92 
persen, dan Jakarta Timur 92,8 persen.

Sementara itu, 1.106 siswa sekolah menengah di Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa 
Barat, gagal dalam ujian nasional. Mayoritas siswa yang gagal berasal dari 
sekolah menengah atas swasta. Diduga siswa tidak siap dengan standar nilai 5,5.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bekasi Dedi Djunaedi 
mengatakan sebagian siswa stres menyimak materi UN. “Mereka stres dan kurang 
percaya diri dalam menjawab soal,”kata Dedi.
Sedangkan Kepala Dinas Kabupaten Bekasi Rusdi mengatakan banyak faktor penyebab 
kegagalan siswa.

Musibah banjir yang menggenangi sebagian wilayah di bagian utara Kabupaten Be
kasi membuat aktivitas 

[zamanku] Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1)

2009-09-12 Terurut Topik Abdul Rohim
Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1)
*Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kaki*

*SURABAYA* - Sekitar 200 orang yang mengatasnamakan dirinya Front
Anti-Komunis (FAK) berdemonstrasi di depan kantor /Jawa Pos/, Jalan A.
Yani, kemarin (2/9). Mereka berkeberatan atas beberapa pernyataan
Soemarsono, ketua Pemuda Republik Indonesia (PRI), yang sekarang
bermukim dan menjadi warga negara Australia.

---

*TULISAN* yang dianggap bermasalah itu bertajuk, /Soemarsono; Tokoh
Kunci dalam Pertempuran Surabaya/. Catatan terkait dengan sejarah dan
masa lalu Soemarsono tersebut dimuat bersambung tiga seri di halaman
depan /Metropolis/, mulai 9 hingga 11 Agustus 2009, yang ditulis
Chairman /Jawa Pos/ Dahlan Iskan.

Front Anti-Komunis yang berunjuk rasa kemarin terdiri atas Peguyuban
Keluarga Korban Pemberontakan PKI 1948 Madiun, Centre For Indonesian
Communities Studies (CICS), Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur, Front
Pemuda Islam Surabaya (FPIS), dan MUI Jawa Timur.

Ada pula Forum Madura Bersatu (Formabes) Jawa Timur, DHD '45 Cabang
Surabaya, anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), serta
beberapa kelompok lainnya.

FAK tiba di area parkir Graha Pena sekitar pukul 13.00. Beberapa
perwakilan tampil berorasi di depan massa menggunakan pengeras suara dan
membentangkan poster. Dalam orasinya, perwakilan FAK menyesalkan tulisan
sosok Soemarsono, mantan gubernur militer PKI, pada peristiwa berdarah
di Madiun pada 1948. ''Seolah-olah, dia adalah pahlawan. Padahal, tidak
betul itu semua,'' teriak Sekjen FPI Jawa Timur Muhammad Khoiruddin.

Setelah berorasi, Ketua CICS Arukat Djaswadi membacakan pernyataan sikap
FAK. Dia menyesalkan pernyataan Soemarsono saat bertemu keluarga korban
peristiwa 1948 di Madiun. Sebab, Soemarsono telah meminta maaf kepada
keluarga korban sambil mengatakan bahwa mereka adalah sama-sama korban.
Kaum komunis maupun umat Islam adalah korban dari penguasa saat itu.

Arukat menjelaskan, penguasa yang dimaksud Soemarsono adalah Mohammad
Hatta. ''Alasan itu khas PKI. Sesuatu yang dipertahankan sejak gagal
melakukan kudeta pada 1948,'' ujarnya.

Setelah membacakan pernyataan sikap, Akurat, Muhammad Khoiruddin, dan
Nazir Zaini (Formabes) beramai-ramai membakar buku testimonial
Soemarsono berjudul /Revolusi Agustus, Kesaksian Pelaku Sejarah/.

Rampung berorasi, 25 wakil FAK diundang untuk berdialog dengan awak
redaksi /Jawa Pos/ di ruang rapat /JTV/. Mereka ditemui, antara lain,
oleh Pemimpin Redaksi /Jawa Pos/ Leak Kustiya, Ketua Dewan Redaksi
Mohamad Elman, Tim Ombudsmen, serta Pemimpin Redaki /JTV/ Imam Syafi'i.

Dalam pertemuan kemarin, sejarawan Unesa Prof Aminuddin Kasdi menilai,
tulisan tentang Soemarsono dianggap membengkokkan sejarah. Bagiamana
pun, kata dia, Soemarsono adalah sosok yang bersalah dalam peristiwa
Madiun. Namanya semakin tercemar karena dia menjadi kader PKI.

''Dalam teks sejarah, nama Soemarsono masih belum dicabut sebagai antek
PKI,'' tegasnya. ''Tulisan tentang Soemarsono merupakan legitimasi bahwa
sosoknya adalah pahlawan. Kami sangat sakit hati dan kami tidak ingin
digigit ular dua kali,'' ujarnya.

Leak Kustiya menyampaikan terima kasih atas kedatangan 18 elemen
masyarakat tersebut. Terima kasih itu ditujukan terutama kepada FAK yang
sudah melakukan koreksi atas pemberitaan /Jawa Pos/.

''Memberi kontrol tulisan untuk keseimbangan di media massa memang
penting. Tapi, yang perlu diingat, sejarah, meski dibelokkan atau
dibengkokkan, ia akan tetap bermuara dalam kebenarannya sendiri.
Yakinlah, tak seorang pun dan tak satu koran pun yang bisa mengubah
kebenaran sejarah,'' jelas Leak.

Memenuhi permintaan kelompok masyarakat yang merasa dirugikan atas
pemberitaan tentang Soemarsono itu, Imam Syafi'i mewakili ombudsmen
menyatakan bahwa /Jawa Pos/ bisa memberikan hak jawab kepada mereka.
''Kami akan memberikan porsi liputan yang sama. Caranya, mewawancarai
saksi dan ahli sejarah yang berada di sini yang tahu betul sosok
Soemarsono ini,'' katanya.

Aminudin Kasdi dan Arukat adalah orang bersedia diwawancarai terkait
silang sengkarut sejarah ini. *(nur/el)

http://jawapos.com/metropolis/index.php?act=detailnid=88600
*
http://media-klaten.blogspot.com/
http://seizetheday-cloth.blogspot.com/



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


[zamanku] Merdeka dari Orang Pintar

2009-09-03 Terurut Topik Abdul Rohim

Merdeka dari Orang Pintar
Oleh: Bashori Muchsin
/Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil,/ /tapi
berusahalah menjadi manusia yang berguna/. (Albert Einstein)
*APA* yang disampaikan kimiawan terkenal itu cukup menggelitik. Kita
(manusia) diingatkan untuk terus berusaha bukan menjadi sosok pelaku
sejarah yang berhasil, tapi sebagai manusia yang berguna. Kita dikritik
supaya tidak meniti di jalan orang-orang sukses, tetapi di wilayah
orang-orang yang berguna. Kita disuruh agar tidak jadi pemburu dan
pembaru keberhasilan, tetapi aktivis yang giat memproduk hal-hal yang
berguna.
Sudah tidak terhitung banyaknya kegiatan yang digelar di tengah
masyarakat ini, namun pergelaran kegiatan itu tidak membawa
kemanfaatan. Kegiatan tersebut bisa mengantar seseorang atau sejumlah
orang mendapatkan label berhasil dan pintar, namun kegiatan itu gagal
menghadirkan kegunaan bagi masyarakat dan bangsa.
Cukup banyak aktivitas yang dilakukan seseorang atas nama kelompok,
institusi kependidikan dan keagamaan, partai politik, atau
lembaga-lembaga strategis berjustifikasi negara, kepentingan umum,
pembangunan, kemiskinan, atau pemberdayaan masyarakat (/social
empowering/), yang aktivitas tersebut bisa mengantar pelaksananya
berhasil meraih keuntungan politik dan uang berlipat-lipat.
Kalau bukan keuntungan politik dan uang, mereka berhasil meraih
popularitas, menaikkan prestasi dan prestise di ranah strata
sosialnya, atau berhasil memenuhi berbagai kebutuhan hedonismenya,
melampiaskan perburuan kepentingan biologisnya, atau sukses jadi
petualang hebat dalam mengumpulkan pundii-pundi kekayaannya.
Mereka itu pun akhirnya menjadi penasbih gaya hidup dan berelasi
sosial-politik dan bahkan keagamaannya dengan uang. Keberhasilannya
dominan menggunakan kalkulasi pada seberapa besar uang bisa diperoleh
atau mengalir kepadanya. Mereka tidak mendengar petuah Aristoteles yang
mengingatkan semakin tinggi penghargaan manusia terhadap kekayaan
(uang), maka semakin rendahlah penghargaan manusia terhadap kesusilaan,
keadilan, kemanusiaan, dan kejujuran.
***
Di negeri ini, sudah banyak orang pintar yang bisa bermain dengan hebat,
melalui aktivitas yang ditawarkan, dijual, dan dibarterkan kepada pihak
lain. Seperti kolaborasi akademisi dengan birokrasi, atau politisi
dengan penguasaha (korporasi), yang membuatnya terus bisa berhasil atau
mendulang berbagai prestasi mentereng dan menghasilkan banyak uang.
Mereka itu bisa menunjukkan kelincahan lewat kemampuan rasio yang
digunakan untuk membuka peluang, menjalin dan menjaring kerja sama,
menyusun berbagai pola proposal atau rencana kerja yang membuatnya
sebagai sekumpulan petualang sukses, khususnya dalam mencairkan dan
mengalirkan anggaran-anggaran publik yang jumlahnya tidak sedikit, bisa
ratusan miliar hingga triliunan rupiah, baik yang bersumber dari APBN
maupun APBD.
Beda dengan orang miskin yang tidak berpendidikan tinggi atau tak
terkondisikan benar-benar pintar, mereka mustahil bisa menyusun dan
membuat proposal, rencana kerja, atau rumus-rumus ilmiah yang berharga
mahal. Pasalnya, dengan kemampuan yang serba terbatas, tidak adanya
akses kekuasaan, dan sangat sabarnya dalam menerima realitas
ketidakberdayaan telah membuatnya tidak kenal, apalagi berkawan dengan
uang besar.
Orang miskin seperti itu mustahil, rasanya, bisa memperoleh stigma
sebagai sosok atau golongan yang berhasil. Apa yang diperbuat lebih
sering sekadar untuk bertahan hidup.
***
Komunitas miskin Indonesia yang jumlahnya (ada yang menyebut) lebih dari
40 juta orang itu kesulitan menuai hak kemerdekaannya akibat sepak
terjang orang pintar yang menghegemoninya. Mereka kesulitan mendapatkan
hak kesejahteraan, pendidikan berkualitas, layanan kesehatan yang
memadai, dan citra diri sebagai warga yang hidup di negara hukum, akibat
perilaku orang pintar nakal atau kriminal yang mendesain dirinya menjadi
neokolonialis.
Profil orang pintar neokolonialis tidak sulit ditemukan di berbagai
strata sosial dan struktural. Mereka bisa berdiri dan berperan di
tempat-tempat yang dikalkulasi atau direkayasa mampu mendatangkan
keuntungan besar. Mereka menjadi arsitek yang sangat lincah dan cerdas
dalam memburu dan mengumpulkan uang atau status ningrat yang
menguntungkannya secara eksklusif.
Mereka itulah yang disebut Enstein bukan kumpulan orang berhasil, namun
gagal memberikan manfaat atau kegunaan publik. Mereka menjajah
(merampas) hak milik masyarakat lewat proyek-proyek atau proposal yang
dikomoditaskannya, yang membuat dirinya bisa menuai kesuksesan atau
hidup makmur, namun apa yang dilakukan itu tidak berdampak membebaskan
masyarakat miskin.
Ketika seseorang atau sekelompok orang sudah hidup mapan, pintar, atau
secara ekonomi tergolong sebagai pemilik modal kuat, yang kepemilikan
ini dikembangkan menjadi kekuatan korporasi, yang dengan kepintaranya
bisa berkolaborasi dengan elite kekuasaan atau kelompok pintar nakal
untuk menggadaikan moral intelektualitasnya demi proyek yang di dalamnya
ada hak-hak publik.
Komunitas orang 

[zamanku] Industri Televisi Kita

2009-07-19 Terurut Topik Abdul Rohim


http://media-klaten.blogspot.com/
http://seizetheday-cloth.blogspot.com/
Industri Televisi Kita





*Amir Effendi Siregar*



Saat kampanye lalu, para calon presiden dan calon wakil presiden hampir

tidak ada yang membicarakan perkembangan media, terutama televisi.



Kita juga tidak cukup memberi perhatian pada perkembangan industri

televisi yang kini berjalan bak berprinsip neoliberal, menyerahkan

perkembangan industri sepenuhnya kepada pasar bebas. Perkembangan ini

perlu dikoreksi karena bertentangan dengan UUD 1945 dan peraturan

perundang-undangan lainnya.



Sistem politik yang demokratis seharusnya mengubah sistem media yang

otoriter represif dan sentralistis ke arah demokratis dan

desentralistis. Namun, yang terjadi adalah perpindahan ke dalam dominasi

segelintir pemodal dan pemilik stasiun televisi. Perpindahan ke sistem

otoriter dan dominasi baru kelompok swasta sama bahayanya dengan

dominasi negara. Inilah yang kita sebut jalan neoliberal.



Dalam kondisi ini, pemilik stasiun televisi yang menggunakan ranah

publik dapat menggunakan stasiun televisinya untuk kepentingan pribadi.

Demikian juga keseragaman isi yang banyak dikritik masyarakat adalah

akibat sentralisme siaran televisi.



*Kepemilikan*



Arah pemusatan kepemilikan stasiun televisi dapat dilihat secara

terbuka. Pada Juni 2007, diketahui melalui pasar modal, PT Media

Nusantara Citra Tbk (MNC) menguasai 99 persen stasiun RCTI, 99 persen

Global TV, dan 75 persen TPI. Melalui media juga dapat dibaca rencana

penggabungan antara Indosiar dan Surya Citra Media Tbk (SCTV) sehingga

sebuah badan hukum menguasai dua stasiun televisi di satu daerah.



Seperti yang dinyatakan Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI)

dalam somasinya terhadap pemerintah pada 29 Oktober 2007, hal itu adalah

peristiwa yang melanggar undang-undang yang membatasi satu orang atau

badan hukum menguasai beberapa lembaga penyiaran, paling banyak memiliki

dua izin penyelenggaraan penyiaran televisi yang berlokasi di dua

provinsi yang berbeda.



Di Amerika Serikat saja, kepemilikan televisi dibatasi berdasar

jangkauannya. Seseorang boleh memiliki banyak stasiun televisi selama

jumlah nation’s TV homes yang dijangkau (jangkauan terhadap penduduk

yang mempunyai akses) tidak lebih dari 39 persen.



Untuk Indonesia, berdasar data Media Scene 2006-2007, jangkauan setiap

televisi swasta dengan puluhan stasiun relai membuat 60-90 persen

penduduk dapat mengaksesnya. Jumlah ini jauh lebih besar daripada yang

diizinkan di Amerika Serikat. Apalagi bila menguasai lebih dari satu

lembaga penyiaran yang memiliki puluhan bahkan ratusan stasiun relai.



Melalui pemberitaan, kita juga mengetahui adanya jual beli lembaga

penyiaran. Seharusnya pengalihan penguasaan frekuensi yang merupakan

public domain diatur oleh negara dan didistribusikan secara tepat, adil,

dan merata berdasar prinsip keanekaragaman. Industri televisi berbeda

dengan industri sepatu, tidak dapat dilepas begitu saja ke pasar yang

dikuasai pemodal besar tertentu saja.



DPR melalui Komisi I, dalam rapat kerja 15 September 2008, pernah tegas

meminta agar pemerintah membatalkan izin yang diberikan kepada sebuah

perusahaan yang dinilai melanggar undang-undang. Selain itu, dalam rapat

kerja Komisi I dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (17/3/2008),

pemerintah didesak menyelesaikan pengaturan penggunaan frekuensi dan

penyelenggaraan penyiaran swasta, termasuk masalah monopoli, kepemilikan

TV, dan radio, agar sesuai dengan undang- undang penyiaran, yang mengacu

pada prinsip diversity of ownership dan diversity of content.



Selanjutnya, anggota MPPI sendiri, sejak Juli hingga Oktober 2008,

mendaftarkan ke pengadilan tiga gugatan terhadap pemerintah yang

dianggap membiarkan pelanggaran hukum. Salah satu gugatan menyangkut

kepemilikan sebuah perusahaan terhadap tiga lembaga penyiaran sekaligus.



Untuk gugatan ini, perdamaian melalui pengadilan telah dicapai, yaitu

setiap pihak secara bergandeng tangan akan menegakkan peraturan

perundang- undangan. Namun, hingga kini, belum ada perkembangan berarti.

Tampaknya pemerintah tidak keberatan terhadap merger yang berdasarkan

pendapat banyak pihak melanggar peraturan perundang-undangan di bidang

penyiaran.



*Ada arti sosial*



Bila dulu negara mengooptasi pelaku usaha untuk kepentingan rezim, kini

dikhawatirkan kooptasi dilakukan pelaku usaha terhadap birokrat hanya

untuk kepentingan bisnis dan melupakan kepentingan masyarakat. Kita

menerima ekonomi pasar, tetapi yang selalu diperbaiki dan dikontrol oleh

negara terutama hal-hal yang terkait ranah publik, pencerdasan bangsa,

dan usaha kecil. Ekonomi pasar harus mempunyai arti sosial, inilah yang

disebut ekonomi pasar.



Diharapkan, pemerintahan mendatang menghindari jalan neoliberal,

melakukan langkah tegas dalam membangun sistem penyiaran yang

demokratis. Sebuah sistem yang melahirkan keragaman isi dan kepemilikan.



/Amir Effendi Siregar Ketua Dewan Pimpinan 

[zamanku] Baghdad: Neraka bagi kaum gay

2009-07-19 Terurut Topik Abdul Rohim

Sejak Desember tahun lalu, 60 gay terbunuh.
Adegan mengenaskan yang direkam melalui sebuah telepon seluler itu telah 
menyebar ke seantero Ibu Kota Bagdad, Irak. Isinya, seorang bocah lelaki tampak 
ketakutan dan merengek minta belas kasihan kepada sekumpulan lelaki dewasa. Gay 
cilik itu dipaksa melucuti beha dan celana dalam perempuan yang ia kenakan di 
balik jubahnya.
“Kenapa kamu berpakaian seperti perempuan?” tanya seorang lelaki sambil 
mengacungkan tongkat ke arah bocah yang sedang melepas kutangnya tersebut. Anak 
lelaki yang berusia sekitar 12 tahun itu mengaku disuruh keluarganya berdandan 
seperti perempuan untuk mencari uang.
Kejadian itu berlangsung di sebuah kantor polisi. Karena itulah, para pegiat 
hak asasi mengklaim telah terjadi pembunuhan dan pelecehan secara sistematis 
terhadap kelompok homoseksual di Irak. Sejak Desember tahun lalu, kata mereka, 
60 homo terbunuh.
Kaum homo di Bagdad dan wilayah lain di Irak memang hidup serba ketakutan. 
Selain dilecehkan, mereka menjadi incaran pembunuhan, baik oleh keluarga, 
polisi, maupun milisi bersenjata yang bertebaran di Negeri Dua Sungai itu. 
Nama-nama mereka dipampangkan di sepanjang tembok pemisah di Kota Sadr, kawasan 
kaum Syiah di wilayah timur Bagdad.
Mereka yang masuk daftar bersembunyi. Kebencian terhadap kalangan homo ini kian 
menjadi lantaran pesan para ulama. Syekh Jassim al-Mutairi biasa memanfaatkan 
khotbah saban Jumat di Kota Sadr untuk mengecam mereka. Ia menyeru kepada 
seluruh keluarga agar mencegah anak-anak muda mereka berlaku seperti perempuan.
Menurut seorang gay Bagdad, kampanye pembunuhan terhadap kelompoknya yang 
berlangsung sejak 2004 makin kejam. Ia mengaku 16 rekannya tewas. “Rasanya 
seperti hidup di neraka. Percayalah, seperti neraka. Ke mana pun saya pergi, 
ada pos pemeriksaan. Ketika mereka (polisi) mengetahui siapa saya, mereka ingin 
menyentuh dan menganiaya saya,” kata dia, yang mengaku bernama Surur, kepada 
BBC.
Seorang gay yang kabur dari Irak pekan lalu mengungkapkan pernah dipukuli 
selama tiga pekan di tahanan polisi. Nyawanya selamat setelah teman-temannya 
memberikan uang suap US$ 5.000 atau lebih dari Rp 50 juta untuk membebaskan dia.
Namun, para pejabat pemerintah Irak membantah tudingan melancarkan kampanye 
antigay. Menurut Brigadir Diah Sahi, kepala bagian investigasi kejahatan 
kepolisian Irak, pihak Kementerian Dalam Negeri tidak mengeluarkan kebijakan 
untuk menangkapi para homo. “Itu masalah psikologi. Menangkap dan memenjarakan 
orang-orang seperti itu tidak akan mengubah apa pun,” ia menegaskan.
Pihak berwenang boleh saja memberikan bantahan. Yang pasti, kaum gay di Irak 
seolah dikejar maut. BBC | FAISAL ASSEGAF

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/27/Internasional/krn.20090427.163658.id.html


[zamanku] Ketika Cinta Bertasbih Arti Poligami

2009-07-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 
Ketika Cinta Bertasbih Arti Poligami 

Ketika Cinta Bertasbih Arti Poligami
/Launching/ film /Ketika Cinta Bertasbih/ (/KCB/) pada 11 Juni 2009 
cukup menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Seperti diprediksi 
sebelumnya, tiketnya laris terjual. Diambil dari kisah novel karya Kang 
Abik, film tersebut menceritakan mahasiswa Indonesia yang belajar di 
Mesir. Tentunya, kisah asmara juga kental di dalamnya.

Seperti film /AAC/ (/Ayat-Ayat Cinta/), yang diangkat dari novel karya 
Kang Abik sebelumnya, film /KCB/ sarat nuansa religius. Sayang, film itu 
terkesan menolak hukum diperbolehkannya poligami dalam Islam. Bahkan, 
dalam tayangan iklannya di TV, film /KCB/ menampilkan adegan salah 
seorang pemeran wanita yang menyatakan menolak dipoligami.

Padahal, sejatinya Islam memperbolehkan poligami. Seorang muslim yang 
beriman seharusnya memahami bahwa jodoh ada di tangan Allah. Hanya Allah 
yang tahu apakah kita terpilih menjadi wanita yang dipoligami atau tidak.

/Umi Salamah SPd, alumnus Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri 
Surabaya (Unesa)/

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=74747


  

[zamanku] Komnas Anak Sayangkan Sponsor Rokok dalam Film King

2009-06-26 Terurut Topik Abdul Rohim
 Komnas Anak Sayangkan Sponsor Rokok dalam Film King
By Republika Newsroom
http://media-klaten.blogspot.com/
JAKARTA -- Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) menyambut
baik film King yang ditayangkan di bioskop mulai 25 Juni ini. Film
yang mengangkat tema anak-anak dan nasionalisme ini merupakan angin
segar dalam perfilman nasional yang saat ini didominasi oleh film--film
horor dan komedi porno.
Meski demikian, Komnas Anak menyayangkan keterlibatan salah satu produk
rokok dalam film King. Film yang mengangkat tema anak-anak yang
diproduksi oleh Alenia Pictures ini secara tidak langsung membenarkan
penghancuran generasi bangsa yang dilakukan oleh industri rokok. Sebab,
rokok adalah satu-satunya produk legal yang membunuh separuh dari
konsumennya, kata Ketua Komnas Anak, Seto Mulyadi, Kamis (25/6).
Seto mengungkapkan, dari hasil penelitian, promosi dan sponsor rokok
terbukti merangsang aspek kognitif anak untuk merokok. Selain itu, iklan
atau sponsor rokok juga mendorong anak untuk tetap terus merokok. Serta
mendorong perokok anak yang sudah berhenti merokok untuk kembali
merokok, ungkap Seto.
Agresifitas pemasaran iklan rokok, tutur Seto, telah menyebabkan jumlah
prokok anak mengalami lonjakan yang signifikan. Prevalensi perokok
remaja usia 15-19 meningkat sebanyak 144 persen selama tahun 1995 hingga
2004. Dari 13,7 persen di tahun 1995 menjadi 32,8 persen di tahun 2004.
Seto menyatakan, survey ini juga menunjukkan perokok yang mulai merokok
pada usia 5-9 tahun meningkat lebih dari empat kali lipat dari 0,4 pada
tahun 2001 persen menjadi 1,8 persen pada tahun 2004. Ini membuktikan
adanya hubungan yang kuat antara agresifitas iklan , promosi dan sponsor
rokok dengan meningkatnya prevalensi merokok anak, kata Seto.
Ironisnya, ungkap Seto, aturan saat ini yang berlaku di Indonesia yaitu
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi
kesehatan, justru memberi kebebasan hampir mutlak bagi industri rokok
untuk mengiklankan dan mempromosikan prduknya ke masyarakat luas.
Lemahnya peraturan ini digunakan industri rokok untuk membentuk
ketergantungan industri seni dan olah raga melalui pemberian
sponsorship, terang Seto.
Celakanya, ungkap Seto, anak-anak dan remajalah yang menjadi sasaran
dari iklan, promosi dan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh rokok.
Konsekuensinya, anak-anak menganggap prilaku merokok adalah wajar dan
tidak berbahaya bagi kesehatan, sehingga mereka terjerat menjadi perokok
tetap, kata Seto.
Demi kepentingan terbaik untuk anak, jelas Seto, Komnas Anak menyatakan
protes atas sponsor rokok dalam film King dan mendesak Alenia Pictures
agar memberi tanggapan atas siaran ini kepada Komnas Anak.
Selain itu, Alenia Pictures juga mengeluarkan pernyataan maaf kepada
publik atas keterlibatan sponsor perusahaan rokok dalam film King. Juga
tidak bekerjasama dengan industri rokok dalam bentuk apa pun di masa
mendatang, tutur Seto menandaskan.  *c81/ahi
http://republika.co.id/berita/58409/Komnas_Anak_Sayangkan_Sponsor_Rokok_dalam_Film_King
*


  

[zamanku] MK Kukuhkan Kewajiban CSR

2009-04-16 Terurut Topik Abdul Rohim
MK Kukuhkan Kewajiban CSR
Wahyu Daniel - detikFinance

Jakarta - Mahkamah Konstitusi (MK) menetapkan perusahaan di Indonesia yang 
bergerak di bidang SDA (Sumber Daya Alam) tetap diwajibkan untuk menganggarkan 
dana TSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) sesuai dengan UU No.40 Tahun 
2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74.
 
Hal ini disampaikan oleh Ketua MK Moh. Mahfud M.D. saat membacakan putusan 
sidang pengujian UU No.40, di Gedung MK, Jakarta, Rabu (15/4/2009).
 
Dalam sidang ini, Kadin, HIPMI dan IWAPI mengajukan pengujian Pasal 74 UU No. 
40 Tahun 2007 mengenai TSL atau biasa disebut CSR (Corporate Social 
Responsibility). 
 
Ketiga pemohon ini merasa pemberlakuan kewajiban CSR kepada perusahaan yang 
bergerak di bidang SDA merugikan, karena selain dipungut pajak, perusahaan juga 
dibebani kewajiban CSR.
 
Tapi dalam putusannya, MK mengatakan ketentuan ini dibuat agar perusahaan yang 
berkaitan atau bergerak di bidang SDA harus ikut bertanggung jawab menjaga 
lingkungan dengan sebaik-baiknya.
 
Investor asing yang berinvestasi juga harus menjalankan prinsip ini agar mereka 
tidak mencari keuntungan tanpa mengorbankan orang lain.
 
Kerusakan SDA Indonesia sudah pada tingkat yang menglhawatirkan, pemerintah 
berusaha agar lingkungan terjaga, karena itu aturan ini dibuat, ujar putusan 
tersebut.
 
http://www.detikfinance.com/read/2009/04/15/122419/1115769/4/mk-kukuhkan-kewajiban-csr


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Politik-P

2009-04-16 Terurut Topik Abdul Rohim
, tapi bukan sebuah 
proses. Kebenaran sudah selesai. Tak ada pengakuan, apalagi gairah, akan le 
réel. Maka tak ada celah bagi yang baru, yang tak terduga-duga, yang lain. 
Di sini pun sebenarnya yang terjadi hanya pengulangan. Sebab para pak turut 
dogma bukanlah orang yang berjuang. Perjuangan dalam arti sebenarya melawan 
kebekuan dan represi, juga dalam pikiran sendiri. 
Sekian puluh tanda dan nama, dua nihilisme… 
Di tengah itu, bagaimana aku tak akan terasing? Bagaimana aku tak akan merasa 
diri hanya sebuah angka kurus di bilik suara, jari penyontreng yang sebentar 
lagi akan ditelan ritus 170 juta manusia? 
Goenawan Mohamad
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/04/13/CTP/mbm.20090413.CTP130062.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Herman

2009-04-07 Terurut Topik Abdul Rohim
 
diinjak. Darah mengucur lagi. Satu setruman di dada membuat napasnya putus. 
Tersengal-sengal. 
Saya bayangkan Herman di ruang itu. Mungkin ia lelap selamanya setelah 
tersengal-sengal. Mungkin ia langsung dibunuh. Yang pasti, ia tak pernah 
pulang.. Para pejuang dalam sajak Hr. Bandaharo berkata ”tak berniat pulang, 
walau mati menanti”. Dan Herman pernah menulis surat ke orang tuanya: ”Herman 
sudah memilih untuk hidup di gerakan”, sebab Indonesia, tanah airnya, 
membutuhkan itu. Tapi haruskah kekejian itu? 
Saya memandang potret-potret pemilihan umum itu, ada orang-orang keji yang saya 
kenal. Tak ada Herman. 
Goenawan Mohamad
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/04/06/CTP/mbm.20090406.CTP129987.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Hasil Quick Count Boleh Diumumkan di Hari Pemilu

2009-04-02 Terurut Topik Abdul Rohim





Hasil Quick Count Boleh Diumumkan di Hari Pemilu 






JAKARTA(SI) – Mahkamah Konstitusi (MK) memperbolehkan lembaga survei 
mengumumkan hasil survei di masa tenang dan hasil hitung cepat (quick count) di 
hari pemungutan suara. 


Hal itu merupakan konsekuensi putusan MK yang mengabulkan sebagian permohonan 
uji materi Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu, khususnya 
Pasal 245 ayat (2) dan ayat (3),Pasal 282,dan Pasal 307. 

MK menilai,Pasal 245 ayat (2) yang berbunyi“pengumuman hasil survei atau jajak 
pendapat tidak boleh dilakukan pada masa tenang” dan ayat (3) yang berbunyi 
“pengumuman hasil penghitungan cepat hanya boleh dilakukan paling cepat pada 
hari berikutnya dari hari/tanggal pemungutan suara” bertentangan dengan Pasal 
28F UUD 1945. 

“Kami menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian,” ujar Ketua 
Majelis Hakim Konstitusi Mahfud MD saat membacakan putusan uji materi UU Pemilu 
di Ruang Sidang MK Jakarta kemarin. Dalam pertimbangannya,MK menilai hak-hak 
dasar yang diatur dalam Pasal 28F UUD 1945 tidak bisa dikesampingkan oleh 
ketentuan a quo.

Pengumuman hasil survei di masa tenang tidak inkonstitusional sepanjang tidak 
berkaitan dengan rekam jejak atau bentuk lain yang dapat menguntungkan atau 
merugikan salah satu peserta pemilu.Sementara larangan publikasi quick count di 
hari pemungutan suara, menurut MK, tidak sesuai dengan hakikat quick countserta 
menghambat hak seseorang untuk tahu. Atas dasar itu,MK berpendapat dalil 
pemohon beralasan. 

“Kami menyatakan Pasal 245 ayat (2), Pasal 245 ayat (3),Pasal 282,dan Pasal 
307,tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,”kata Mahfud. Hakim konstitusi 
Harjono saat membacakan pertimbangannya menyatakan,pelarangan publikasi survei 
dan quick countsama saja pengekangan terhadap kebebasan sehingga tidak sesuai 
dengan semangat reformasi.Selain itu,quick count dan survei juga merupakan 
kebebasan akademis sehingga tidak boleh dilarang.

 

“Itu merupakan basis ilmiah sesuai dengan Pasal 28 F dan Pasal 31 UUD 1945,” 
ungkapnya. Dalam penyelenggaraan pemilu, kata Harjono, quick count dan survei 
merupakan satu bentuk pendidikan, pengawasan, dan penyeimbang. Karena itu, 
kegiatan survei dan penghitungan cepat berbasis ilmiah harus dilindungi. Dalam 
putusan itu, tiga hakim konstitusi menyatakan perbedaan pendapat (dissenting 
opinion). 

Tiga hakim itu adalah Achmad Sodiki, M Arsyad Sanusi, dan M Akil Mochtar. 
Seperti diberitakan, uji materi UU Pemilu ini diajukan oleh beberapa lembaga 
survei yang tergabung dalam Asosiasi Riset Opini Publik (Aropi). 

Dalam permohonannya, mereka meminta MK membatalkan Pasal 245 ayat (2) mengenai 
larangan pengumuman survei di masa tenang, ayat (3) mengenai larangan publikasi 
quick count di hari pemungutan suara, serta ayat (5) Pasal 282 dan Pasal 307 
mengenai ancaman pidana bagi lembaga survei.Aropi menilai, pasal-pasal tersebut 
telah membatasi kegiatan akademik dan membelenggu kehidupan berdemokrasi. 

Ketua Umum Aropi Denny JA menyambut positif keputusan MK. Menurut dia, 
keputusan tersebut bukan hanya kemenangan bagi pemohon, melainkan juga 
kemenangan bagi demokrasi dan dunia akademis. “Lembaga survei satu paket dengan 
demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa lembaga survei,” ujar Denny seusai 
mengikuti persidangan. 

Dia menuturkan,dengan putusan MK ini,nantinya masyarakat sudah bisa mengetahui 
hasil pemilu nasional,hanya tiga jam setelah pemungutan suara di tempat 
pemungutan suara (TPS). “Kita juga bangga karena Aropi mencatat sejarah sebagai 
asosiasi pertama yang berhasil memperjuangkan kebebasan akademis,”tandasnya. 
Dihubungi terpisah, mantan Ketua Panitia Khusus RUU Pemilu Ferry Mursyidan 
Baldan menghargai putusan MK. Dia berharap putusan itu tidak mengganggu 
ketenangan masyarakat di masa tenang dan saat pelaksanaan pemilu.

 

“Semangat dalam UU itu kan bukan pelarangan,melainkan upaya membangun suasana 
yang kondusif,” paparnya. Mantan anggota Pansus RUU Pemilu Andi Yuliani Paris 
menilai MK tidak melihat fakta empiris di lapangan.“Pemilih kita mayoritas 
belum bisa membedakan antara hasil survei dengan metode sampling dan fakta 
sebenarnya di tiap tempat,”ungkapnya. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengaku siap menjalankan putusan MK yang 
mengabulkan uji materi tentang pengumuman hasil survei dan quick count. Anggota 
KPU Endang Sulastri mengatakan, kewenangan KPU adalah menjalankan teknis 
penyelenggaraan pemilu sesuai aturan. Karena itu, KPU tidak terpengaruh dengan 
putusan tersebut.“Tinggal menjalankan, tidak perlu direpotkan,” kata Endang di 
Gedung KPU kemarin. (rahmat sahid) 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/225402/38/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Paradigma IMF Era G-20

2009-04-02 Terurut Topik Abdul Rohim
 sektarian partisan yang bisa menyulitkan incumbent dalam mengambil 
putusan. Akibatnya, Indonesia amat canggung dalam melakukan manuver. Mikhail 
Gorbachev, misalnya, berkeliling AS dengan mendukung Medvedev dan Putin yang 
akan mengurangi peranan dollar dalam arsitektur keuangan pascaperombakan IMF.
Inti masalah yang harus disosialisasikan ialah bahwa kehadiran kita di KTT G-20 
bukan untuk sekadar mengulangi minta dana dari IMF walau itu merupakan hak kita 
dan IMF sendiri juga sudah bertobat dan mengakui kesalahan ”malapraktik” dalam 
terapi dan resep krismon 1998. Paradigma era G-20, Indonesia sebagai anggota 
G-20 justru ikut merombak dan menentukan pola operasi IMF.
Meminjam kembali dari IMF bukan hanya suatu kebodohan mengulangi masa lalu, 
sebab hanya akan membebani kita dengan suku bunga termahal untuk obligasi 5-10 
tahun. Sementara RRC malah menerima bunga 3,25 persen untuk obligasi AS jangka 
30 tahun. 

Indonesia perlu bermanuver untuk memperoleh dana dari IMF yang lebih murah. 
Kalau RI membayar dua kali lebih mahal dibandingkan AS, akan lebih murah 
menerima dana dari RRC.
Ini memerlukan pendekatan geopolitik komprehensif dan bukan sekadar teknokratis 
belaka. Juga memerlukan kesadaran elite akan paradigma baru arsitektur keuangan 
global di mana kita ikut berperan proaktif dan bukan sekadar sebagai figuran 
atau obyek pasif.
Christianto Wibisono Analis Ekonomi Politik Internasional
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/30/04203615/paradigma.imf.era.g-20


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Kisah Para Pengubah Konstitusi

2009-04-02 Terurut Topik Abdul Rohim
 tujuan saya yang utama,'' katanya.

Hanya, keberhasilannya menggugat undang-undang itu membuat dia merasa investasi 
politiknya semakin banyak. Sebelumnya, dia banyak dikenal sebagai aktivis. Saat 
sebagian besar orang takut bersuara, Sholeh sudah berani mengkritik dan melawan 
penguasa Orde Baru. Hingga akhirnya, dia dipenjara di Lapas Kalisosok, 
Surabaya. 

Tidak hanya itu, kiprahnya di dunia advokad juga tidak diragukan lagi. Dia juga 
menangani kasus-kasus yang menjadi sorotan masyarakat. Dia pernah mendampingi 
Sumiarsih, terpidana mati, kasus kerusuhan di Tuban, kasus buruh, dan 
kasus-kasus lainnya.

Ayah empat anak itu sebenarnya kurang sepakat jika dikatakan kembali ke 
advokad. Sebab, dia tetap mengakui bahwa advokad adalah profesinya. Sedangkan 
panggung politik yang akan dilaluinya adalah bentuk pengabdian, bukan tujuan 
pekerjaan. ''Apalagi, kalau diukur dari segi penghasilan, masih besar menjadi 
pengacara,'' jelasnya, lantas tertawa. 

***

Ada cerita menarik saat mengajukan gugatan atas pasal tentang caleg ke MK. 
Sesuai ketentuan, orang yang berhak mengajukan gugatan ke MK adalah yang 
memiliki hak konstitusional. Artinya, saat menggugat pasal tentang caleg, yang 
boleh mengajukan adalah caleg. 

Saat mengajukan gugatan, Sholeh masih tercatat sebagai caleg. MK pun meminta 
syarat tersebut. Sholeh diharuskan untuk mengantongi surat rekomendasi dari KPU 
Jatim. Sayang, saat kembali ke Surabaya untuk meminta rekomendasi, Sholeh sudah 
dicoret dari daftar caleg. ''Waktu memasukkan gugatan, saya masih menjadi 
caleg. Tapi, pas dipanggil lagi, saya sudah dicoret,'' jelasnya.

Rekomendasi itu sebagai bukti bahwa dia adalah caleg. Dia sempat bimbang saat 
itu. Jika dia jujur mengatakan bahwa namanya sudah dicoret, gugatannya 
dipastikan ditolak MK. Karena itulah, saat itu dia memilih berbohong dengan 
mengatakan bahwa KPU Jatim tidak mau mengeluarkan rekomendasi. Saat hakim MK 
menanyakan terus, dia pun memberikan jawaban yang sama.

Nah, saat dinyatakan menang, Sholeh baru mengatakan bahwa dirinya bukan caleg 
lagi. ''Saya ngomong, saya dicoret dari caleg karena mengajukan gugatan ini,'' 
jelasnya. 

Waktu itu, saat dia prihatin karena namanya dicoret, banyak yang menyampaikan 
ucapan selamat. Termasuk elite PDIP Jatim yang sebelumnya mencoret namanya dari 
daftar caleg. ''Bagi saya, apa yang saya lakukan pasti dicatat sejarah,'' 
tambahnya. (eko priyono/kum)

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=60480


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Janji Setengah Dekade

2009-04-02 Terurut Topik Abdul Rohim
 
memantau perilaku politikus.Apakah berbentuk LSM atau ormas yang nantinya 
menjadi oposisi kritis dalam mengawal janji–janji tersebut.

Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sudah saatnya memiliki bargaining 
positionyang tinggi di mata politisi. Relasi subjek-objek sudah waktunya 
didekonstruksi menjadi irama yang setara.Rakyat adalah subjek dalam perjalanan 
sebuah bangsa. Tanpa kedaulatan rakyat,bangsa ini hanya akan menjadi bangsa 
yang diperintah oleh tukang tipu politik yang hanya mengutamakan diri dan 
kelompoknya.(*)

Adi Surya Purba 
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad,Aktivis GMNI 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/225314/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Aliran Dana Taktis BI ke DPR Lazim Terjadi

2009-04-02 Terurut Topik Abdul Rohim

Aliran Dana Taktis BI ke DPR Lazim Terjadi
Wednesday, 01 April 2009
JAKARTA (SI) – Mantan Ketua Subkomisi Perbankan DPR Antony Zeidra
Abidin menyebutkan dana taktis Bank Indonesia (BI) yang dialirkan ke
DPR sudah biasa dilakukan.

Pemberian itu bertujuan memuluskan beberapa pembahasan amandemen
Undang-Undang (UU) BI dan beberapa pembahasan lainnya. Hal itu
diungkapkan Antony Zeidra Abidin yang kini terpidana 4,5 tahun kasus
aliran dana BI saat bersaksi di persidangan dengan terdakwa empat
mantan Dewan Gubernur BI yakni Aulia Thantawi Pohan, Maman H
Somantri,Bun Bunan Hutapea,dan Aslim Tadjuddin di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor),Jakarta,kemarin.

Antony menyatakan pemberian uang dana taktis BI ke sejumlah anggota
DPR terkait beberapa pembahasan kepentingan institusi BI.“Mereka (BI)
memberikan uang ke DPR sudah biasa dan sudah sering, bahkan sebelum
saya masuk menjadi anggota Dewan,” kata Antony kemarin.

Antony menjelaskan, pemberian dana ke sejumlah anggota Dewan tidak
berkaitan dengan kesaksian mantan anggota Komisi IX DPR Hamka Yandhu
(terpidana tiga tahun kasus BI) yang mengatakan butuh dana besar dalam
penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan amandemen UU
BI.

“Pemberian itu atas inisiatif BI sendiri dan mereka hanya bilang
pemberian,”kata Antony. Anggota Majelis Hakim Hendra Yospin sempat
mempertanyakan apakah pemberian uang dari BI untuk institusi DPR atau
pribadi anggota Dewan?

Menurut Antony, pembagian uang ke sejumlah anggota Dewan saat itu
merupakan pemberian tanpa kepentingan tertentu.“ Itu murni pemberian
institusi BI ke DPR,”jelas dia. Politikus dari Partai Golkar itu juga
mengakui pernah menerima uang sebesar Rp500 juta dalam kasus itu.Uang
itu,kata dia,sudah dipergunakan untuk kepentingan politik.

“Uang itu digunakan untuk kampanye ke konstituen,tetapi sekarang sudah


saya kembalikan ke KPK,”ungkap dia. Sementara itu,Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Paskah Suzetta, yang
menjadi saksi dalam sidang tersebut, kembali membantah menerima uang
Rp1 miliar dari Hamka Yandhu. “Saya tidak pernah,” kata Paskah saat
ditanya majelis hakim.

Paskah mengaku tidak mengetahui ada aliran dana BI senilai Rp31,5
miliar ke Komisi IX Bidang Keuangan DPR pada 2003. Paskah juga
membantah mengikuti pertemuan Fraksi Golkar yang membahas Amandemen UU
BI. Berdasarkan daftar hadir rapat yang dipimpin Hamka Yandhu
tersebut, Paskah menandatangani daftar hadir urutan enam.“Saya ketua
fraksi.

Kalau hadir, pasti daftar hadirnya urutan pertama,”kata Paskah. Rapat
yang digelar 22 Agustus 2003 tersebut menyepakati beberapa hal di
antaranya uang dari BI akan dibagi-bagi kepada anggota yang hadir
dalam rapat tersebut secara bertahap.

Jumlah bagian masing-masing anggota telah ditentukan oleh Antony
Zeidra Abidin dan Hamka Yandhu. Kesaksian Paskah bertolak belakang
dengan keterangan Hamka yang mengaku menyerahkan uang Rp1 miliar dalam
empat tahap kepada Paskah.

Sebelumnya, Hamka juga menyatakan selalu melapor pada Paskah tentang
dana BI yang diterimanya dan apa yang dilakukannya. Saat itu Paskah
menjabat Wakil Ketua Komisi IX DPR. “Seharusnya dia (Paskah) tahu
karena saya selalu melaporkan apa yang saya lakukan ke dia,”kata Hamka
beberapa waktu lalu.

Selain Paskah,saksi yang hadir dalam sidang kemarin juga Agus
Condro,Willem Tutuarima,Ali Arsyad, dan Darsup Yusup. Mereka mengaku
menerima uang dari Hamka, tapi jumlahnya berbeda dari keterangan
Hamka.Agus Condro mengaku hanya menerima Rp25 juta,Willem menerima
Rp50 juta, Ali Arsyad Rp100 juta, dan Darsup Rp250 juta.

Mereka mengakui uang yang diterima tidak digunakan untuk diseminasi
BLBI atau dalam rangka amandemen UU BI. Seperti diketahui, dana Rp100


miliar yang diambil dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia
(YPPI) sebesar Rp31,5 miliar mengalir ke Komisi IX DPR 1999- 2004.
Sisanya Rp68,5 miliar untuk bantuan hukum mantan pejabat BI yang
terjerat kasus BLBI. (m purwadi)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/225663/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Sistem TI KPU Memprihatinkan

2009-03-31 Terurut Topik Abdul Rohim
Sistem TI KPU Memprihatinkan 
Ardhi Suryadhi - detikinet



Jakarta - Kabar terakhir menyebutkan, sistem TI yang akan digunakan Komisi 
Pemilihan Umum untuk menyokong pelaksanaan Pemilu 2009 masih belum siap. Hal 
ini tentu saja memicu keprihatinan, terlebih hari pencontrengan kian dekat.

Salah satu pihak yang mengutarakan rasa keprihatinannya tersebut adalah M. 
Salahuddien, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Responses Team on Internet 
Infrastructure (ID-SIRTII).

ID-SIRTII sangat prihatin dengan persiapan TI KPU. Apalagi hari pemilihan 
tinggal menghitung hari, ujarnya yang dikutip detikINET, Selasa (31/3/2009).

KPU pun diimbau untuk low profile terhadap sistem TI yang mereka siapkan. Agar 
jangan sampai membuat ekspektasi masyarakat yang terlalu tinggi hingga 
memancing pihak-pihak yang ingin menjajal kemampuan untuk menjebolnya.

ID-SIRTII sendiri, dikatakan Didin -- begitu ia disapa -- sudah membangun 
komunikasi dengan KPU sejak tahun lalu. KPU ingin mendapat masukan dan komentar 
ID-SIRTII soal keamanan sistem TI yang akan mereka buat.

Secara prosedur, ID-SIRTII tetap memantau KPU. Tapi itu kan hanya sebagian 
kecil saja, sementara sebagian besarnya itu kan harus dilakukan oleh KPU 
sendiri, tukasnya.

Secara pribadi, melihat keadaan yang ada sekarang, Didin pun tak berharap 
terlalu tinggi dengan sistem TI KPU nantinya. Kalau sekadar jalan mungkin 
bisa, tapi kalau dengan harapan tinggi rasanya itu sulit. Soalnya, keruwetan 
bukan hanya dari sisi KPU tapi dari prosedur dan anggaran juga, pungkasnya.

( ash / wsh ) 
 
http://www.detikinet.com/read/2009/03/31/085213/1107514/398/sistem-ti-kpu-memprihatinkan


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Dahlan Iskan : Beli Kursi di Langit

2009-03-31 Terurut Topik Abdul Rohim
 
belakang, saya lihat dua deret kursi di bagian tengahnya kosong. Yakni di 
deretan dekat pintu darurat. Saya ngotot mau duduk di situ saja: daripada di 
dekat toilet.

Ternyata saya juga dilarang duduk di situ. Semula saya mengira karena 
kursi-kursi itu di dekat pintu darurat. Maka saya bilang: saya tahu bagaimana 
harus bersikap ketika duduk di dekat pintu darurat. Saya sudah sering diajari 
pramugari bahwa seseorang yang duduk di kursi seperti itu harus tahu bagaimana 
cara membuka pintu darurat. Sehingga kalau terjadi kecelakaan, harus tahu apa 
yang pertama-tama harus dilakukan.

Ternyata ini bukan soal keterampilan membuka pintu darurat.

''Duduk di kursi itu harus membayar uang tambahan 10 dolar, ujar sang 
pramugari.

''Dolar Singapura? tanya saya.



''Ya, jawabnya.

''Saya mau bayar, kata saya.

Lalu, saya teringat jangan-jangan kursi kosong paling depan tadi urusannya juga 
hanya soal bayar-membayar. 

''Berarti saya boleh juga duduk di deretan nomor 1 itu? tanya saya.

''Oh, kalau itu bayarnya 20 dolar, katanya.

''Saya mau, kata saya.

''Kalau begitu, silakan, jawabnya.

''Bisa bayar di atas pesawat sini? tanya saya.

''Bisa! katanya.

Maka, saya dan istri kembali ke depan. Membuka dompet dan membayar 40 dolar 
(sekitar Rp 300.000) untuk dua orang. Saya memang membiasakan mengisi uang-uang 
asing di dompet saya: dolar Singapura, Malaysia, bath Thailand, dolar Hongkong, 
dolar AS, dan terutama ren min bi Tiongkok.

Dengan pengalaman ini, saya tersenyum: wah semakin pintar saja orang cari uang. 
Jangan-jangan kelak, kursi di dekat jendela juga punya harga berbeda. Kursi di 
aisle (gang tempat jalan) juga bertarif tidak sama. Tapi, kalau kursi di kokpit 
juga dijual meski dengan harga mahal, saya ingin juga mencoba sekali-kali.

Meski pesawat murah, ternyata enak juga. Pesawatnya juga Airbus 320. Yang 
membuat saya agak kecewa adalah: ternyata pesawat ini mendarat di terminal 1.. 
Dengan demikian, gagallah keinginan saya merasakan seperti apa itu terminal 
murah.

''Mengapa tidak mendarat di budget terminal? tanya saya kepada pramugari.

''Ini bukan budget airlines, jawabnya.

''Lho, memangnya ini pesawat apa? tanya saya.

''It is low cost carrier, jawabnya. (''Ini pesawat murah).

''Apa bedanya budget airlines dengan low cost carrier? tanya saya.

''Budget carrier kan semua harus bayar sendiri. Misalnya, makanan dan 
minumannya, katanya.

Oh, saya jadi lebih bingung. Di penerbangan ini, saya memang diberi air dan 
sepotong roti, tapi untuk makanan dan minuman lainnya, saya juga harus beli. 
Kursi pun harus beli. Saya benar-benar tidak tahu apa beda

 budget carrier dengan low cost carrier.

Saya tidak mau pusing memikirkannya. (*)
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=60697

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Dimana Kemiripan Antara Obama, Gus Dur, dan Prabowo?

2009-03-30 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Dimana Kemiripan Antara Obama, Gus Dur, dan Prabowo?
 
TEMPO Interaktif, Surabaya: Kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak hanya 
bisa ditanggulangi dengan debat mengenai jumlah angka penduduk miskin. 

Silakan semuanya berdebat dan saling berbeda, yang pasti kita bisa rasakan.. 
Lihat dan dengarkan warga sekitar kita menjerit kelaparan, kata Prabowo 
Subianto, ketika menjadi pembicara dalam acara pemantapan koalisi PKB-Gerindra 
di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3) malam.

Kemiskinan, menurut Prabowo, terjadi lantaran pemerintah yang saat ini berkuasa 
sangat lemah dan hanya mengandalkan utangan dari luar negeri. Padahal Indonesia 
adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.

Di tempat yang sama, Yenny Wahid menyatakan selama ini anggaran negara selalu 
tersedot hanya untuk bayar utang. Sepertiga anggaran kita habis hanya untuk 
cicil hutang, ucap Yenny.

Ia yakin Prabowo kelak akan menjadi presiden Indonesia. Apalagi, sesuai 
sejarahnya, Prabowo dulu pernah tinggal di kawasan Taman Amir Hamzah Matraman 
Jakarta. Di kawasan ini, setidaknya telah menelurkan dua presiden, yaitu dari 
rumah nomor 8 atau rumah yang dulu ditempati Wahid, telah mewujudkan Gus Dur 
menjadi presiden. 

Obama juga berasal dari rumah nomor 20, dan semoga dari rumah nomor sepuluh 
(tempat tinggal orang tua Prabowo) bisa menjadi Presiden, kata Yenny yang 
disambut tepuk sorai para hadirin yang berada di tempat tersebut.
 
http://tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_berita_mutakhir/2009/03/27/brk,20090327-166949,id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] JUSUF KALLA

2009-03-30 Terurut Topik Abdul Rohim



JUSUF KALLA 






MURI sempat mencalonkan Jusuf Kalla untuk rekor Wakil Presiden RI paling 
berkuasa.Namun, pencalonan itu terbentur makna istilah rekor yang hakiki,yakni 
sesuatu yang bisa diukur. Padahal, kekuasaan tergolong mustahil diukur. 


Akibat tidak bisa diukur, sulit membuktikan bahwa Jusuf Kalla lebih berkuasa 
ketimbang Hamzah Haz, Megawati Soekarnoputri,BJ Habibie, Try Sutrisno, 
Soedharmono, Umar Wirahadikusumah, Adam Malik, Hamengku Buwono IX, terutama 
Mohammad Hatta.Apalagi secara konstitusional, kekuasaan seorang wakil presiden 
sudah resmi ditetapkan,dibakukan,bahkan dibatasi. 

Apabila kadar lebih atau kurangnya kekuasaan seorang wakil presiden RI memang 
dipaksakan untuk dinilai,terpaksa sekadar terkait persepsi sikap dan perilaku 
pihak yang kebetulan sedang menjabat wakil presiden. Padahal, sikap dan 
perilaku termasuk perihal yang sulit diukur baku.

Karena itu, terpaksa pencalonan rekor Muri dalam bidang kekuasaan wakil 
presiden gugur dengan sendirinya. Namun lain Muri,lain Lee Kuan Yew.Pada medio 
Juli 2007, mantan Perdana Menteri (PM) Singapura yang sebenarnya de facto lebih 
berkuasa ketimbang PM Singapura kapan pun, Lee Kuan Yew, datang menemui Jusuf 
Kalla di Istana Wakil Presiden RI. 

Setelah asyik ngobrol bersama Jusuf Kalla lebih dari satu jam, pada acara jumpa 
pers, Lee berkata ”Dia (Jusuf Kalla) memahami ekonomi. Dia memahami bagaimana 
lapangan kerja bisa diciptakan. Dia juga memahami kekuatan Indonesia. Tetapi 
dia hanya Wakil Presiden”. 

Pada prinsipnya, komentar itu sekilas terkesan memuji Kalla.Namun, imbuhan di 
ujung akhir komentar ”Tetapi dia hanya wakil presiden” potensial memancing 
berbagai tanda tanya.Seorang pemimpin kelas dunia berdaya-diplomasi 
extraordinary sekelas Lee Kuan Yew tentu tidak akan gegabah menggunakan istilah 
tetapi sambil memberi nilai hanya terhadap seorang wakil presiden, apalagi 
Wakil Presiden RI.

 

Kata tetapi jelas memberi aksentuasi dan makna tersendiri terhadap apa yang 
terlebih dahulu diucapkan, dan secara inti semantik, lazimnya justru 
bertentangan dengan makna terdahulu. Dan, jabatan wakil presiden bukan jabatan 
yang layak dinilai sebagai hanya, sebab jabatan wakil presiden apalagi di 
negara sebesar Indonesia, jauh lebih terhormat ketimbang misalnya wakil ketua 
rukun warga, bahkan wakil presiden Singapura (kalau ada).

Pasti katakata tetapi dan hanya itu digunakan bukan asal bunyi, apalagi 
mengingat rekam jejak ayah PM Singapura masa kini itu tersohor dengan 
kalimat-kalimat terselubung yang berulang kali memicu amarah Malaysia terhadap 
Singapura. Kata-kata Lee Kuan Yew sejak zaman dahulu memang selalu bersayap, 
sehingga rawan ditafsirkan ke berbagai penjuru. 

Bisa saja komentar Lee dianggap harmless sekadar asal bunyi tata krama 
diplomasi demi memberi bahan berita bagi para wartawan setempat. Bisa saja 
ditafsirkan bahwa Lee anggota Jusuf-Kalla Fans Club yang mengagumi kinerja 
ekonomi Wakil Presiden RI, yang memang seorang pengusaha sukses asal Sulawesi. 

Tetapi mereka yang sinis, negative thinking, penggemar konflik, bisa saja 
provokasi bahwa mantan PM Singapura yang memang sering sinis dan jahil lidah 
itu menyayangkan kenapa Jusuf Kalla kok hanya seorang wakil presiden! Andaikata 
bukan hanya wakil presiden, tetapi presiden, maka pasti bisa lebih berbuat 
banyak untuk ekonomi Indonesia,apalagi akibat memahami kekuatan Indonesia. 

Tetapi di sisi lain lagi, karena tafsir politis memang bisa dirajalelakan 
secara tanpa batas, bisa saja good news yang ditafsirkan menjadi bad news itu 
ditafsirkan kembali menjadi good news (bagi bukan pendukung Kalla) bahwa semua 
komentar Lee Kuan Yew itu tidak perlu dianggap serius sebab cuma komentar 
seorang manula mulai pikun. 

Tetapi terlepas apa omongan tua bangka,pikun,atau muda belia waras atau siapa 
pun, gagasan obsesif Kalla untuk mengalihkan penggunaan minyak tanah ke gas 
bumi bagi rakyat Indonesia memang brilian.

 

Dan tidak bisa diingkari, Jusuf Kalla memang seorang putra Bugis yang telah 
membuktikan kemampuan dalam bisnis sebagai pengusaha nasional sukses, maupun 
kemampuan dalam bidang politik sebagai ketua umum salah satu parpol terbesar di 
Indonesia, di samping seorang wakil presiden yang aktif berperan dalam 
kepemerintahan negara dan bangsa Indonesia.(*) 

JAYA SUPRANA 

 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/224729/38/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Pembusukan Otonomi Daerah

2009-03-26 Terurut Topik Abdul Rohim
 Korupsi, 
ternyata tidak cukup mempan dan ampuh untuk membendung kasus-kasus korupsi yang 
kian marak justru setelah otonomi diberlakukan.  Berkaca dari itu semua maka 
sudah saatnya lembaga-lembaga negara di daerah (local-state auxiliary agencies) 
harus benar-benar menjadi lembaga kontrol yang efektif. Begitupun masyarakat 
juga harus menjadi pengendali atas perilaku anggota dewan yang dapat mengancam 
dan menggerus hak-hak masyarakat. 

Seperti pernah ditulis Marion (2000) otoritas yang begitu besar yang dimiliki 
anggota dewan sebagai penentu kebijakan harus terus dikontrol dan dipastikan ia 
dijalankan untuk fungsi keterwakilan, bukan untuk kepentingan para anggota. Itu 
artinya proses-proses politik yang hanya terlokalisasi pada sekelompok kecil 
elit saja harus mulai dikikis karena sangat rentan dengan peyimpangan. Tanpa 
mekanisme kontrol yang memadai, otonomi daerah dikhawatirkan hanya akan menjadi 
ruang bagi petualang-petualang politik lokal untuk mengail keuntungan besar di 
tengah himpitan masyarakat menghadapi berbagai persoalan hidup yang kian 
mencekik. 

Beragam kasus koruspi di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan baik oleh 
kalangan dewan, pusat dan daerah, maupun pejabat pemerintah kiranya cukup 
menjadi bukti terjadinya pembajakan makna otonomi daerah. Tanpa komitmen kuat 
untuk membabat habis perilaku korupsi, dikhawatirkan otonomi hanya akan 
mengalami defisit dan pembusukan. Dan pada titik itulah pembajakan demokrasi 
sedang terjadi. (35)  

–– Achmad Maulani, peneliti Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada 
Yogyakarta 
 
http://suaramerdeka.com/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] MUTU PENDIDIKAN: Hanya 30 Persen Pekerjaan Sesuai Pendidikan

2009-03-26 Terurut Topik Abdul Rohim
 
MUTU PENDIDIKAN
Hanya 30 Persen Pekerjaan Sesuai Pendidikan



Jakarta, Kompas - Hanya sekitar 30 persen kesempatan kerja yang tersedia terisi 
oleh tenaga kerja yang sesuai dengan pendidikannya. Karena itu, perlu 
sinkronisasi segera antara sistem kependudukan, pendidikan, dan ketenagakerjaan 
nasional.
”Jika tidak dibenahi, kondisinya seperti sekarang. Pengangguran terdidik dari 
jenjang pendidikan menengah dan tinggi sekitar 50 persen dari jumlah 
penganggur,” kata Oon Kurnia Putra, Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi Bidang Kependudukan, pada seminar Peningkatan Kualitas SDM 
Berbasis Keunggulan Lokal dalam Perspektif Desentralisasi Pendidikan yang 
diselenggarakan Universitas Negeri Jakarta, Selasa (24/3) di Jakarta.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada Februari 2008 tercatat 9,43 
juta penganggur atau sebanyak 8,46 persen dari total penduduk. Pengangguran di 
tingkat SD-SMP berjumlah 4,8 juta orang, sedangkan di jenjang SMA-universitas 
mencapai 4,5 juta orang.
Muchlas Samani, Direktur Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 
Depdiknas, mengatakan, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada saat ini 
adalah akibat atau hasil dari kebijakan 12 sampai dengan 15 tahun yang lalu.. 
Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas SDM perlu disesuaikan dengan visi 
ke depan.
Sutjipto, guru besar Universitas Negeri Jakarta, mengatakan, dalam 
menyelenggarakan pendidikan, pemerintah perlu melihat kebutuhan daerah, 
kemampuan, dan kearifan lokal untuk mempercepat peningkatan mutu pendidikan di 
Tanah Air. (ELN)
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/25/05513441/hanya.30.persen.pekerjaan.sesuai.pendidikan


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Apa Persamaan PDIP dan Syekh Puji?

2009-03-25 Terurut Topik Abdul Rohim
Apa Persamaan PDIP dan Syekh Puji? 
Anwar Khumaini - detikPemilu






Jakarta - Rasanya sulit mencari persamaan antara Partai Demokrasi Indonesia 
Perjuangan (PDIP) dengan Syekh Puji, pria asal Semarang, Jawa Tengah yang 
tiba-tiba tenar lantaran mengawini gadis belia usia 12 tahun, Lutviana Ulfah. 
Tapi tak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Jika Anda melihat tayangan acara komedi politik Benar-benar Membangun (BBM) 
yang ditayangkan RCTI Senin 23 Maret malam kemarin, Anda pasti mempunyai 
jawabannya. Kesamaan Syekh Puji dan PDIP adalah 'sama-sama mencintai wong 
cilik'. Apa hubungannya?

Dalam acara yang dipandu oleh pakar komunikasi politik Effendi Ghazali 
tersebut, ditampilkan nara sumber suami Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, 
Taufik Kiemas dan putri Mega, Puan Maharani. Acara yang berlangsung gayeng 
tersebut juga menghadirkan Syekh Puji gadungan, alias Syekh Muji, pria yang 
didandani mirip Syekh Puji beneran.

Dalam sebuah dialog, Syekh Muji sesumbar dirinya mempunyai kesamaan dengan 
PDIP. Kalau PDIP mencintai wong cilik (rakyat kecil), lha wong saya juga 
mencintai wong cilik (Lutviana Ulfah). Sama kan? kata Syekh Muji disambut tawa 
penonton di studio RCTI, Senin 23 Maret malam.

Syekh Muji memang tidak tampil lama. Mengenakan dandanan khas Syech Puji dengan 
jubah putih, berjenggot, berkepala plontos plus bertasbih panjang, pria yang 
wajahnya sebenarnya tidak terlalu mirip Syekh Puji ini pun hanya tampil dalam 
beberapa menit saja.

Dalam kesempatan ini, Taufik Kiemas berkesempatan menyanyikan sebuah lagu lama 
yang dipopulerkan oleh Dian Pisesa 'Tak Ingin Sendiri'. Berduet dengan Puan, 
Taufik terlihat tidak terlalu hapal melantunkan lagu berirama pop ini..

Usai bernyanyi, kedua anak dan bapak ini didatangi sang ibu, Megawati 
Soekarnoputri gadungan alias Megakarti. Taufik Kiemas tampak tertawa geli saat 
Megakarti menyalaminya dengan sopan.

Tadi saya dengar mereka berdua menyanyikan lagu 'Tak Ingin Sendiri'. Jadi saya 
datang ke sini supaya mereka tidak kesepian lagi, ucap Megakarti lagi-lagi 
disambut tawa hadirin.

Merdeka!! (Merah demi kemenangan), teriak Megakarti sok mengikuti gaya 
Megawati sebenarnya.
 
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/03/24/071101/1104118/700/apa-persamaan-pdip-dan-syekh-puji


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Penguasa, Capres, dan New Media

2009-03-25 Terurut Topik Abdul Rohim
Penguasa, Capres, dan New Media 

Penguasa, Capres, dan New Media

Oleh Lily Yulianti Farid
http://media-klaten.blogspot.com/2009/03/penguasa-capres-dan-new-media.html

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan peluncuran blog-nya pada 14 
Agustus 2006 dan laporan media menyebutkan partisipasi di online voting blog 
tersebut melampaui angka 12.000 pada hari pertama. Dan, ketika berita ini 
tersebar ke seluruh penjuru dunia, banyak yang mengeluh tak bisa mengakses blog 
tersebut saking padatnya kunjungan warga maya (netizen).



Keputusan tokoh dunia yang kencang mengkritik AS dan Barat ini untuk menyapa 
dunia melalui blog memang jadi berita kala itu. Ada yang memuji, tapi tak 
sedikit yang mengkritik, bahkan mencurigai. Aktivis hak asasi manusia (HAM) di 
Barat yang mengecam kontrol ketat atas media di Iran, termasuk terhadap 
blogger, mencibir dan mengatakan blog Ahmadinejad itu propaganda terselubung 
rezim yang dipimpinnya.

Meski tak banyak tulisan yang diposting Ahmadinejad dalam tiga tahun terakhir 
dan bahkan tak ada artikel sepanjang tahun 2008, ia setidaknya telah 
menunjukkan upaya komunikasi personal kepada dunia. Blog yang tersaji dalam 
empat bahasa: Persia, Arab, Inggris, dan Perancis itu diawali dengan biografi 
panjang. Ketika respons pengunjung memuncak sementara postingannya semakin 
gersang, Ahmadinejad menjelaskan bahwa ia tetap teguh pada janjinya meluangkan 
waktu 15 menit per minggu (ya betul, hanya 15 menit per minggu!) memeriksa 
semua pesan. Ia dibantu sejumlah mahasiswa melakukan tabulasi pesan yang 
disebutnya sebagai masukan penting yang perlu ditindaklanjuti.

Dengan alokasi waktu yang superminim untuk memelihara blog-nya, pada pengujung 
tahun 2007, Ahmadinejad mengumumkan bahwa ia memutuskan untuk memanfaatkan 
waktu itu untuk membaca pesan yang masuk daripada menulis postingan baru. 
”Semua pesan saya baca, termasuk pesan yang dibuka dengan kalimat: saya tahu 
bahwa presiden tidak akan membaca pesan ini”

Blog ini sudah lama tidak diperbarui, tapi Ahmadinejad menangguk untung: pesan 
tetap terus mengalir dan ia memiliki ”kolam ide” berkat komentar dari segala 
penjuru dunia.

Di Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat diikuti aktivitasnya di 
situs www.presidensby.info. Tapi ini media resmi, bukan sebuah kanal komunikasi 
yang didesain agar sang presiden bisa bercakap-cakap secara lebih personal 
dengan publik. Yang jadi berita heboh pekan ini justru blog Wakil Presiden 
Jusuf Kalla yang sejak Rabu (4/3) mengisi lahan blogger tamu Kompasiana. 
Postingan pertama berjudul ”Assalamu Alaikum”, tulisan dua paragraf sebagai 
salam pembuka, yang langsung disambut riuh komentar pembaca. Beberapa jam 
sebelumnya, Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto juga menulis blog di 
Kompasiana. Postingan pertama Prabowo berjudul ”Pengalaman Singkat Saya 
Bermilis” ditayangkan di laman public blogger. Ia pun juga panen puluhan 
komentar dan meroket sebagai salah satu tulisan terpopuler.

Menarik perhatian



Respons yang tumpah ruah bagi Kalla dan Prabowo bukan hal yang mengejutkan. 
Pejabat, politisi, dan newsmaker lain yang memutuskan membuat media personal 
pastilah menarik perhatian. Publik ingin tahu, bagaimana sosok yang selama ini 
diberitakan, kini mengabarkan diri atau menyajikan pikirannya sendiri. Bagi 
sang tokoh, membuktikan bahwa tulisan itu karya sendiri adalah tantangan awal 
untuk menumbuhkan kepercayaan audiens meski tentunya agak sulit meyakinkan 
audiens bahwa capres dan wapres yang supersibuk bakal punya waktu membaca semua 
komentar.

Perilaku warga maya, menurut Dan Gillmor dalam We the Media (2004), adalah 
cerminan rakyat ”dunia nyata” yang bila memiliki akses berdialog dengan tokoh 
publik akan memanfaatkan peluang itu sebaik-baiknya. Yang membedakan, karena 
rakyat dunia maya adalah audiens yang bisa langsung merespons secara kritis dan 
menempatkan diri setara dengan siapa saja. Mereka adalah representasi warga 
yang sadar akan haknya dan tak mudah digiring untuk percaya pada suatu 
pandangan.

Gelombang New Media tak pelak menuntut perubahan model komunikasi pejabat 
pemerintah, politisi, korporat, dan media mainstream, empat elemen yang selama 
ini menguasai kanal informasi dan publikasi. Sekarang ada arus We Media, yakni 
orang- orang biasa yang aktif bercakap di dunia virtual melalui media 
alternatif yang mereka ciptakan dan isi sendiri. Topik yang mereka bahas 
terbentang dari hal terpenting hingga yang paling remeh, termasuk kiprah 
penguasa dan politisi korup, perusahaan yang menipu konsumen, dan media besar 
yang kehilangan independensi. Suara warga dunia maya ini begitu kencang.

Pada Pemilu 2009, peran New Media jelas semakin signifikan. Preseden gemilang 
telah dicatat Barack Obama dalam Pilpres AS, ketika barisan pendukung dan 
relawan yang direngkuhnya tumbuh pesat berkat Web-based organizing campaigns. 
Di Tanah Air, politisi ramai-ramai mengikuti jejak Obama, merambah blog dan SNS 
(social network system), seperti Facebook dan 

[zamanku] Quatie Inquiry: Herman SS Vs Mabes Polri?

2009-03-25 Terurut Topik Abdul Rohim
 
kewenangan pula penyidik untuk melakukan ”penyelidikan tambahan” (melengkapi 
alat bukti), bukan ”penyidikan tambahan” yang tidak menjadi wewenangnya, tetapi 
kewenangan dan kewajiban Panwaslu Provinsi Jatim sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 
jo UU Nomor 12 Tahun 2008 sesuai asas
 lex specialis.
Dalam kasus ini, dikembalikan data/bahan yang dianggap kurang sebagai alat 
bukti oleh penyidik pada proses quatie inquiry berupa persiapan pelaksanaan 
(voor bereidigings handeling) masih dalam status penyelidikan yang tidak dapat 
diartikan penurunan degradasi penyidikan kepada penyelidikan sebagai bentuk 
intervensi politik.
Dalam proses quatie inquiry, kelengkapan pengumpulan alat bukti berupa 
persiapan pelaksanaan tidak dibenarkan adanya ”penyelidikan tambahan” (bukan 
penyidikan tambahan) oleh penyidik Polri yang tidak menjadi wewenangnya, tetapi 
imperatif kewajiban Panwaslu.
Indriyanto Seno Adji Pengajar Program Pascasarjana UI Bidang Studi Ilmu Hukum
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/23/23485311/quatie.inquiry.herman.ss.vs.mabes.polri
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Psikobiologi Orientasi Seksual, Fokus pada Homoseksual

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim



Psikobiologi Orientasi Seksual, Fokus pada Homoseksual 






ORANG dengan orientasi seksual sesama jenis kelamin atau sering disebut 
homoseksual sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak layak di masyarakat.



Mereka sering kali dianggap sebagai manusiamanusia dengan perilaku menyimpang 
dan harus dihindari. Banyak dari mereka mengalami perlakukan kasar karena 
orientasi yang berbeda dengan apa yang diminta masyarakat. Beberapa di 
antaranya sering mendapatkan perlakuan yang tidak sama dengan anggota 
masyarakat pada umumnya. Prevalensi homoseksual di dalam masyarakat yang telah 
diteliti adalah sekitar 3%-4% pada pria dan 1%-2% pada wanita. 

Banyak hal yang telah diungkapkan tentang penyebab dari keadaan ini. 
Faktorfaktor yang paling sering dipelajari adalah apakah ini merupakan 
keinginan sendiri, pengaruh lingkungan atau faktor genetik. Penelitian paling 
sering dijadikan rujukan tentang homoseksual adalah penelitian yang dilakukan 
Kinsey pada 1.000 homoseksual dan 500 heteroseksual. Hasil penelitian ini lebih 
banyak mengatakan kepada kita bahwa lingkungan tidak memengaruhi seseorang 
menjadi heteroseksual atau homoseksual. 

Penelitian ini menghasilkan skala Kinsey yang menempatkan seseorang dalam 
kisaran skala dari homoseksual sejati, biseksual, dan heteroseksual sejati. 
Banyak orang mengatakan bahwa pilihan homoseksual adalah pilihan pribadi. Hal 
ini menjadi sangat meragukan dengan “biaya”yang mahal dengan menjadi 
homoseksual. Bayangkan perlakuan masyarakat yang akan dihadapi..Rasanya pada 
dasarnya tidak semua orang yang akan mau mengambil risiko dibuang dari 
masyarakat dan dianggap tidak bermoral dengan memilih menjadi homoseksual.

 

Beberapa orang mengatakan bahwa homoseksual merupakan hasil produksi kebudayaan 
manusia dan bukan sesuatu yang natural.Pendapat ini dapat diperdebatkan karena 
banyak sekali kondisi homoseksual berlangsung alami pada spesies lain selain 
manusia.Kondisi ini pada spesies lain malah memberikan suatu keuntungan karena 
mereka menjadi mampu menghadapi lingkungan dengan baik. Contohnya adalah burung 
flaminggo yang membesarkan anaknya bukan dengan induk betina,namun dengan 
sesama kelamin jantan. 

Hipotesis neurohormonal mengatakan bahwa orientasi seksual ditentukan hormon 
yang bekerja di otak pada masa perkembangan prenatal.Kondisi neuroanatomi yang 
berbeda juga dapat diperlihatkan pada kondisi homoseksual dibandingkan dengan 
pada kondisi heteroseksual. Pada otak terdapat suatu daerah yang disebut 
interstitial nucleus of anterior hypothalamus ketiga yang jika lebih besar 
ketertarikan kepada perempuan. Sedangkan lebih kecil, maka keterikatan kepada 
laki-laki lebih besar. 

Penelitian mengatakan bahwa heteroseksual mempunyai daerah ini sampai 2- 3 kali 
lebih besar dibandingkan homoseksual. Kesimpulannya adalah tidak ada bukti sama 
sekali yang mengatakan homoseksual adalah suatu pilihan pribadi dan dapat 
dipengaruhi lingkungan.Lain daripada itu malahan bukti bahwa hal ini 
berhubungan dengan kondisi prenatal dan anatomi otak semakin dapat dibuktikan 
keterkaitannya. (*) 

dr Andri SpKJ 
Psikiater, Divisi Kesehatan Jiwa FK Ukrida,Anggota The Academy of Psychosomatic 
Medicine. 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/223078/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Menanti Teologi Politik Para Caleg

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim
 menciptakan 
keadilan (justitia) dan kebaikan umum (bonum commune). Karena itu, membumikan 
teologi politik merupakan langkah yang paling konstruktif dalam membangun 
peradaban bangsa Indonesia terhadap pesta demokrasi pada Pemilu 2009 agar 
menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas, bertanggung jawab, beriman, dan 
bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. 

*) Alumnus Jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 
Jogjakarta 
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=58876
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Mengubah Paradigma Berpolitik

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim



 Mengubah Paradigma Berpolitik 






PEMILU legislatif tinggal beberapa hari lagi.Di masa kampanye terbuka seperti 
yang berlangsung saat ini, partai politik (parpol) berlomba-lomba berkampanye 
untuk memperoleh suara sebanyak- banyaknya dalam pemilu legislatif yang 
berlangsung 9 April mendatang. 


Pemilu legislatif ini sangat penting, sebab hasil pemilu ini sedikitnya banyak 
memengaruhi pemilu presiden yang berlangsung tiga bulan setelah pemilu 
legislatif usai.Tak aneh bila kampanye digelar sebesar mungkin agar bisa 
memperoleh simpati dan suara rakyat di pemilihan nanti. Berpolitik memang 
terkait erat dengan kampanye. Melalui kampanye,parpol bisa menyosialisasikan 
visi dan misi atau janji-janjinya kepada rakyat.Tentu,hal tersebut wajar dalam 
berpolitik.

Namun bisa lain ceritanya bila kampanye parpol berisi janji-janji yang 
sebetulnya tidak realistis tercapai atau sekadar menggombali rakyat. 
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap berbagai kampanye yang digelar parpol, 
terlihat jelas isi kampanye yang mengobral janji-janji manis kepada rakyat. 
Menurut penulis,perihal demikian tidak lepas dari paradigma berpikir para 
politikus yang menganggap kekuasaan sebagai tujuan,bukan alat mencapai tujuan.

Karena itu,tak aneh bila politisi tersebut mendesain janji-janji seindah 
mungkin agar rakyat bisa tergombal dengan janji tersebut. Memang dalam kampanye 
tersebut para politikus tidak secara eksplisit menyatakan bahwa tujuannya 
adalah meraih kekuasaan, tapi sangat kentara dari kualitas janji-janji yang 
diobral. Kalau realitas seperti ini terus terjadi, nantinya rakyat Indonesialah 
yang menjadi korban.

 

Berbeda halnya bila paradigma berpikir yang menempatkan kekuasaan sebagai alat 
mencapai tujuan sebagaimana tujuan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1994, 
yaitu (1) melindungi segenap bangsa Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan 
umum,(3) mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia. 
Kalau menggunakan paradigma demikian,tentunya politisi akan berhati-hati dalam 
berjanji.

Pasalnya,bagi politisi yang memiliki paradigma demikian,berjanji merupakan 
utang,sementara bila utang tidak dibayar konsekuensinya negatifnya bukan hanya 
di dunia,tapi juga di akhirat kelak. Karena itu,ciri khas politisi seperti ini 
adalah mendesain janji-janjinya sedemikian rupa agar janji tersebut tampak 
realistis di mata rakyat. Janji-janjinya tidak perlu yang muluk-muluk atau 
menjanjikan sesuatu yang indah kepada rakyat. 

Politisi semacam ini akan mengukur dan menimbang kemampuan dirinya sebelum 
berjanji serta bertanya apakah mampu memenuhi janji tersebut.Selain 
itu,politisi seperti ini sadar betul bahwa kekuasaan merupakan amanah dari 
rakyat yang harus dipertanggung jawabkan,bukan merupakan tujuan yang nantinya 
malah mengakibatkan rakyat makin menderita. Semoga saja karakter politisi 
seperti ini dapat segera terlahir di kancah perpolitikan Indonesia.(*) 

Randi Kurniawan 
Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Aktivis HMI UGM 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/223243/
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Hukum Versus Politik Dalam Kasus Irjen Herman

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim
 Kapolda Jatim, di antaranya maklumat yang diterbitkan Irjen Herman 
untuk mengatur masalah pelayanan publik tanpa KKN (korupsi, kolusi, dan 
nepotisme).

Selain itu, Irjen Herman juga melakukan pola rekruitmen calon bintara Polri 
regular dan Akpol dengan melibatkan LSM dan akademisi, sehingga cara itu akan 
menghindari praktik percaloan dalam penerimaan calon anggota Polri.

Namun, prestasi Irjen Herman dalam pengamanan Pilkada Jatim akhirnya terantuk 
dengan penganuliran status tersangka, kendati Pilkada Jatim seharusnya menjadi 
urusan Polda Jatim sebagai penanggungjawab keamanan Pilkada Jatim.

Ranah politik itu pun akhirnya berkembang kemana-mana hingga terlihat dari 
pemanggilan Irjen Herman oleh beberapa pimpinan partai politik (parpol), 
seperti Megawati, Wiranto, Prabowo, dan Jusuf Kalla. Mereka khawatir kecurangan 
DPT di Jatim merebak ke daerah-daerah lain saat pemilu.

Perkembangan situasi pun membuat Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri 
bertekad untuk mengembalikan berkas laporan Panwaslu Jawa Timur yang melaporkan 
adanya daftar pemilih tetap (DPT) palsu dalam Pilkada Jawa Timur untuk 
dilengkapi.

Kapolda Jatim akan kembalikan berkas untuk dilengkapi dengan barang bukti, 
katanya dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan (20/3/2009), yang 
didampingi Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary, Ketua Panwaslu Jatim, Ketua KPU dan 
Panwaslu dari Kabupaten Sampang dan Bangkalan dan Aspidum Kejati Jatim..

Ia mengatakan, pengembalikan berkas itu akan dilakukan sebab sejak dilaporkan 9 
Pebruari 2009 lalu, Panwaslu belum menyerahkan barang bukti dan hanya 
menyerahkan fotokopi DPT yang diragukan validitasnya, mengingat fotokopi DPT 
itu tidak ditandatangani pejabat yang berwenang.

Penanganan pidana dalam Pilkada Jawa Timur putaran tiga di Polda Jawa Timur 
masih dalam penelitian sebab bukti awal tidak cukup kuat. Panwaslu Jatim belum 
menyerahkan dokumen asli sebagai syarat mutlak untuk memulai penyidikan. 
Penyidik tidak bisa menyidik kalau hanya berdasarkan dokumen yang yang 
difotokopi, katanya.

Dalam kesempatan itu, Kapolri juga menegaskan, dalam penanganan kasus itu, 
Polda Jawa Timur tidak diintervensi oleh Mabes Polri sehingga menyebabkan ada 
tersangka yang kemudian menjadi saksi.

Tidak ada intervensi dari kami sebab penyidikan memang belum ada. Bahkan belum 
ada satu pun saksi yang diperiksa. Kalau Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji 
turun ke Jawa Timut itu bukan intervensi tapi supervisi, katanya.

Agaknya, kata-kata intervensi dan supervisi itulah yang menunjukkan pertarungan 
antara faktor yuridis (hukum) dan faktor politis dalam kasus pengunduran diri 
Irjen Herman S Sumawiredja dan keanggotaan Polri, namun perkembangan situasi 
yang akan menjawab, apakah supervisi yang dimaksud itu intervensi atau tidak. 
(*)

COPYRIGHT © 2009
 
http://antara.co.id/arc/2009/3/21/hukum-versus-politik-dalam-kasus-irjen-herman/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Tragedi Bangku di Malang, Apa Guna Para Pemimpin?

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim
Tragedi Bangku di Malang, Apa Guna Para Pemimpin? 

SUNGGUH menyesakkan dada mengikuti berita tragedi mebel sekolah yang berlanjut 
dari Kabupaten Malang. Setelah dua pekan hampir berlalu, solusi tetap belum 
ada. Bagaimana kasus ini diselesaikan juga belum tergambar. Para pejabat 
kabupaten yang seharusnya sigap menyelesaikan kasus tersebut, dengan mengadakan 
bangku secepat-cepatnya, ternyata malah seperti menyembunyikan kepala ke dalam 
pasir. 

Yang makin menyedihkan, kabarnya hari ini akan ada lagi bangku yang ditarik 
oleh perajin dari SD di Bululawang. Mudah-mudahan tidak jadi. Para perajin tak 
bisa disalahkan dalam hal ini. Mereka sudah bersabar tiga tahun menunggu 
pembayaran, sejak 2006. Sikap mereka itu tampaknya lebih sebagai protes. Sebab, 
toh setelah dipakai tiga tahun gratisan, tentu nilai meja dan kursi itu sudah 
menyusut. 

Kasus di Kabupaten Malang yang kini dipimpin Bupati Sujud Pribadi dan Wakil 
Bupati Rendra Kresna itu bisa disebut contoh kegagalan fungsi manajemen 
pemerintahan. Pemerintah bukannya tak punya uang, tapi tak ''tahu'' cara 
memakainya. Uang Rp 2,9 miliar yang diplot untuk belanja meja dan kursi itu, 
rupanya, tak bisa dibelanjakan dengan benar. Uang sebesar itu seharusnya untuk 
pengadaan 7.925 pasang meja dan kursi siswa. Alokasinya, 33 rekanan dan 
masing-masing delapan sekolah. Karena tak sesuai spesifikasi, barang yang 
telanjur dipesan tak bisa dibayar. Sebab, kalau dibayar, bisa jadi kasus 
korupsi (Jati Diri, Jawa Pos, 18 Maret). 

Kalau uang itu tak terpakai, berarti bangku untuk siswa ''belum ada''. Kalaupun 
sekolah kemudian dikirimi bangku oleh perajin atas pesanan rekanan, itu berarti 
statusnya ''salah kirim''. Pemkab menilai bangku-bangku itu tak sesuai 
spesifikasi dan tak mau membayarnya. Sangat mengherankan, ketika pemkab 
tenang-tenang saja para siswa duduk dan belajar di bangku-bangku bermasalah. 
Selama tiga tahun!

Tragedi mebel sekolah dari Malang itu sudah telanjur terjadi dan bisa terus 
berlanjut. Tapi, setelah terlambat merespons tiga tahun, Pemkab Malang tak 
segera menebus kegagalannya ini. Sampai kemarin belum ada respons yang 
mencerminkan rasa tanggung jawab pejabat pemerintah. Bupati Sujud Pribadi belum 
juga memberikan penegasan. Malah, menurut Humas, dia sempat ikut kampanye 
Megawati di Jember. Bupati Sujud masih business as usual, setelah kasus yang 
mulai terjadi 11 Maret itu hampir melewati pekan kedua. 

Sikap Wakil Bupati Rendra Kresna tak kalah aneh. Dia malah mengharapkan 
''caleg-caleg yang cerdas'' yang memanfaatkan momentum kasus mebel sekolah 
itu.. Apakah sikap ini mencerminkan rasa tanggung jawab? Apakah ini bukan upaya 
melupakan orang bahwa kasus penarikan mebel itu tanggung jawab pemkab, bukan 
tanggung jawab orang lain, apalagi caleg? Apakah ini bukan mengarah ke 
pelanggaran aturan pemilu yang melarang kampanye di sekolah? 

Entah sampai kapan kita menunggu sikap jelas para pejabat pemkab yang sudah 
diberi kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur urusan mereka. Apakah perlu 
Gubernur Jawa Timur Sukarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf turun tangan 
atas ketidakmampuan para pejabat di Kabupaten Malang ini? (*)
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=58874


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Siapa Yang Mau Tenang....

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim
, kita akan melihat demokratisasi dalam lalu lintas informasi. Hal 
itu tak perlu dijelaskan lebih lanjut jika kita perhatikan banyaknya koran 
interaktif, blog, dan website dewasa ini. Di lain pihak, memang ada kekosongan 
besar dalam hal kebenaran. Kekosongan tersebut bukanlah berarti tak ada 
kebenaran, melainkan bahwa kebenaran adalah mirip ruang luas yang menarik, yang 
hendak diisi pelbagai versi, berganti-ganti, tak putus-putus.

Pernah ada orang mengatakan, siapa yang mau hidup tenang jangan hidup pada abad 
ke-20. Kini, pada abad ke-21, ucapan itu makin benar adanya. Kita asyik, 
bingung, ramai, bebas, bersendiri, tapi juga berbagi dengan 1001 yang lain. 
Juga yang tak terduga-duga.

*) Goenawan Mohamad, wartawan senior. Artikel ini merupakan kerja sama Institut 
Studi Arus Informasi (ISAI) dan Jawa Pos untuk mengangkat pentingnya hak 
masyarakat atas informasi publik. 

 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=showpagekat=7

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Kabar Langit untuk Calon Presiden

2009-03-24 Terurut Topik Abdul Rohim
 Muzani, hubungan keluarga Gus 
Dur dan Prabowo sudah terjalin lama. Dulu Gus Dur pernah tinggal di Taman Amir 
Hamzah, Matraman, Jakarta, sedangkan Prabowo tinggal bersama kakeknya, Margono 
Djojohadikusumo, juga di kawasan itu. Keluarga besar Gus Dur dan 
Djojohadikusumo akrab meski beda pandangan politik. ”Gus Dur dari keluarga 
nahdliyin, Djojohadikusumo dari Partai Sosialis Indonesia,” kata Muzani. 

l l l
ADAKAH ”gizi” yang diterima Nuril dari proyek mempertautkan Gus Dur dan 
Prabowo? Pria gondrong itu mengaku tak mendapat apa-apa. ”Saya hanya minta 
Prabowo meresmikan rumah bersalin dan stasiun radio,” katanya. 
Rumah bersalin sekitar 200 meter persegi itu tengah berbenah. Di sebelahnya 
dipersiapkan bangunan Akademi Kebidanan. ”Akademi ini kelak juga akan 
diresmikan Prabowo,” kata Nuril. Sedangkan studio radio berada di salah satu 
ruang yang disekat dekat aula rumah sakit dan menempel dengan rumah tinggal. 
Dikelola para santri, siaran memancar di sekitar pondok. 
Fuad Amin Imron, Ketua Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa versi Gus Dur, 
menjelaskan dukungan Abdurrahman sebetulnya hanya untuk membangun koalisi 
menghadapi pemilihan legislatif di Jawa Timur. Ketua Dewan Syura PKB Surabaya 
pro-Gus Dur, Abdud Tawaf, mengiyakan. ”Koalisi tetap dengan Partai Demokrasi 
Indonesia Perjuangan,” katanya. Januari lalu, di Surabaya, PKB Gus Dur dan 
partai Banteng memang telah berjabat tangan. Ketika itu, PKB diwakili Yenny 
Wahid dan PDI Perjuangan diwakili Sekretaris Jenderal Pramono Anung.

 
Menurut Bambang Susanto, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Gus Dur, rapat partainya 
di Kalibata, Jakarta, Rabu malam pekan lalu, memutuskan koalisi dengan semua 
partai politik, termasuk Prabowo, hanya bersifat lokal. Untuk menjajaki koalisi 
nasional, partai membentuk tim tujuh, yang di antaranya beranggotakan Muhyidin 
Arubusman, Maman Imanulhaq, Yenny, Aris Junaedi, dan Anisa Mahmud. ”Tim 
bertugas menghitung kekuatan hasil pemilu legislatif untuk koalisi nasional,” 
katanya. 
Sumber Tempo di Kalibata mengatakan, ”Gus Dur welcome kepada semua orang. Soal 
Prabowo, Yenny yang berkehendak. Ini pragmatismenya Yenny.” Sumber tadi 
menjamin Gus Dur bersih. ”Tidak ada barang baru di rumahnya. Semuanya sama 
seperti dulu-dulu. Biaya perawatan kesehatan Gus Dur diambil dari tabungannya 
sendiri.” 
Ahmad Muzani bersumpah partainya tak mengeluarkan mahar sepeser pun. Tapi ia 
membenarkan peran Yenny dalam mempertemukan Gus Dur dan Prabowo. ”Yenny tumpuan 
terakhir membuka pintu Gus Dur,” katanya. 
Helmy Faisal Zaini, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Muhaimin, melihat dukungan 
Gus Dur kepada Prabowo lebih merupakan wujud kecintaan Gus Dur kepada putrinya. 
”Gus Dur ayah yang baik. Beliau tahu masa lalu Prabowo sehingga tak mungkin 
mendukungnya,” katanya. Menjelang kejatuhan Soeharto pada 1998, Prabowo pernah 
terseret kasus penculikan aktivis. Karena perannya itu, ia diberhentikan dari 
dinas militer. Adapun Gus Dur dikenal sebagai penggiat demokrasi. 
Yenny membantah semua tudingan. ”Yang menuduh akan saya perkarakan di 
pengadilan. Saya capek difitnah dan diperlakukan seperti ini,” katanya melalui 
pesan pendek. 
Arif Zulkifli, Dwidjo U. Maksum (Jakarta), Sohirin (Semarang), Rohman Taufiq 
(Surabaya)
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/23/NAS/mbm.20090323.

 NAS129858.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Rumah-Rumah Tanpa Dinding

2009-03-22 Terurut Topik Abdul Rohim
 yang ke atas malah 
membuat kacau dan bangkrut. 

Dalam dunia politik, di mana para caleg begitu bergairah memasang fotonya di 
berbagai sudut kota dan desa, benarkah mereka itu didorong oleh komitmen dan 
visi membela bangsa dan memperbaiki nasib rakyat ataukah itu bagian dari agenda 
mendapatkan lapangan kerja dengan bayangan gaji tinggi? Mungkin saja ada yang 
didorong oleh idealisme cinta bangsa. Mereka obral janji, ”Kalau nanti saya 
terpilih jadi presiden, gubernur, bupati atau anggota DPR, saya akan 
”Artinya, kalau tidak terpilih, jangan-jangan mereka itu tidak akan berbuat 
apaapa.

 

Sementara ketika terpilih dan jadi, betulkah mereka akan memenuhi 
janjijanjinya? Kalau kita sendiri tidak mampu menjaga dan membangun bangsa 
sendiri, tidak mampu menghasilkan generasi unggul yang cinta bangsa, rumah 
Indonesia ini sangat terbuka bagi siapa pun yang hendak masuk.Bahkan modal 
asing telah masuk ke bilikbilik rumah agama dan budaya kita.

Terima kasih kepada ulama yang selalu mengingatkan agar keyakinan, paham, dan 
akidah umat dijaga. Namun pertanyaannya, seberapa efektifkah menjaga komunitas 
umatnya ketika tembok-tembok rumah itu telah tergantikan oleh sekadar garis dan 
bahkan mereka saling berkomunikasi melalui internet yang tersedia kapan saja 
dan di mana saja? (*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT 
REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/222647/38/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Beda Tafsir Porsi Negara Pungut Zakat

2009-03-22 Terurut Topik Abdul Rohim
 yang berlum mendapat kepercayaan masyarakat, Nasrun beralasan, 
itu karena lembaga ini baru bekerja. Ke depan, Baznas didorong agar lebih 
aktif. ''Kalau undang-undang ini sudah jadi, saya yakin, masalah zakat akan 
selesai dan masyarakat yang berzakat tidak menurun, karena setiap muslim yang 
mampu lalu tidak berzakat akan dikenai denda sebesar nilai zakatnya.'' Dalam 
konsepsi Depag ini, regulator dan operator dikatakan juga akan dipisah. 
''Operatornya BAZ, regulatornya Depag,'' ujarnya.

Draf revisi versi DPR memilih jalan tengah. Dikotomi BAZ dan LAZ ditiadakan. 
Tapi tidak lantas melimpahkan penuh kepada pemerintah. DPR mengusulkan 
pemisahan badan regulator dan operator. Diusulkan ada lembaga regulator yang 
langsung bertanggung jawab kepada kepala pemerintahan secara berjenjang 
(presiden, gubernur, bupati). Komposisinya melibatkan unsur masyarakat, seperti 
ulama, cendekiawan, kaum profesional, dan pemerintah. Namanya, badan pengelola 
zakat (BPZ).

Badan ini yang berwenang memberi izin operasi kepada LAZ sebagai operator. 
Depag tidak ikut-ikutan. LAZ bersifat hierarkis, dari pusat hingga kabupaten. 
Untuk mengumpulkan zakat, LAZ membentuk UPZ.

 

Dalam waktu dua tuhan setelah undang-undang baru disahkan, kelembagaan yang 
berlaku sekarang harus menyesuaikan dengan konsep revisi tersebut. Kelak, 
selain LAZ dan UPZ dilarang mengumpulkan zakat. Bila melanggar, diancam pidana 
maksimal 10 tahun penjara dan atau denda maksimal Rp 500 juta. Baik versi DPR 
maupun Depag sama-sama memberi lampu kuning bagi kelangsungan lembaga zakat 
swasta.

Asrori S. Karni
[Agama, Gatra Nomor 18 Beredar Kamis, 12 Maret 2009] 
 
http://gatra.com/artikel.php?id=124164

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Calon Presiden dan ‘New Media’

2009-03-22 Terurut Topik Abdul Rohim
 Air, politikus ramai-ramai mengikuti jejak 
Obama, merambah blog, serta SNS (social network system), seperti Facebook dan 
Youtube. Tak cukup beriklan di media mainstream, tim komunikasi calon 
legislator dan calon presiden pun terjun ke media alternatif. 
Sayangnya, penguasa dan politikus yang terbiasa dirubung staf itu banyak yang 
terlambat menyadari kekuatan media baru ini. Bagi Jusuf Kalla, Prabowo, atau 
calon presiden lainnya, menemui publik lewat blog merupakan hal yang penting 
mengingat bahwa netizen memiliki ekspektasi untuk menemukan the real you, sosok 
yang mendengarkan dan meladeni percakapan yang dinamis dan kritis, tanpa 
mendelegasikannya. Ini merepotkan, tapi tak mustahil, meski hanya 15 menit 
sepekan, seperti yang pernah dilakukan Ahmadinejad. *
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/21/Opini/krn.20090321.160188.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Pedagogi Humanisme Mangunwijaya

2009-03-21 Terurut Topik Abdul Rohim
 merupakan seorang pribadi humanis yang sudah 
mengalami pencerahan sehingga ia mampu mengembalikan situasi pendidikan yang 
menghargai ”anak sebagai anak”.
Mengapa penyiapan sosok manusia PI dan PE dipilih melalui sekolah dasar? 
Menurut Romo Mangun, ada beberapa alasan. Pertama, yang mendasar itu sekolah 
dasar. Jenjang sekolah dasar merupakan ekosistem dan basis yang strategis bagi 
evolusi kita sebagai bangsa.
Kedua, suatu sistem pendidikan sekolah dasar yang cocok bagi anak-anak miskin 
akan merupakan sejenis pengalaman baseline yang pasti bisa diterapkan bagi 
anak-anak yang kaya. Sebaliknya, sistem pendidikan sekolah dasar yang baik 
untuk anak-anak kaya belum tentu cocok diterapkan untuk anak-anak miskin.
Ketiga, kenyataan bahwa di kalangan seluruh penduduk negeri kita, mayoritas 
anak-anak mereka dalam jangka waktu cukup lama masih akan hanya mencapai 
jenjang sekolah dasar, tak mampu melanjutkan belajar ke jenjang-jenjang yang 
lebih tinggi.
A FERRY T INDRATNO Bekerja di Dinamika Edukasi Dasar, Yogyakarta
 
http://cetak.kompas.com/read/

 xml/2009/03/20/05242168/pedagogi.humanisme.mangunwijaya


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] BOLA PANAS LEMBAGA PARARDHYA

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 :di Kupang, 6 September 1959 
Istri: Jeane Cynthia lay lokollo 
Anak: 
Dhiera Anarchy Rihi Lay 
Dhivana Anarchia Ria Lay

 
Jabatan: 
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan 
Wakil Dekan III Fisipol UGM 
Pendidikan: 
MA., International Development Studies, St. Marry's University, Halifax, Nova 
Scotia, Canada, 1991. 
Drs, Ilmu Pemerintahan, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1987. 
BA, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1984.
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Berita_Utama-Jateng/krn.20090318.159836.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Perilaku Koruptif DPR

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 bagi-bagi uang ketika Deputi Gubernur BI dipilih oleh DPR. Sang 
whistle-blower, Agus Condro, secara gamblang telah menjelaskan secara detail 
perkara tersebut. Anehnya, hingga saat ini tetap tanpa kejelasan arah 
pengungkapan dan penuntasannya. 
KPK seharusnya menunjukkan giginya dalam pemberantasan korupsi, termasuk di 
wilayah korupsi yang melibatkan anggota DPR. Salah satunya dengan 
memperlihatkan kemampuan dan kemauan pengungkapan serta penuntasan yang tinggi. 
Tanpa ada kesan tebang pilih. Intinya, kita sedang merajut sistem antikorupsi 
yang baik, sembari membangun monumen pemberantasan korupsi yang kukuh dalam 
upaya mengurangi model koruptif. Tentunya, dengan membangun sistem checks and 
balances di parlemen serta adanya penegakan hukum yang kuat dan komprehensif 
bagi para koruptor berbaju safari anggota DPR, ada harapan perilaku koruptif 
DPR dapat dikurangi. Karena itu, demi memperbaiki perilaku koruptif ini, kita 
harus mau dan mampu melakukannya. *
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Opini/krn.20090318.159868.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Sepucuk Surat dari Bekas Bintang Film Porno

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 
kehilangan minat menonton film porno. Kenyataan sebenarnya, kami artis film 
porno ingin mengakhiri semua rasa malu ini dan semua trauma dalam hidup kami. 
Tapi sayangnya kami tidak bisa melakukannya sendiri.
Kami berharap kalian kaum pria membantu kami, memperjuangkan kebebasan dan 
kehormatan kami. Kami ingin kalian memeluk kami saat kami menghapus air mata 
dan menyembuhkan luka di hati kami. Kami berharap kalian mau berdoa untuk kami 
dan semoga Tuhan mau mendengar dan mengampuni semua kesalahan kami di masa lalu.
Surat ini kupersembahkan kepada semua artis porno yang terjangkit penyakit 
HIV/AIDS, meninggal karena over dosis maupun bunuh diri.
***
(-/-)
 
http://suaramerdeka.com/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Kalau Ditangkap KPK, Ngaku Saja

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 sudah mempunyai bukti-bukti kuat 
yang telah dihimpun ”secara legal” dan cermat jauh-jauh hari sebelum dirinya 
ditangkap tangan. Harus juga diingat bahwa kewenangan KPK untuk menyadap 
pembicaraan telepon dan merekam dengan video secara diam-diam terhadap 
orang-orang yang terindikasi atau berpotensi melakukan korupsi tidaklah 
melanggar HAM.

Kewenangan KPK untuk melakukan itu didasarkan pada ketentuan Undang- Undang No 
20 Tahun 2001 (UU-KPK) yang memang membolehkan KPK untuk menyadap dan merekam 
secara audio visual dengan diam-diam terhadap mereka yang terindikasi atau 
berpotensi besar melakukan korupsi.

 

Ini perlu ditegaskan karena dengan alasan pelanggaran HAM, ketentuan UU-KPK 
yang memberi kewenangan kepada KPK untuk menyadap dan merekam secara diamdiam 
itu sudah pernah diujimaterikan (dimintakan judicial review) ke Mahkamah 
Konstitusi (MK), tetapi MK memutus dengan tegas bahwa kewenangan yang diberikan 
kepada KPK oleh UU-KPK itu adalah konstitusional dan tepat sebagai instrumen 
hukum untuk memberantas korupsi yang di Indonesia sudah dikategorikan sebagai 
extra-ordinary crime. 

Kita pun harus terus mendukung pemberian kewenangan atau konstitusionalisasi 
penyadapan dan perekaman itu kepada KPK. Sebab jika tidak ada pemberian 
kewenangan ekstra yang seperti itu akan tidak mudah bagi KPK untuk memburu para 
koruptor. 

Kalau tidak dibegitukan, kalau tidak disadap atau direkam secara diam-diam, 
akan ada saja akal para koruptor itu, apalagi mereka yang pejabat negara, untuk 
meloloskan diri dari hukuman dan mereka akan terus dan terus merusak negara 
dengan serial-serial korupsinya.(*) 

Moh Mahfud MD 
Mantan Menteri Kehakiman dan HAM, 
Guru Besar Hukum Tata Negara 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221976/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Pelayanan RSCM Masih Buruk

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim



Pelayanan RSCM Masih Buruk


Pelayanan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, masih buruk 
sekalipun sudah memiliki gedung baru dan bagus, seperti Gedung A, klinik swasta 
Cendrawasih, serta wing international. Hal ini didasarkan pada pengalaman saya 
berobat di RSCM pada tahun lalu di Unit Feto Maternal dan baru-baru ini, 
tepatnya pada Rabu pekan lalu, ketika saya menanyakan tarif perawatan serta 
tindakan bedah kebidanan, yakni pengangkatan endometriosis dan mioma di ruang 
pembayaran di Gedung A. 
Petugas di ruang itu menjelaskan tarif kamar dan tarif dokter per hari. Lalu 
saya menanyakan berapa biaya tindakan operasi, dan oleh si petugas saya 
dianjurkan ke unit Bedah Sentral. Namun, petugas Bedah Sentral mengarahkan saya 
ke Poli Kebidanan. Saya pun ke Poli Kebidanan, dan bertemu dengan petugas yang 
jauh dari ramah saat menjawab pertanyaan saya. Petugas hanya menginformasikan 
tarif untuk kelas tiga, dan mengatakan perawatan di kelas swasta/Cendrawasih 
bisa dua kali lipat dari kelas pemerintah. Karena akan menjalani operasi, saya 
pun menelepon ke ruang perawatan A ke nomor 3911488 pada Kamis pagi pekan lalu. 
Setelah dua kali ditelepon, telepon diangkat, tapi tidak ada yang berbicara. 
Yang terdengar hanya suara-suara di ruang tersebut. Tampaknya telepon diangkat 
dan panggilan dibiarkan tanpa dijawab. Lalu saya ulangi menelepon dan telepon 
bernada sibuk. Sehari sebelumnya, saya menelepon ke nomor yang sama, tapi tidak 
ada yang menjawab. Padahal, menurut petugas di ruang pembayaran Gedung A, nomor 
telepon tersebut aktif 24 jam. Buruknya pelayanan juga saya alami di Klinik 
Yasmin. Di klinik tersebut, dokter tidak tepat waktu, sekalipun sudah 
dijadwalkan jam konsultasi. Kedatangan dokter bisa mundur dua jam dari jadwal 
yang dijanjikan. 
Sungguh sangat berbeda klinik swasta di RSCM dengan klinik/rumah sakit swasta 
di Jakarta, apalagi jika dibandingkan dengan rumah sakit swasta yang kerap 
melayani kalangan ekspatriat. Padahal tarif yang dikenakan adalah tarif swasta.

 
Nancy Junita 
Kompleks Depnaker Nomor 29 Kranji 
Bekasi Barat 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Opini/krn.20090318.159869.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ditangkap KPK,Auditor BPK Ajukan Praperadilan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Ditangkap KPK,Auditor BPK Ajukan Praperadilan 






JAKARTA (SINDO) – Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Bagindo Quirinno 
mengajukan permohonan praperadilan atas penahanan yang dilakukan Komisi 
Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap dirinya. 


Bagindo adalah tersangka perkara dugaan korupsi terkait dugaan penerimaan uang 
sebesar Rp650 juta dari pimpinan proyek pengembangan sistem pelatihan dan 
pemagangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Taswin 
senilai Rp15 miliar dan proyek peningkatan fasilitas mesin dan peralatan 
sebagai tempat uji kompetensi senilai Rp35 miliar di Depnakertrans. 

Bagindo adalah Ketua Tim Auditor BPK yang memeriksa proyek tersebut. Permohonan 
praperadilan ini telah didaftarkan Bagindo melalui penasihat hukumnya,Hilmar 
Hasibuan,di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.Sidang perdana praperadilan 
ini akan digelar 19 Maret mendatang. 

Ini praperadilan yang kedua kalinya ditujukan kepada KPK. Sebelumnya,anggota 
Komisi IV DPR Al Amin Nur Nasution juga mempraperadilankan KPK terkait 
penangkapannya dalam kasus dugaan suap alih fungsi hutan di Bintan,Kepulauan 
Riau.Namun, praperadilan itu ditolak majelis hakim PN Jakarta Selatan. 

Menurut Hilmar, praperadilan memiliki dasar yang kuat karena penetapan Bagindo 
sebagai tersangka tidak memiliki alat bukti yang cukup sehingga penahanan yang 
dilakukan KPK dinilai tidak sah. Hilmar berpendapat, kesaksian Taswin yang 
mengaku pernah memberi uang kepada Bagindo tidak dapat dijadikan dasar untuk 
penetapan tersangka. 

Pengakuan saksi atau tersangka,menurut Hilmar,bukan alat bukti yang dapat 
menjadi dasar menetapkan seseorang sebagai tersangka. ”Kami berpatokan pada 
hukum bahwa pengakuan bukan alat bukti,” ujar Hilmar di Gedung 
KPK,Jakarta,kemarin.

 

Dalam persidangan,Taswin yang telah divonis empat tahun itu menyatakan, 
pemberian uang dilakukan dalam dua tahap melalui bawahan Bagindo, Monang 
Tambunan.Menurut pengakuan Taswin, uang diberikan untuk mengatur opini atau 
kesimpulan atas hasil audit proyek yang bermasalah tersebut.

Kesaksian Taswin ini telah dibantah oleh Bagindo saat bersaksi di pengadilan. 
Menanggapi hal ini,Juru Bicara KPK Johan Budi SP menegaskan, KPK telah siap 
menghadapinya. Permohonan praperadilan merupakan hak yang bisa dipergunakan 
seorang tersangka.

Namun, KPK selalu memiliki alat bukti yang cukup untuk menetapkan seseorang 
dalam perkara. Sementara itu,penyidik KPK kemarin batal menggelar reka ulang 
penyerahan uang dari Taswin kepada Bagindo di dua tempat yakni di Restoran Mbok 
Berek di kawasan Tebet dan Wisma Baja di Jakarta Selatan.Batalnya rekonstruksi 
disebabkan Taswin sedang tidak sehat. (rijan irnando purba) 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221948/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Saya diancam akan ditembak

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 Partai Aceh. Maklum, mayoritas anggota partai ini 
bekas anggota GAM, walau sebetulnya tak menjadi masalah lagi karena mereka 
sudah bertobat dan kembali menjadi warga NKRI.

Sebelum kasus Simpang Keuramat, Partai Aceh juga kerap menghadapi aksi teror 
penculikan dan pembunuhan terhadap anggotanya serta beberapa kali mengalami 
pencopotan bendera partai oleh anggota TNI. Menurut juru bicara Partai Aceh 
untuk wilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe, Dedy Safrizal, setidaknya ada tiga 
kasus pencopotan bendera Partai Aceh.

Yang tak kalah menghebohkan terjadi di Kecamatan Geulumpang Tiga, Kabupaten 
Pidie, Aceh Utara, 21 Desember silam. Kejadian penurunan bendera dan atribut 
Partai Aceh terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, yang dipimpin langsung oleh 
Komandan Koramil Geulumpang Tiga, Lettu Ridwan, ujar juru bicara Partai Aceh, 
Teungku Adnan Beuransyah, kepada The Globe Journal.

Menyimak kecenderungan aksi penurunan atribut Partai Aceh ini, Dedy Safrizal 
mengatakan bahwa pihaknya pesimistis terhadap TNI, khususnya yang bertugas di 
Aceh Utara. Namun Dandim Aceh Utara, Yusep Sudradjat, menegaskan bahwa pihaknya 
tetap di garis netral. Kami tidak pernah membenci Partai Aceh atau partai 
lokal lainnya. Silakan saja berdemokrasi yang bagus, katanya.

Sementara itu, juru bicara Pusat Penguatan Perdamaian Aceh, Dolly, mengharapkan 
semua pihak tetap sabar dan berkomitmen menjaga perdamaian dengan tidak 
menciptakan konflik-konflik baru di Aceh. Masyarakat (Aceh) sekarang sudah 
sangat menikmati kondisi Aceh yang mulai aman dan kondusif, ujarnya.

Hal senada disampaikan Muzakir Manaf, mantan Panglima GAM. Sambut pesta 
demokrasi 2009 dengan kedamaian, jangan terpancing oleh isu yang membangkitkan 
permusuhan, kata Muzakir Manaf.

Taufik Alwie, dan Ibrahim Passe (Lhokseumawe)
[Nasional, Gatra Nomor 18 Beredar Kamis, 12 Maret 2009] 
 
http://gatra.com/artikel.php?id=124108


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Di Cirebon, Spanduk Ajakan Golput Bertebaran

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Di Cirebon, Spanduk Ajakan Golput Bertebaran
 

TEMPO Interaktif, CIREBON: -- Spanduk berisi ajakan untuk tidak memilih dalam 
Pemilu 9 April mendatang bertebaran di Kota Cirebon. Panwaslu Kota Cirebon 
sendiri belum melakukan tindakan apa pun terhadap kasus ini. 

Berdasarkan pantauan, spanduk yang antara lain bertuliskan Jika ragu, mending 
tidak memilih itu terpasang di dekat Gedung BAT Kota Cirebon serta di daerah 
Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Di spanduk itu pun tercantum lambang partai 
tertentu sekaligus foto seorang anggota partainya.
 Seorang saksi mata, Asep, mengungkapkan spanduk berisi ajakan golput itu sudah 
ada sejak seminggu lalu. Hampir seminggu lalu sudah ada. Tetapi tidak tahu 
kenapa belum ada yang bertindak, katanya. 

Sementara itu Kapolresta Cirebon, AKBP Ary Laksmana Wijaya, saat dikonfirmasi 
mengungkapkan apa yang dilakukan dalam spanduk itu bisa dikategorikan melanggar 
UU No 10/2008. Namun kami masih menunggu laporan dari Panwaslu, karena yang 
berhak menindak pertama kali adalah mereka, katanya. 

Ketua Panwaslu Kota Cirebon, Wasikin Marzuki saat dikonfirmasi mengakui sudah 
mendapatkan laporan adanya spanduk itu. Tetapi laporan itu baru dari telefon, 
katanya. Bukan laporan resmi dan hingga kini tidak ada yang mau menjadi 
saksinya. 

Selain itu, ia pun beranggapan perlu dikaji kalimat yang tercantum dalam 
spanduk itu, apakah berisi ajakan atau mengajak. Terlebih yang mengajak bukan 
partai, namun perorangan dan LSM, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai 
pelanggaran pemilu. Saat didesak adanya lambang partai tertentu dalam spanduk 
itu, Wasikin pun akhirnya mengatakan pihaknya baru akan menggelar rapat pleno 
sore ini. 

Ketua DPC PDIP Kota Cirebon, Edi Suripno, saat dikonfirmasi mengaku jika apa 
yang tercantum dalam spanduk itu merupakan atas nama pribadi Bagja, anggota 
PDIP Kota Cirebon. Bukan atas nama partai, tidak mungkin kami sebagai peserta 
pemilu tetapi mengajak golput, katanya.

 

Pihaknya pun mengaku sudah membuat laporan tertulis baik ke Panwaslu maupun ke 
kepolisian terhadap kasus ini. Merekalah nanti yang berhak untuk menindaknya. 

Sedangkan Walikota Cirebon, Subardi, mengaku pihaknya yakin masyarakat tidak 
akan terpengaruh dengan ajakan golput tersebut. Karena berdasarkan hasil 
pilkada baik Walikota maupun Gubernur, keikutsertaan masyarakat cukup tinggi, 
katanya. 
Selanjutnya mereka pun akan menghimbau kepada masyarakat baik melalui selebaran 
maupun pengumuman langsung untuk mengajak masyarakat memilih dalam Pemilu 9 
April mendatang. 
 
http://tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_serba_serbi/2009/03/18/brk,20090318-165248,id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Rebut Kembali Aset Jakarta

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim


Rebut Kembali Aset Jakarta


Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan digelar pada 9 April 
mendatang. Di Jakarta ada 41 calon senator yang akan memperebutkan empat kursi 
DPD. Tempo akan menampilkan profil beberapa calon di antaranya mulai hari ini. 
Berikut ini tulisan yang kedua. 
Selama dua periode menjadi anggota legislatif tingkat daerah tak membuat Dani 
Anwar bosan. Pada 2009, anak Betawi asli ini kembali masuk bursa politik.. Tapi 
bukan Dewan Perwakilan Rakyat RI atau DPRD yang ia sasar. Partai menugaskan 
saya merebut kursi DPD Jakarta, kata Dani kepada Tempo pekan lalu.. 
Dani, yang lahir di permukiman padat penduduk Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta 
Pusat, 22 Februari 196 ini, ikut membidani lahirnya Partai Keadilan 
Sejahtera pada 1998 dengan beberapa aktivis pengajian. Ia didapuk sebagai ketua 
wilayah Jakarta Pusat. 
Jabatan itulah yang mengantar Dani duduk sebagai wakil rakyat di DPRD DKI 
Jakarta pada 1999. Nasib itu berulang pada 2004, saat ia kembali menjadi 
legislator daerah untuk kedua kalinya. Bahkan dalam periode ini Dani terpilih 
menjadi Wakil Ketua Dewan. 
Dani mengira-ngira, penunjukan dirinya untuk masuk ke bursa sebagai calon 
anggota DPD merupakan batu ujian dari partainya. Nantinya, partainya akan 
melihat apakah Dani masih layak dijual untuk pemilihan Gubernur Jakarta tahun 
2012. Maklum, dua tahun lalu, Dani nyaris mengalahkan Fauzi Bowo dan Prijanto 
dalam pemilihan orang nomor satu dan kedua di Jakarta. Itu sih hanya kira-kira 
saya saja. Ajang DPD itu signifikan untuk mengukur elektabilitas seseorang 
dalam pemilihan yang bersifat individu, tuturnya. 
Dani mengaku serius menjadi senator. Seabrek misi direncanakan, antara lain 
mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan pendidikan dan 
kesehatan yang murah serta berkualitas. Selain itu, Dani berniat merebut 
kembali aset Jakarta, seperti kawasan Kemayoran, Senayan, dan Pelabuhan Tanjung 
Priok yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat. 
Ia beralasan, selama ini warga dan pemerintah Jakarta tidak tahu serta tidak 
terlibat dalam pengelolaannya. Padahal, dalam persoalan otonomi daerah, aset 
itu seharusnya sudah diserahkan kepada pemerintah daerah, ujar Dani. 
Perihal modal masuk ke bursa DPD, pertengahan 2008 lalu Dani mengumpulkan 
sekitar 3.400 salinan kartu tanda penduduk sebagai bukti dukungan 
pencalonannya. Konstituen awalnya itu tak jauh-jauh dari lingkaran pribadi, 
mulai dari sahabat, aktivis PKS, sesama alumnus Pelajar Islam Indonesia (PII), 
hingga ibu-ibu pengajian. 
Ketika disinggung mengenai dana kampanye, Dani menyebut angka Rp 105 juta. 
Relatif kecil, maklum modal sendiri, kata pegiat sepak bola dan bulu tangkis 
ini. FERY FIRMANSYAH
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Metro/krn.20090318.159853.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ibarat Cita-Cita dan Takdir Tuhan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 adalah 
munculnya respons pemerintah berkait dengan berbagai persoalan yang muncul di 
masyarakat.Ini perlu diberi tempat untuk melakukan penilaian tersendiri 
mengingat munculnya respons meningkatkan kepercayaan dan memotivasi masyarakat 
sekaligus menambah keyakinan di tengah masyarakat bahwa pemerintahannya tidak 
sedang diam, tapi bekerja dan memberi perhatian. 

Keempat,konsistensi dan harmonisasi pemerintah di dalam menjalankan berbagai 
program.Bentuk harmonisasi serta sinergi program untuk anggaran kemiskinan 
misalnya diterjemahkan dalam tiga kluster program penanggulangan kemiskinan. 

Anggaran untuk pelaksanaan programprogram ini terus meningkat sekitar tiga kali 
lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Peningkatan ini membantah anggapan 
bahwa pemerintah hanya melakukan retorika dan hanya berwacana. Pemerintah telah 
berbuat dan terus berbuat untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.(*)

 

Sukemi 
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan 
Informatika
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221975/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Kecewa,Mantan Kapolda Jatim Mundur dari Polri

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim



Kecewa,Mantan Kapolda Jatim Mundur dari Polri 






JAKARTA (SINDO) – Mantan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Pol Herman Surjadi 
Sumawiredja mengundurkan diri dari keanggotaan Polri. Dia mengaku kecewa dengan 
alasan pergantian dirinya sebagai kapolda Jatim pada 19 Februari 2009 lalu. 


Herman menengarai pergantiannya sebagai kapolda berkaitan dengan penyidikan 
dugaan pemalsuan daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pemilihan Kepala Daerah 
(Pikada) Jatim.”Saat sertijab (serah terima jabatan),saya langsung mengajukan 
surat pengunduran diri dari kepolisian per 1 Maret 2009.” ”Selain itu saya 
ingin bebas,” ujar Herman dalam jumpapersdiHotelGrandkemang, Jakarta 
Selatan,kemarin. Seperti diberitakan,kasus pemalsuan DPT ini berawal dari 
laporan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Khofifah Indar Parawansa- 
Mudjiono (Kaji) terkait dugaan kecurangan dalam pemungutan suara ulang Pilkada 
Jatim di Bangkalan dan Sampang. 

Dari 368 sampel lembar DPT berisi 128.390 data pemilih yang dilampirkan Kaji, 
ditemukan 29.949 suara yang datanya fiktif atau tidak benar. Polda Jawa Timur 
pada 18 Februari 2009 kemudian menetapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum Jatim 
Wahyudi Purnomo sebagai tersangka dalam kasus itu.Selang sehari setelah 
penetapan itu, pada 19 Februari 2009,Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso 
Danuri melantik Brigjen Pol Anton Bachrul Alam sebagai Kapolda Jatim, 
menggantikan Irjen Pol Herman Surjadi Sumawiredja. 

Beberapa hari kemudian Mabes Polri menganulir status tersangka Wahyudi Purnomo 
dan menurunkan status kasus itu ke tahap penyelidikan. Herman mengatakan, 
penetapan tersangka atas Wahyudi Purnomo sebenarnya sudahsesuaiprosedur. 
Diamengaku telah mendapatkan buktibukti dari Panitia Pengawas (Panwas) bahwa 
ada sejumlah DPTyangtidaksesuai.”Waktu itu kita mendapatkan kesimpulan bahwa 
Wahyudi mengetahuiadanya penggelembungan DPT dalam Pilkada Jawa Timur,” 
nilainya.

 

Dia menuturkan, selang sehari setelah sertijab Kapolda Jatim pada 19 Februari 
2009,Kepala Badan Reserse Kriminal Komjen Pol Susno Duadji datang ke Surabaya 
dan langsung melakukan rapat di Hotel Shangri-La Surabaya. Dalam rapat tersebut 
Susno memberikan instruksi agar kasus tersebut dihentikan. ”Padahal kita 
menemukan ada tindakan pidana,” ungkapnya. Dalam jumpa pers kemarin Herman 
meminta agar kasus pemalsuan DPT dalam Pilkada Jawa Timur diteruskan. 
Alasannya, DPT akan memengaruhi Pemilu 2009. 

”Polisi harus netral. Kalau kasus ini tidak dilanjutkan, saya khawatir ini akan 
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap polisi,” katanya. Dia 
mengakui pengusutan pemalsuan DPT tersebut bisa memengaruhi eksistensi pasangan 
gubernur dan wakil gubernur saat ini, Soekarwo- Saefullah Yusuf. ”Tapi itu 
adalah risiko kalau mau mengungkapkan kebenaran,” lanjutnya. Sementara 
itu,Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Pol 
Abubakar Nataprawira membantah mundurnya Herman terkait kasus Pilkada Jatim. 
”Tidak ada kaitannya dengan Pilkada Jawa Timur. Beliau memang diganti karena 
Mei ini memasuki masa pensiun,”ujarnya di Mabes Polri kemarin. 

Menurut Abubakar, Herman termasuk salah satu dari lima Kapolda yang diganti.. 
”Pokoknya yang kelahirannya bulan lima (Mei) diganti karena akan 
pensiun,”katanya. Dia menjelaskan, pergantian dilakukan sebelum jatuh masa 
pensiun karena kalau mendadak akan menyulitkan koordinasi. Padahal, bulan-bulan 
ini memasuki masa kampanye. Anggota DPR Komisi III Gayus Lumbuun menilai 
pengunduran diri Herman merupakan hak pribadi.Menurutnya, ada tiga hal bagi 
anggota Polri bisa keluar dari keanggotaan. 

Secarasukarela,diberhentikan, dan sakit parah atau meninggal dunia. ”Kalau ada 
sesuatu itu adalah hak asasi dia untuk memutuskan keluar dari Polri,”katanya. 
Namun, sikap Herman yang memutuskan mundur sebelum masa pensiun harus 
diperhatikan.Apabila alasan pengunduran diri yang disampaikan Herman benar, 
Polri harus menindaklanjuti. ”Sikapnya harus diperhatikan,” desak Gayus. 
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) La Ode Hussein mengatakan, 
mekanisme pengangkatan dan pemberhentian kapolda memang ada di tangan Kapolri.

 

Dia menilai penggantian Herman sebagai kapolda Jatim sudah sesuai mekanisme.. 
Walau begitu dia berjanji akan mendalami masalah ini. ”Kita akan dalami 
terlebih dulu, kalau memang benar akan kita pertanyakan,” janjinya. (helmi 
syarif) 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221636/38/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Mengapa Repot-Repot Menggempur Prabowo?

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Mengapa Repot-Repot Menggempur Prabowo?














(berpolitik.com): Dari sisi manapun, kehadiran buku Buku Letjen (Purn) Sintong 
Panjaitan yang bertajuk 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' memang 
seperti hendak menguliti sisi-sisi tergelap dari seorang Prabowo. Terlebih 
momentum peluncurannya yang berdekatan dengan waktu kampanye pileg pun pilpres. 

Dalam konteks kompetisi politik, benar atau tidaknya isi buku Sintong bukan 
lagi sebuah soal besar. Sebab, sekurang-kurangnya buku itu telah membuat orang 
kembali bertanya-tanya tentang Prabowo. Meragukannya. 

Bahkan, sejatinya, wacana buku itu bisa mengalir ke berbagai isu-isu lain yang 
tak dibahas sama sekali. Dari sisi ini, jelas bukunya Sintong bisa berpotensi 
memicu serangan bergelombang terhadap Prabowo, pun pada Gerindra.

Tapi, jika dicermati, serangan Sintong ini sebenarnya bisa menghadirkan sisi 
lain terhadap citra diri seorang Prabowo. Dari manakah itu? Hal ini berasal 
dari uraian pokok Sintong tentang figur yang menjadi 'orang baik' yang akan 
dijadikan korban oleh Prabowo: LB Moerdani. 

Bagi sebagian kalangan, LB Moerdani jelas bukan figur yang dikagumi. Banyak 
yang mempercayai, pada era LB Moerdani-lah penggasakan terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik mencapai titik puncaknya.

 

Dari sisi personal, LB Moerdani juga diyakini tak akur dengan bapaknya Prabowo, 
Alm Soemitro Djojohadikusumo. Entah karena alasan apa.Ketidakakuran ini menjadi 
konkrit karena pernah meletup dalam beberapa pertengkaran tertutup yang terjadi 
antara anak buahnya Moerdani dengan para pendukung Soemtiro.

Berbeda dengan citra LB Moerdani yang tak ramah terhadap kekuatan Islam 
politik, Prabowo sedari dulu dikenal luas sebagai salah satu jendral 'hijau'. 
Ia disebut-sebut menggalang dan bergaul akrab dengan kekuatan-kekuatan Islam 
politik yang ada di tanah air. 

Dari peta ringkas ini, mudah diduga, secara diam-diam serangan Sintong terhadap 
Prabowo juga bisa ditafsirkan dan seklaigus diwacanakan sebagai keresahan 
kelompok non-muslim garis keras yang mengkhawatirkan kehadiran Prabowo. Mereka 
khawatir akan terjadi kembali pasang naik kekuatan Islam politik di tanah air.

Pertanyaannya kemudian, benarkah Prabowo seorang yang memusuhi orang-orang non 
muslim? 

Jika Anda menjawab ya, jelas salah besar. Prabowo jelas tak punya pretensi 
seperti itu. Ibunya yang telah almarhum dan juga adiknya, Hasyim 
Djojohadikusumo, adalah non-muslim. Dapat dikatakan, Prabowo adalah seorang 
liberal dan memiliki toleransi yang tinggi. Sekadar catatan, banyak jendral dan 
tentara yang setia kepada dirinya juga berasal dari kalangan non-muslim.

Jadi, kehadiran Sintong dengan bukunya bagai membuka lembaran lama tentang 
sosok Prabowo. Bila dengan Gerindra Prabowo memposisikan diri sebagai 
'nasionalis' tulen, ternyata dirinya juga punya sisi lain.

Ia adalah bagian dari kelompok jenderal-jenderal yang apresiatif terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik. Kalau mau disederhanakan, Prabowo melanjutkan 
hubungan baik yang telah lama terbina antara bapaknya yang salah satu tokoh 
kunci PSI dengan sebagian faksi elit Masyumi. 

Karena itulah, 'tusukan' Sintong sejatinya malah membantu Prabowo dan 
Gerindra-nya 'memperluas' pasar pemilih. Dengan adanya Sintong, Prabowo tak 
perlu repot-repot mempromosikan diri.

 

Sebab, cerita lama itu kembali mendapatkan momentum digulirkan dari mulut ke 
mulut, dari pengajian ke pengajian. Mereka yang dulu dan kini masih bersama 
Prabowo bagai mendapat momentum untuk menambah citra baru tentang Prabowo dan 
karenanya juga pasar pemilih yang baru pula.

Jangan salah, Prabowo dan timnya tak sekali-kali akan menjadikan hal ini 
menjadi pembicaraan di permukaan. Mereka akan membiarkan pembicaraan ini 
berlangsung secara 'warung kopi'. 

Yang masih menjadi pertanyaan adalah, mengapa Prabowo sepertinya terus 
dijadikan sasaran tembak? 

Dari sisi survei, elektibilitas Prabowo dan Gerindra sepertinya 'stagnan'. 
Dengan menjadikan dirinya sebagai sasaran tembak, Prabowo bukan tak mungkin 
justru mendapat 'angin kedua'. 

Ia bisa mencelat menjadi kandidat kuat. Dorongannya ya dari amunisi serangan 
itu sendiri. Sebagaimana dilakukan oleh Sintong 
ini..http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=20382c_id=3param=meEgAoG7Aoz6AXZSkaiB

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Membaca Buku Sintong Panjaitan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
, termasuk dari Tiongkok, 
masih enggan berinvestasi di negeri ini. Salah satu faktornya adalah alasan 
jaminan keamanan. Dengan kata lain, mereka tidak ingin peristiwa yang disebut 
sebagai ''Jakarta's infamous May riots'' itu terulang.

Memang, pengungkapan kasus pelanggaran HAM masa lalu penting dilakukan. Buku 
Sintong bisa dijadikan rujukan. Setidaknya agar mantan petinggi militer di 
Indonesia berhenti berkelit. Polemik akibat buku Letjen (pur) Sintong Panjaitan 
seharusnya ditempatkan dalam kerangka penegakan HAM. Jangan lupa, sepanjang 
keadilan terus ditunda seperti selama ini lewat beragam impunitas, selama itu 
pula tak ada keadilan bagi para korban pelanggaran HAM.

* Tomy Su, koordinator Masyarakat Pelangi Pencinta Indonesia, keluarga korban 
Tragedi Mei 1998 
 


http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=showpagekat=7


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Tersangka Suap Seret Rama Pratama

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim

Tersangka Suap Seret Rama Pratama
Dia mengaku tak tahu-menahu soal tender pembangunan proyek.

JAKARTA-- Abdul Hadi Djamal, tersangka kasus suap dana stimulus proyek 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia, menyeret 
sejumlah koleganya di Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus Partai Amanat Nasional 
itu menyebut nama Rama Pratama, anggota Panitia Anggaran dari Fraksi Partai 
Keadilan Sejahtera, dan Jhonny Allen Marbun, Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR 
dari Fraksi Demokrat. 
Ia menyatakan hal itu setelah diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi 
di kantor Komisi semalam. Menurut Hadi Djamal, Jhonny dan Rama ikut hadir dalam 
pertemuan di Hotel Ritz Carlton guna membahas kenaikan anggaran dana stimulus 
proyek pengembangan fasilitas laut dan udara wilayah Indonesia timur 2009. 
Sebelumnya, dana tersebut disepakati sebesar Rp 10,2 triliun, kemudian 
dinaikkan menjadi Rp 12,2 triliun. Pak Jhonny Allen yang pimpinannya, 
inisiatif pertemuannya dari dia, kata Hadi. 
Abdul Hadi Djamal ditangkap oleh tim KPK bersama pegawai Direktorat Perhubungan 
Laut Darmawati H. Dareho pada awal Maret lalu. Penyidik menemukan uang US$ 90 
ribu dan Rp 54,55 juta di mobil Honda Jazz yang mereka tumpangi. Setelah itu, 
ditangkap pula Hontjo Kurniawan, Komisaris PT Kurnia Jaya Wira Bakti, Surabaya, 
yang diduga sebagai pemberi suap. Pejabat KPK mengindikasikan suap yang 
diterima Hadi Djamal untuk lobi pencairan dana stimulus dalam proyek lanjutan 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia. 
“Semua fraksi terlibat dalam pembahasan anggaran dana stimulus ini,” kata Hadi 
Djamal. Sedangkan dari pemerintah, ia melanjutkan, diwakili Kepala Seksi 
Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu. 
Menurut Hadi, dalam pertemuan itu Rama Pratama disebut sebagai yang mengajukan 
inisiatif kenaikan anggaran dana stimulus dari Rp 10,2 triliun menjadi Rp 12,2 
triliun. Saat ditanyai kenapa yang disebut dari Fraksi PKS, Hadi menyatakan, 
Karena selama ini mereka mengklaim dirinya bersih.

 
Dalam pembahasan kenaikan anggaran itu, Hadi Djamal melanjutkan, sempat 
dijanjikan imbalan. Ia menyebutnya sebagai aspirasi. Diberikan hak aspirasi. 
Saya lupa berapa anggarannya,” kata dia, “Tanya Pak Anggito, yang Rp 2 triliun 
itu kan untuk pimpinan dan anggota mendapatkan aspirasi dari itu. Ada yang ke 
Departemen Perhubungan dan lain-lain. 
Saat dimintai konfirmasi, Rama Pratama membantah disebut mendapat bagian dari 
duit tersebut. “Tidak benar itu, dan saya membantah pernyataan tersebut,” kata 
dia kepada Tempo melalui pesan pendek semalam. Ia juga mengaku tidak 
tahu-menahu mengenai tender pembangunan dermaga kawasan timur Indonesia dan 
tidak terlibat dalam urusan tersebut. 
“Kalau benar Hadi mengatakan seperti itu, jelas ini black campaign,” kata Rama, 
yang kembali mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ini.. Selain akan meminta 
konfirmasi kepada Hadi Djamal, ia siap memberikan keterangan di pengadilan. 
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, Anggito belum bisa dimintai 
tanggapan. Sedangkan Jhonny enggan memberikan keterangan. Saat telepon 
selulernya dihubungi, salah satu stafnya menyatakan Jhonny sedang sibuk. Namun, 
sebelumnya, ia sempat membantah disebut terkait dengan kasus Hadi Djamal.CHETA 
NILAWATY | AQIDA SWAMURTI | DWI WIYANA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/headline/krn.20090318..159904.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Les Liaisons Dangereuses

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 1998. 
Sementara Soekarno dinilai over confident sedangkan Soeharto insecure, 
kelihatannya secara paradoksal—setelah membaca buku Sintong Panjaitan—Prabowo 
memiliki keduanya. Berayahkan tokoh nasional serta menantu presiden, rasa 
percaya diri Prabowo sangat tinggi. Sebagai perwira muda, ia menghadap Sintong 
selaku Komandan Kopassus dan mempertanyakan mengapa ia dipindahkan ke Kostrad, 
sesuatu yang tidak mungkin dilakukan prajurit lain. Ketika menjabat 
Pangkostrad, Prabowo melalui Presiden Soeharto menganulir pengangkatan Mayjen 
Suwisma menjadi Komandan Jenderal Kopassus yang sudah diputuskan Dewan Jabatan 
dan Kepangkatan Tinggi dan mengalihkannya kepada Muchdi Pr. 
Namun berbagai peristiwa yang tercatat dalam buku ini memperlihatkan juga ia 
penuh curiga. Pada 1983 ia menyaksikan senjata yang akan disalurkan ke Pakistan 
untuk membantu pejuang mujahidin Afganistan dan mencurigainya sebagai upaya 
kudeta yang akan dilakukan Benny Moerdani. Hal serupa terjadi pada 1988, ketika 
Prabowo menggalang kekuatan agar tidak terjadi kericuhan pada sidang MPR. 
Menurut Kivlan Zen, Prabowo telah menyiapkan masing-masing satu batalion 
Kopassus, Infanteri Linud 328, Infanteri 303, 321, dan 315 untuk melakukan 
kontra-kudeta bila terjadi gerakan inkonstitusional. 
Penculikan aktivis pada 1997 dilakukan untuk mengamankan Pemilu 1997 dan Sidang 
Umum MPR 1998 agar tidak ada kemungkinan gangguan dari kelompok radikal. Namun 
Sintong menyayangkan para anggota Tim Mawar itu dihukum sedangkan Prabowo yang 
memberikan perintah lisan dibiarkan bebas. 
Buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando diluncurkan pada 11 Maret 2009, 
bertepatan dengan peringatan Supersemar—yang menurut mantan Ketua Komisi 
Nasional Hak Asasi Manusia Marzuki Darusman, yang menjadi pembedah buku itu, 
dapat dipelesetkan menjadi ”Sudah Perlu Sebut Mana yang Benar”. Buku Sintong 
melengkapi buku yang sebelumnya ditulis oleh B..J. Habibie, Wiranto, Prabowo 
(termasuk biografi ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo), Kivlan Zen, dan Fadli 
Zon. Sementara dalam buku mantan presiden Habibie beberapa hal masih 
samar-samar, Sintong memperjelasnya. Sintong memerintahkan seorang petugas 
berpakaian sipil untuk meminta Prabowo mencopot senjatanya ketika akan menemui 
Presiden Habibie, Mei 1998. Sintong belajar dari sejarah bahwa di Korea Selatan 
pernah seorang jenderal bintang tiga menemui presiden di Istana dan langsung 
menembaknya dengan pistol.

 
Dari sisi lain, buku ini bercerita tentang versi lain misteri pelanggaran hak 
asasi manusia berat. Misalnya kasus pembunuhan massal Santa Cruz—yang dicap 
oleh penulis buku Hendro Subroto sebagai pemberontakan—dan penculikan aktivis 
serta kerusuhan Mei 1998. Marzuki Darusman skeptis para jenderal itu dapat 
diseret ke pengadilan, namun paling tidak buku ini mengajak publik untuk tidak 
melupakannya. Urusan internal Angkatan Darat telah diangkat Sintong menjadi 
urusan publik. 
Pentingnya sejarah untuk melegitimasi kekuasaan telah disadari oleh Nasution 
dan Soeharto. Pada masa Orde Baru penulisan sejarah dilakukan secara sepihak. 
Dalam era reformasi, perang kesaksian sejarah yang terbuka berkecamuk dan belum 
berakhir sampai hari ini. Masyarakat dapat membandingkan dan menilai kebenaran 
masing-masing versi. Namun, yang jelas, berbagai pelanggaran hak asasi pada 
masa lampau, apa pun dalihnya, perlu diungkap agar tidak terulang pada masa 
mendatang. 
Walaupun pada era reformasi tentara tidak berpolitik praktis, mereka tetap 
ingin mempunyai pengaruh politik, paling tidak para purnawirawan militer. Siapa 
yang diinginkan kelompok tentara, atau minimal siapa yang harus ditolak, 
barangkali itulah pesan yang ingin disebar kepada publik lewat buku Sintong 
Panjaitan ini.
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/16/KL/mbm.20090316.KL129816.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ketidakjujuran Parpol soal Dana Kampanye

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
 sebagainya. Sebagian bentuk sumbangan 
kampanye itu dapat dikategorikan sebagai bribes and kickbacks, yaitu 
kedekatannya dengan kekuasaan dapat menyebabkan orang, kelompok, atau 
perusahaan melakukan praktik korupsi. 

Awalnya mereka memberi umpan terlebih dulu melalui sumbangan kampanye, 
belakangan mereka meminta konsesi ekonomi, dukungan politik, atau perlindungan 
hukum dari mereka yang disumbang, baik yang mendapatkan kursi di eksekutif atau 
pun legislatif. Karena itu naif jika kasus korupsi hanya menyudutkan anggota 
DPR dan kurang terfokus pada pejabat tinggi atau tertinggi negara. Indonesia 
Corruption Watch (ICW), Transparency International,KPK,Bawaslu, PPATK, harus 
jeli memantau apakahpraktik bribesandkickbacksjuga terjadi pada Pemilu 2009 
ini? 

Apa mungkin juga terjadi adanya transfer uang dari perorangan, kelompok, 
badan-badan nonnegara atau institusi negara asing, yang membantu satu atau 
beberapa kandidat presiden? Kita juga pasti akan menemukan 
kejanggalan-kejanggalan yang menggelikan seperti pada Pemilu 2004,yaitu 
seseorang yang sepatutnya mendapatkan dana bantuan langsung tunai (BLT) justru 
tercatat sebagai penyumbang partai dengan dana yang aduhai besarnya! Semua itu 
terjadi karena partai-partai politik tidak mau mengungkap jati diri para 
penyumbang yang sesungguhnya.

 

Bukan mustahil di antara penyumbang besar itu adalah mereka yang ”merampok” 
uang negara dengan tidak membayarutang-utangnya kepada bank-bank pemerintah 
dan/atau masih tersangkut kasus BLBI.Adalah tidak adil dan merupakan kejahatan 
politik jika para konglomerat hitam itu kemudian mendapatkan ”karpet merah”ke 
Istana Merdeka dan Istana Negara ketika salah satu pasangan yang mereka sumbang 
terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.(*) 

IKRAR NUSA BHAKTI 
Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/219718/38/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Komunitas Sukarelawan di Warung Kopi

2009-03-16 Terurut Topik Abdul Rohim
 ada yang profesional, seperti dosen dan 
peneliti. Enam orang tinggal di luar negeri, termasuk Revo Soekatno. Personel 
pengurus dipilih oleh Wikipediawan melalui pemungutan suara via dunia maya. 
Karena tak ada sekretariat, para Wikipediawan berinteraksi melalui tiga cara. 
Pertama, melalui kolom pembicaraan di setiap artikel untuk membuka diskusi 
tentang artikel tersebut. Kedua, melalui halaman pembicaraan pengguna yang ada 
di situs Wikipedia Indonesia. Cara terakhir adalah berdiskusi di salah satu 
media yang ada di Wikipedia--yang disebut komunitas warung kopi. Selain itu, 
beberapa kali mereka mengadakan kopi darat di kafe di Jakarta. 
Pada 5 September 2008, berdiri Perkumpulan Wikimedia Indonesia melalui akta 
notaris. Sebulan kemudian, lembaga ini secara resmi disetujui sebagai mitra 
asosiasi lokal Wikimedia Foundation (Wikimedia chapter) bersamaan dengan 
Wikimedia Brasilia. 
Mereka memiliki dewan pengawas dan dewan pengurus. Ivan menjabat Direktur 
Eksekutif, dan Siska sebagai Sekretaris Eksekutif Wikimedia Indonesia. Menurut 
Ivan, tujuan lembaga ini adalah mendorong pertumbuhan, pengembangan, dan 
penyebaran pengetahuan dalam bahasa Indonesia secara bebas dan gratis. 
Di media online, para Wikipediawan ini berhasil menembus artikel ke-100 ribu. 
Kini mereka mempunyai kesempatan membagi ilmu secara langsung ke publik.

 Luck by chance. UNTUNG WIDYANTO | KARTIKA CANDRA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/14/iTempo/krn.20090314.159464.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] WG: [media-klaten] KPU Siapkan 10 Ribu Surat Suara Cadangan

2009-03-16 Terurut Topik Abdul Rohim


Von: sumarah wahyudi krangkungan_memban...@yahoo.co.id
Betreff: [media-klaten] KPU Siapkan 10 Ribu Surat Suara Cadangan
An: media-kla...@yahoogroups.com, peduli-jat...@googlegroups.com
Datum: Montag, 16. März 2009, 4:49











 


ANTISIPASI PEMILU ULANG
KPU Siapkan 10 Ribu Surat Suara Cadangan


SEMARANG – Mengantisipasi kemungkinan terjadinya pemilu ulang, Komisi Pemilihan 
Umum (KPU) Jawa Tengah menyediakan 10 ribu surat suara cadangan. “Surat ini di 
luar surat suara cadangan yang dua persen, kata Ida Budhiati, Ketua KPU Jawa 
Tengah, kemarin. 
Menurut Ida, surat suara ini hanya dipakai jika pemungutan suara harus diulang 
di sebuah tempat pemungutan suara. Adapun surat suara cadangan yang 2 persen 
disediakan untuk mengganti surat suara yang rusak atau penambahan pemilih. 
Sekitar 10 ribu surat suara cadangan pemilu ulang akan didistribusikan ke tiap 
daerah pemilihan seribu lembar. 
Pemilu ulang di sebuah tempat pemungutan suara dimungkinkan terjadi jika 
ditemukan adanya pembukaan kotak suara, berkas pemungutan, dan penghitungan 
suara yang tak dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur undang-undang. 
Pemungutan ulang bisa dilakukan jika petugas Panitia Pemungutan Suara meminta 
pemilih memberikan tanda khusus, misalnya meneken, atau menuliskan nama dan 
alamatnya pada surat suara yang sudah digunakan. Atau petugas merusak lebih 
dari satu surat suara yang sudah dipakai pemilih sehingga surat suara itu jadi 
tidak sah.” Pemungutan ulang diusulkan oleh KPPS kepada KPU kabupaten/kota,  
kata Ida. 
Ida menepis kemungkinan ada beberapa TPS dalam satu daerah meminta pemungutan 
ulang sehingga cadangan surat suara itu tak cukup. “Kecil kemungkinan, karena 
syarat pemungutan ulang sangat rigid. Apalagi petugas bekerja dengan sumpah. 
Tapi, jika itu terjadi, kami akan mengadakan surat suara tambahan,” ujarnya. 
Sementara itu, dari penyortiran yang dilakukan di KPU Surakarta kemarin, 
ditemukan ribuan surat suara yang rusak. Menurut anggota KPU divisi logistik, 
Wisnu Cahyanto, kerusakan terbesar pada surat suara DPRD provinsi. Kerusakan 
yang ditemukan antara lain tinta cetak yang “mblobor” di kolom salah satu calon 
partai tertentu. Selain itu, halaman belakangnya kosong. “Seharusnya ada kolom 
tanda tangan Ketua KPPS,” kata Wisnu kemarin. 
KPU Surakarta akhirnya melaporkan kasus ini ke KPU pusat. Ditargetkan, sebelum 
28 Maret, kerusakan itu bisa diganti. SOHIRIN | UKKY PRIMARTANTYO
http://www.korantem po.com/ korantempo/koran/ 2009/03/14/ Berita_Utama- 
Jateng/krn. 20090314.159501. id.html


New Email names for you! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
















  

[zamanku] Aritmatika Politik

2009-03-16 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Aritmatika Politik



Jaya Suprana
Anda ingin menjadi presiden Republik Indonesia ?
Jika ya, banyak syarat yang harus dipenuhi: takwa kepada Tuhan; WNI sejak 
kelahiran dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri; 
tidak pernah mengkhianati negara, tidak pernah melakukan korupsi dan tindak 
pidana berat lainnya; mampu secara rohani dan jasmani melaksanakan tugas dan 
kewajiban sebagai Presiden; bertempat tinggal di wilayah NKRI; telah melaporkan 
kekayaan kepada instansi berwenang; tidak sedang memiliki tanggungan utang 
secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang merugikan keuangan negara; 
tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; terdaftar 
sebagai pembayar pajak yang memiliki NPWP dan telah melaksanakan kewajiban 
membayar pajak selama lima tahun terakhir dibuktikan dengan SPT-PPWP Orang 
Pribadi; belum pernah menjabat sebagai Presiden selama dua kali masa jabatan; 
setia kepada Pancasila; UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945; 
usia minimal 35 tahun; pendidikan paling rendah
 tamat SLTA atau sederajat; bukan bekas anggota PKI!
Aturan main Pemilu 2009 memaksa para capres bukan hanya memenuhi syarat 
kualitas pada diri sendiri, tetapi juga syarat kuantitas bagi parpol atau 
gabungan parpol yang mendukung pencalonannya. Maka, seorang capres harus 
memiliki kemampuan aritmatika atau kemampuan berhitung. Jenis kemampuan 
berhitung yang terfokus ke wilayah politik, terutama parpol.
Rekayasa
Pada masa kanak-kanak, saya gemar berorganisasi meski terbatas pada organisasi 
yang bisa saya kendalikan. Selain perpustakaan, band bocah, perkumpulan 
olahraga sepeda dan tinju, saya juga mendirikan klub bulu tangkis, terangsang 
keberhasilan Tan Joe Hok menjuarai All England 1959.

 
Perkumpulan bulu tangkis itu untuk menampung semangat dan bakat bulu tangkis 
teman- teman sekelas dan sebaya mulai usia 10 sampai maksimal 15 tahun. Secara 
berkala, diselenggarakan pertandingan untuk memilih juara. Sebagai pendiri 
sekaligus ketua, jelas saya ingin menjuarai pertandingan yang saya 
selenggarakan. Untuk menjadi juara tunggal, saya pesimistis akibat sadar atas 
keterbatasan kemampuan diri. Maka, peluang bagi saya hanya untuk menjadi juara 
ganda. Untuk itu, saya harus habis-habisan memanfaatkan hak, kekuasaan, dan 
wewenang untuk memilih dan menetapkan pasangan yang tentu harus terbaik.
Sebagai ketua, saya juga memiliki kekuasaan prerogatif untuk merekayasa 
konstelasi babak pertandingan sedemikian rupa sehingga kemungkinan pasangan 
ganda saya berjumpa pasangan kuat lain di babak final agar minimal posisi 
runner up teraih pasangan ganda saya.
Perhitungan aritmatika politik di atas kertas seperti itu ternyata berhasil 
menampilkan pasangan ganda saya sebagai runner up.
Kekuasaan parpol
Pemilihan presiden RI tentu lebih penting dan lebih kompleks ketimbang 
kejuaraan bulu tangkis di klub yang saya dirikan pada masa kanak-kanak itu. 
Namun, pengaruh aritmatika politik bagi saya untuk menjadi runner up klub bulu 
tangkis anak-anak pada masa lalu pada dasarnya serupa tapi tak sama dengan 
pengaruh aritmatika politik bagi capres guna menjadi presiden RI saat ini.
Meski presiden dipilih langsung oleh rakyat, UU pemilihan presiden masih 
memaksakan tiap pasangan calon presiden harus didukung, bahkan resmi dicalonkan 
parpol atau gabungan parpol yang masih dipersulit klausa: yang memenuhi syarat. 
Klausa ini rawan menjadi batu sandungan bagi capres yang hanya memenuhi syarat 
administratif-kualitatif tanpa memerhatikan, apalagi memperhitungkan syarat 
kuantitatif yang harus dipenuhi parpol atau gabungan parpol pendukung 
pencalonan dirinya.
Seorang capres harus beraritmatika politik dalam memilih parpol atau gabungan 
parpol yang secara kuantitas memenuhi syarat untuk mendukung pencalonan 
dirinya. Sedahsyat apa pun kemampuan, kepribadian, dan popularitas seorang 
capres yang mengabaikan perhitungan aritmatika politik demi meraih dukungan 
parpol atau gabungan parpol, dia akan sulit menjadi presiden jika tidak masuk 
babak final pemilihan langsung.

 
Seperti dulu, saya pasti gagal masuk babak final kompetisi bulu tangkis jika 
keliru memilih pasangan dan keliru beraritmatika politik dalam merekayasa 
konstelasi babak pertandingan! Meski sebutannya megah: pemilihan langsung oleh 
rakyat, sebenarnya secara konstitusional parpol masih memiliki kekuasaan dan 
wewenang absolut untuk memilih dan menentukan siapa layak atau tidak layak 
dipilih langsung oleh rakyat. Selama UU pemilihan presiden masih memaksakan 
capres didukung parpol atau gabungan parpol yang memenuhi syarat kuantitatif, 
rakyat harus rela untuk hanya menerima sisa-sisa capres yang telah dikunyah dan 
dicerna para parpol atau gabungan parpol.
Jaya Suprana Budayawan
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/14/04345116/aritmatika.politik

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Korupsi Rp105 M, ICW Laporkan Depag Lagi ke KPK

2009-03-12 Terurut Topik Abdul Rohim


Korupsi Rp105 M, ICW Laporkan Depag Lagi ke KPK
 


K. Yudha Wirakusuma - Okezone 

 
JAKARTA - Indonesian Corruption Watch (ICW), akan kembali melaporkan Departemen 
Agama ke KPK. Pelaporan ini terkait hasil audit BPK 11 Desember 2007, terkait 
Penyelenggaran Haji 2006 yang merugikan negara senilai Rp105.165.087.720.

Kami akan melaporkan paling lama dua minggu lagi, dan melengkapi 
data-datanya, ujar Kepala divisi pusat data dan analisis ICW Firdaus Ilias di 
Kanto ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2009).

Lebih lanjut Firdaus menambahkan bahwa ada beberapa aspek penyimpangan ini. 
Misalnya, penyedian konsumsi di Armina Tahun 2006 mengalami kegagalan dan 
pembayaran tidak sesuai dengan kontrak, sehingga berpotensi merugikan negara 
sebesar Rp81.675.000.000.

Selain itu, sisa dana APBN-P untuk bantuan penyelenggaraan haji sebesar 
Rp713.371.603, belum disetor ke kas negara. Terjadi markup sebesar 
Rp4.302.278..197, dari pengadaan obat dan alat-alat kesehatan. Nilai yang 
dikeluarkan sebesar Rp11.806.532.675.

Dari pelayanan angkutan jemaah haji dari Masjidil Haram dan angkutan bagasi, 
terjadi inefisiensi Rp18.230.066.920. Kemudian inefisiensi pembayaran biaya 
Maslahat Ammah sebesar Rp244.371.000.

Sementara itu, dari hasil temuan ICW dari biaya penerbangan haji. Firdaus 
menjelaskan ICW melihat adanya beberapa kelebihan biaya penerbangan tahun 2009, 
senilai Rp898.989.586.000.

Kalau mengacu pada hasil audit BPK tahun 2005-2006, maka kelebihan biaya 
penerbangan tahun 2009 menjadi Rp1.278.176.760.000.

Kita didatangi para jamaah haji, tentang kelebihan ibadah haji dan kelebihan 
harus dikembalikan, beber Firdaus.

Mengenai jasa giro dan tabungan jemaah tunggu, dinyatakan mencapai Rp500 
miliar. Jika bunga 4 persen, maka jumlah bunga tabungan jemaah haji mencapai 
Rp986 miliar lebih, pungkasnya.(hri)(mbs)


 
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/03/11/1/200414/korupsi-rp105-m-icw-laporkan-depag-lagi-ke-kpk


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Rekor Muri untuk PDIP Dinilai 'Jualan Pemilu'

2009-03-12 Terurut Topik Abdul Rohim
Rekor Muri untuk PDIP Dinilai 'Jualan Pemilu'
Muri bukanlah lembaga publik dan tidak fokus kepada bidang politik.
 
Ismoko Widjaya

 


VIVAnews - PDI Perjuangan siang ini akan menerima rekor Museum Rekor Indonesia 
atau Muri. Penghargaan pemecahan rekor ini dinilai tidak memberikan dampak 
politik yang besar. 

Ini sebagai bahan jualan menjelang Pemilu, kata pengamat politik dari 
Universitas Gajah Mada, Dodi Ambardi, dalam perbincangan dengan VIVAnews 
melalui telepon, Selasa, 10 Maret 2009.

Alasan Dodi, pertama karena Muri bukanlah lembaga publik dan tidak fokus kepada 
bidang politik. Kedua, karena pemberian rekor atas kontrak politik itu dinilai 
bukan sebagai barang baru di Indonesia. Menurut Dodi, pemberian rekor ini 
merupakan salah satu strategi PDIP untuk lebih populer di mata masyarakat. 

Jadi ini untuk lucu-lucuan saja. Apakah akan efektif? Tidak. Karena Muri bukan 
lembaga yang concern terhadap pemilu. Lain misalnya kalau yang memberikan 
penghargaan itu Walhi, yang punya konsen terhadap lingkungan, jelas peneliti 
Lembaga Survei Indonesia ini. 

Sedangkan untuk kontrak politik, lanjut Dodi, pada dasarnya adalah mengikat 
para calon legislatif PDI Perjuangan untuk memenuhi janji. Tetapi kontrak 
politik justru menggambarkan bahwa selama ini, politisi PDI Perjuangan dinilai 
tidak bisa dipercaya. 

Kontrak politik justru memberikan gambaran bahwa pada periode-periode 
sebelumnya, PDI Perjuangan dan calegnya tidak memberikan kepercayaan tidak 
dapat memberikan kepercayaan kepada publik, jelas dia. 

Rencananya, sekitar pukul 12 siang ini Museum Rekor Indonesia akan memberikan 
penghargaan kepada PDI Perjuangan. Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati 
Soekarnoputri akan menerima langsung penghargaan itu dari Direktur Muri, Jaya 
Suprana. Megawati dijadwalkan akan didampingi Ketua Dewan Pertimbangan, Taufiq 
Kiemas dan Sekretaris Jenderal, Pramono Anung.

 
• VIVAnews 
http://politik.vivanews.com/news/read/38069-pengamat__rekor_muri_untuk_pdip_jualan_pemilu


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Pak Guru Siapkah Bersaing dengan Internet?

2009-03-12 Terurut Topik Abdul Rohim
 
Pak Guru Siapkah Bersaing dengan Internet?



 
Laporan wartawan KOMPAS Yulvianus Harjono


PESATNYA arus globalisasi serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi 
(TIK)saat ini menuntut perubahan sikap dan pola pikir guru. Sebab, peran guru 
saat ini makin tersaingi dengan keberadaan internet dan televisi. Sekolah 
melalui gurunya harus bisa menjadi lembaga yang tidak sekadar transfer ilmu, 
tetapi juga nilai-nilai luhur.
Demikian benang merah imbauan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede 
Yusuf saat menjadi pembicara keynote dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan 
Majalah Guruku, Selasa (10/3) di Sabuga. Kegiatan yang diadakan cuma-cuma ini 
diikuti sekitar 1.500 guru se-Bandung Raya.
Menurutnya, internet dan televisi sebetulnya merupakan alternatif sumber 
belajar. Namun, pada kenyataannya, tidak jarang ini menggeser peran guru 
sebagai penyampai ilmu. Saya terkejut anak saya yang baru berumur 8 tahun 
sudah pandai buka-buka website. Ditanya dia ikut les atau tidak, ternyata dia 
jawab tidak, tuturnya.
Dari pengalaman ini muncul pesan, internet dalam wadah TIK merupakan sumber 
yang luas untuk belajar. Jika guru tidak memutakhirkan dirinya terhadap 
perkembangan TIK, ucapnya, maka daya saing bangsa akan kian tertinggal. Ke 
depan kan bakal banyak guru-guru asing mengajar di Indonesia, khususnya Jabar. 
Yang saya khawatirkan, justru mereka berasal dari Negara Jiran. Ini adalah 
tantangan.
Fenomena situs jaringan pencari kawan macam Friendster dan Facebook, ucapnya 
makin menegaskan fenomena masyarakat digital. Dalam konsep ini, masyarakat 
bagaikan sebuah keluarga besar yang melintasi batas wilayah dan saling aktif 
bertukar informasi. Sekolah, ucapnya, merupakan benteng untuk menyaring budaya 
global yang tidak sesuai budaya lokal. Di sinilah sekolah berperan sebagai 
lembaga transfer nilai.

 
Dalam kuliah umum, Kepala Subbidang Penghargaan dan Perlindungan Guru 
Direktorat Jenderal Depdiknas RI Dian Mahsnah mengatakan, guru sejatinya tetap 
kunci dalam proses pembelajaran. Namun, sebagai agen perubahan, guru dituntut 
harus mampu melakukan validasi-memperbaharui kemampuannya, sesuai dengan 
tuntutan zaman agar tidak tertinggal.
Krisis guru idola 
Menyinggung soal masih banyaknya guru yang gagap teknologi, menurutnya, hal ini 
lebih disebabkan karena faktor individu, enggan memperbaiki diri. Dengan adanya 
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), guru sebetulnya dituntut lebih 
memberdayakan TIK untuk proses pembelajaran bermutu. Demikian diucapkannya.
Hal yang tidak kalah penting adalah membiasakan mengajar dengan menyenangkan. 
Dengan demikian, pembelajaran menjadi semakin menarik bagi siswa. Berdasarkan 
survei yang disampaikannya, saat ini tengah terjadi krisis guru idola di 
Indonesia. Tingkat kepanutan guru di mata siswa hanya 58 persen. Kalah jauh 
dibandingkan tingkat panutan orangtua (90 persen), bahkan sesama teman sebaya 
(88 persen).
Menurut Pemimpin Redaksi Majalah Guruku Ismed Hasan Putro, guru merupakan 
penentu peradaban suatu bangsa, ujung tombak pendidikan. Selayaknya, anggaran 
20 persen untuk pendidikan, 40 persennya diarahkan untuk perbaikan 
kesejahteraan guru. Demikian dikatakan Ketua Masyarakat Profesional Madani ini.
 
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/03/10/20241954/pak.guru.siapkah.bersaing.dengan.internet


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Antikorupsi, Bisa Didiagnosis, Bukan Utopia

2009-03-12 Terurut Topik Abdul Rohim
 ini sedang terlibat 
dalam kesibukan substantif terhadap warganya dan sedang menganyam masa depan 
bangsa yang berpengharapan.

Antikorupsi bukan utopia, tapi bisa didiagnosis sebagaimana penyakit lainnya. 
Kalau negara-negara seperti di Skandinavia atau Swiss dapat melakukannya, 
mengapa kita tidak? Semoga jawabannya ada pada pemerintahan berikutnya. ***

*. Henry Siahaan, penggiat antikorupsi, bekerja di Kemitraan, Jakarta

 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=56682


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Sintong: Banyak Kebohongan Orde Baru

2009-03-12 Terurut Topik Abdul Rohim



Sintong: Banyak Kebohongan Orde Baru
Buku ini berisi pengalaman tugas dan berbagai peristiwa penting dalam sejarah 
ABRI.

JAKARTA - Mantan Panglima Daerah Militer Udayana Letnan Jenderal (Purnawirawan) 
Sintong Panjaitan menyatakan banyak kebohongan yang disampaikan kepada publik 
oleh para pejabat Orde Baru terkait dengan peristiwa bersejarah di negeri ini. 
Ada yang bisa mengatakan dan menguraikan tidak sesuai dengan yang 
sesungguhnya. Padahal saya terlibat secara fisik dan masih hidup, katanya. 
Sintong mengungkapkan hal itu saat peluncuran bukunya, Perjalanan Seorang 
Prajurit Para Komando, di Balai Sudirman, Jakarta, semalam. Buku setebal 520 
halaman itu ditulis oleh Hendro Subroto. Selain berisi pengalaman hidup, kata 
Sintong, Buku ini berisi pengalaman tugas dan berbagai peristiwa penting dalam 
sejarah ABRI. 
Menurut Sintong, buku ini diterbitkan atas desakan keluarga, terutama istrinya, 
teman, dan para senior tentara. Tujuannya, mengungkap kebenaran sesungguhnya di 
balik peristiwa-peristiwa bersejarah di negeri ini. (Karena) banyak pengalaman 
yang perlu diungkap, banyak peristiwa yang disamarkan, ujar mantan staf khusus 
Presiden Habibie ini. 
Dalam bukunya, Sintong bertutur soal kiprahnya di militer, terutama saat 
peralihan pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie. Di Korps Baret Merah, 
Sintong mendidik angkatan muda, antara lain Hendropriyono, Agum Gumelar, Luhut 
Pandjaitan, dan Prabowo Subianto. Sintong juga pernah memimpin sejumlah operas 
militer khusus, seperti Operasi Woyla. 
Di buku itu Sintong juga mengungkap soal insiden Dili pada 12 November 1991 
yang, menurut dia, terdapat unsur sabotase karena, penembakan itu tidak 
seujung rambut pun sesuai dengan kebiasaan ABRI, kata Sintong. Dia merasa 
disabot oleh kawan dan lawan. Alangkah bodohnya saya kalau saya sampai 
memerintahkan petugas keamanan melakukan penembakan.

 
Sintong mengaku pernah menyampaikan aspirasi warga Timor Timur, yang menuntut 
wilayahnya dijadikan daerah istimewa seperti Aceh dan Yogyakarta, kepada 
Presiden Soeharto. Tapi Soeharto menjawab dengan keras, Kamu jangan berpikir 
mundur. Nanti daerah istimewa itu tidak ada lagi. Reaksi Soeharto itu membuat 
Sintong ketakutan. TITO SIANIPAR | DWI WIYANA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/12/headline/krn.20090312..159342.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Soliloquy Pemilu: MK,KPU,dan Pers

2009-03-04 Terurut Topik Abdul Rohim
 operasional.

Vonis MK tentang pembatalan fungsi dan wewenang Komisi Yudisial memang perlu 
revisi undang-undang atau perppu; vonis MK tentang calon perseorangan dalam 
pilkada juga perlu revisi undangundang, vonis MK tentang Pengadilan Tindak 
Pidana juga perlu revisi undangundang atau perppu, vonis MK tentang pembatalan 
isi APBN juga perlu revisi undang-undang; sebab vonisvonis tersebut menimbulkan 
kekosongan hukum yang setara dengan materi muatan undang-undang..

 

Pers : 

Lalu apa ukuran antara vonis yang perlu dan tak perlu perppu atau revisi 
undang-undang? 

MK: Ya itu tadi. Kalau pembatalan oleh MK menyebabkan terjadinya kekosongan 
hukum untuk materi yang setara dengan undangundang, maka pelaksanaannya perlu 
perppu atau revisi undang-undang, sedangkan yang bersifat teknis ya langsung 
self executing, tak perlu perppu atau undang-undang baru.Tentang materi muatan 
undang-undang bacalah UU No 10/2004. 

KPU: Kalau penetapan suara terbanyak diatur dengan peraturan KPU, bagaimana 
kalau nanti diujimaterikan ke MA? 

MK: Sulit membayangkan MA membatalkan peraturan KPU yang hanya bersifat teknis 
dan tidak menabrak isi undang-undang atau putusan MK. Tapi kalau dibatalkan 
juga kan sederhana. KPU tetapkan saja caleg terpilih dengan suara terbanyak. 
Kalau ada yang menggugat kan menjadi sengketa hasil pemilu. 

Kalau sengketa hasil pemilu kan diadili oleh MK. Kalau diadili oleh MK kan 
kembali ke suara terbanyak juga.Perbincangan kita lanjutkan besok saja. Ruangan 
SINDO untuk rubrik ini terbatas.Sampai besok ya. (bersambung). 

MOH MAHFUD MD 
Guru Besar Hukum Tata Negara di Beberapa Perguruan Tinggi 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/217640/38/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Mengintip Gila Belanja Orang Kaya Indonesia

2009-02-28 Terurut Topik Abdul Rohim

Mengintip Gila Belanja Orang Kaya Indonesia
Nurul Hidayati - detikNews




Jakarta - Gila belanja orang kaya Indonesia selama ini hanya diobrolkan di 
kalangan terbatas. Yang bukan komunitas sosialita, hanya bisa mendengar dari 
sas-sus.

Namun untunglah ada Amelia Masriari. Ikon shopaholic Indonesia ini mengabadikan 
kegilaan belanja orang kaya Indonesia di bukunya yang masuk deretan buku 
laris di toko buku terkemuka: Miss Jinjing.

Dalam bukunya, lulusan S2 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia ini menuturkan 
kegilaan belanja orang kaya Indonesia. Dia mengutip Survey Singapore Tourism 
Board yang menunjukkan bahwa pengunjung Singapore Great Sale terbesar adalah 
orang Indonesia. 

Makanya tidak usah heran kalau iklan Uniquely Singapore nyaris setiap hari 
muncul setengah halaman koran nasional, tulis perempuan yang berprofesi 
sebagai personal private buyer ini.

Lalu mengapa orang Indonesia doyan belanja ke Singapura? Jawabnya, bukan karena 
harga murah atau lebih beragam, namun karena lebih bebas. Dandan seadanya oke 
saja, tanpa harus dilirik dengan pandangan sinis oleh orang lain dan sales 
attendant butik.

Coba kalau di Indonesia, berpenampilan seadanya pasti malah dipandang sebelah 
mata, melecehkan. Pokoknya harus rapi, wangi dan niat dandan, tulis ibu 3 anak 
ini.

Belanja di Singapura juga bebas pelukan atau cipokan di pinggir jalan. Coba di 
Indonesia!

Hong Kong Tourism Board, Malaysian Tourism Board dan Thailand Tourism Board, 
juga sangat menyadari bahwa rakyat Indonesia pangsa potensial. Karena itulah 
mereka rajin pasang iklannya. Hasilnya jelas.

 

Orang Indonesia di Cina terkenal sangat heboh jika melihat barang bagus. 
Apalagi mereka tidak terlalu sering menawar harga. Jelas aja ini bikin para 
penjual senang melihat tampang Indonesia lewat di depan tokonya. Malah sering 
dipanggil, Miss...miss Indonesia, let's have a look... cerita pengasuh blog 
belanja-sampai-mati.blogspot.com ini.

Penggila belanja Indonesia juga eksis di Eropa. Suatu ketika Amelia ke gerai 
Chanel di Saks Fifth Avenue, New York. Begitu melangkahkan kaki masuk, si 
Beauty Assistant yang tahu Amelia orang Indonesia langsung bilang begini,Mrs 
XXX baru aja tadi dari sini.

Bahkan, sales assistant Chanel di BGM bisa menyebutkan dengan sangat fasih nama 
keluarga pejabat yang nyonya besarnya (TS) seminggu lalu habis beli tas di 
butik tersebut. Pelanggan lainnya ada nyonya TAB dan DP.

Amelia juga menceritakan, butik Etienne Aigner di Muenchen pernah mengalami 
kehebohan gara-gara seorang ibu pejabat Indonesia setingkat menteri -- plus 
rombongan, datang memborong. Sebanyak 80 tas dibeli oleh si Nyonya dan 
rombongannya pasti ikut beli, entah berapa.

Sampe-sampe tuh butik Aigner kehabisan barang dan minta diambil dari gudang 
lagi, tulis Amelia.

Ketika iseng ditanya oleh seorang penjaga butik tentang keperluan tas tersebut, 
dengan entengnya si ibu itu menjawab, Untuk oleh-oleh keluarga di kampung.

Jelas oleh-oleh yang supermahal! Sebab jika tas Aigner satu bijinya paling 
murah Rp 8 juta, berarti 80 tas itu sejumlah Rp 640 juta. Hanya untuk oleh-oleh?

Ditambah lagi nih, denger-denger sebelum tiba di Muenchen, mereka terlebih 
dulu ke Paris. Mereka juga melahap butik Hermes, memborong setidaknya 40 tas - 
birkin, garden tote bag, lindy bag, kelly bag dan lain-lain, tulis Amelia yang 
jadi ngiler.

Info Amelia yang satu ini tak boleh dilewatkan: dari

 sales assistant di Hermes, salah satu kolektor tas Hermes terlengkap di dunia 
adalah seorang ibu mantan pejabat setingkat menteri asal Indonesia. Konon, 
beliau ini mempunyai koleksi tas Hermes yang tergolong sangat lengkap dari segi 
model dan warna. Sedikitnya dia punya 30 pieces!

Coba bayangkan jika harga Hermes rata-rata 50 juta/pcs, artinya nilai 
koleksinya minimal 1,5 miliar! tulis Amelia. Uhuk, uhuk, bikin keselek! 
(nrl/iy)
 
http://www.detiknews.com/read/2009/02/25/103222/1090170/10/mengintip-gila-belanja-orang-kaya-indonesia

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Para Penipu Ramai-Ramai Kena Tipu

2009-02-28 Terurut Topik Abdul Rohim
Para Penipu Ramai-Ramai Kena Tipu
Djoko Suud Sukahar - detikNews




Jakarta - Imej politik sebagai 'alat menipu' dan politisi sebagai 'penipu' 
sekarang mulai menjadi kenyataan. Rakyat kini tidak lagi 'mengenal' partai 
politik dan tokoh politik. Semuanya dianggap sama, sama-sama 'pembeli'. 
Disitulah rakyat bisa 'berjualan'. 'Menjual' suara pada siapa saja yang 
berhasrat 'membeli'. Inilah negatifitas lokal yang selama ini tertutupi 
kearifan lokal tampil secara telanjang. 

Politik uang rasanya tak perlu diributkan. Undang-undang yang menyoal itu sudah 
tertimbun buku-buku tebal di perpustakaan. Disebut begitu, karena semua pihak 
sedang asyik melakukan transaksi jual-beli suara. Rakyat 'menjual', dan para 
calon wakil rakyat yang membelinya. 

Transaksi macam ini di berbagai daerah memang berbeda-beda. Ada yang menjual 
dan membeli langsung, tapi ada pula yang pakai cara pseudonim. Itu campur-aduk 
dengan tradisi dan budaya setempat. Taklah heran jika sebagian terendus media 
dan diberitakan. Kendati sebagian besar tidak terekspos karena berbagai alasan. 

Namun berkat itu, di Jawa binatang bunglon beranak-pinak. Di kawasan Indonesia 
Timur telur cecak menetas tak terbilang banyaknya, dan di wilayah utara, 
meliputi Maluku, Ternate, Tidore, Sulawesi, Sangihe, Talaud serta Miangas dan 
Marore politik dubo-dubo berbiak dengan suburnya.

Binatang bunglon memang bisa berubah warna sesuai tempat yang dipijak. Satwa 
mimikri ini di Jawa sebagai simbolisasi manusia plin-plan. Tidak teguh 
pendirian, tapi anehnya teguh tujuan dalam mengeruk keuntungan dan demi 
penyelamatan. Di ranah politik, bunglon figur manusia mencla-mencle. Dan itu 
diasumsikan sebagai jatidiri politisi serta pemilih oportunis.

 

Di Indonesia Timur, binatang yang bertabiat menyerupai bunglon adalah cecak.. 
Binatang ini kendati tak bisa berubah warna, tapi dia punya watak yang 
mirip-mirip dengan bunglon. Cecak kalau terdesak dan ingin kabur ke lain hati 
selalu meninggalkan jejak dengan melepas sebagian ekornya. Dan watak yang 
mengesankan konsekuen dan konsisten itulah yang membuatnya dipersamakan dengan 
kejelekan bunglon.

Sedang di kawasan 'Indonesia Utara', istilah umum untuk sifat peniruan bunglon 
dan cecak itu disebut 'politik dubo-dubo'. Ini sebuah strategi meruntuhkan 
lawan, dengan memecah-belah kekuatan siapa saja yang ingin berkuasa. Memang 
amat mirip politik penjajah, karena kelahirannya distimulasi oleh devide et 
impera buatan Belanda.

Negatifitas lokal itu yang sekarang tampil telanjang. Penampilan itu terjadi 
serentak. Semula pola ini merasuk ke dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 
yang bertabur uang, dan mendekati pemilihan umum ini menjadi 'senjata rakyat' 
dalam bertransaksi. Transaksi untuk 'mengkadali' para calon legislatif (caleg) 
yang ambisius tampil sebagai pemimpin.

Memang 'politik rakyat' itu dipraktekkan bukan untuk meraih kekuasaan. Mereka 
melakukan itu dengan tujuan yang amat sederhana, yaitu meraup uang. Materi itu 
yang disasar. Dengan 'gaya lokal' mereka beraksi, dan dari aksi itu maka para 
caleg itu akan masuk perangkap. Bukan jadi 'penipu', tapi malah jadi korban 
'penipuan rakyat'.

Kesibukan 'penipu' yang ramai-ramai 'ditipu' rakyat itulah yang kini gegap di 
se-antero negeri. Tiap caleg dengan rela hati menghamburkan uang miliaran 
rupiah untuk 'ditipu' rakyat. Harapannya membubung ke angkasa, yakin jabatan 
wakil rakyat bakal disandang.

Itu pula yang membuat orang Madura menyebut caleg itu sebagai 'calegen', orang 
kesedak. Bisa mati karena kaget dengan perolehan suara yang di luar dugaan. 
Bisa stroke akibat yang sama. Atau mungkin jadi gila karena jatuh miskin dan 
tidak menjabat apa-apa.

 

Adakah ini yang disebut manusia sakti di abad modern? Hendak stroke dan menjadi 
gila dipamer-pamerkan. Serta mendekati ajal tiba memajang photo dimana-mana, 
meniru Ronggowarsito yang mampu meramal hari kematiannya sendiri? Naudzubillahi 
mindzalik !

(iy/iy)
 
http://www.detiknews.com/read/2009/02/25/103239/1090184/103/para-penipu-ramai-ramai-kena-tipu


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Terbenam di Lumpur Janji

2009-02-26 Terurut Topik Abdul Rohim
, Grup Bakrie. 
Minarak, perusahaan yang dibentuk untuk menangani lumpur, akhirnya kesulitan 
likuiditas membayar ganti rugi. Pemerintah menolak permohonan itu, tapi memberi 
keringanan kepada Lapindo dengan mengangsur pembayaran ganti rugi. 
Pada 3 Desember, Lapindo membuat kesepakatan bersama yang disampaikan ke 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ada tujuh kesepakatan yang ditandatangani 
Komisaris Utama PT Minarak Lapindo Jaya, Gesang Budiarso, Wakil Ketua DPRD 
Kabupaten Sidoarjo, Jalaludin Alham, serta sembilan wakil warga, yakni Koes 
Sulaksono, Anang B. Arifin, Edwin, Handoyo, Ramli, Soegiarti, Wisnu Aji, Amin, 
dan Suhartono. 
Dalam butir kedua kesepakatan itu, Lapindo meminta pembayaran dengan cara 
mencicil Rp 30 juta setiap bulan per berkas. Mereka juga akan memberi bantuan 
uang kontrak rumah per kepala Rp 2,5 juta. 
Pada butir kelima, Minarak akan membayarkan tepat waktu sesuai jatuh tempo. 
Kalau tidak, Minarak bersedia diproses secara hukum. Namun butir kelima ini 
menguap. Pembayaran cicilan ganti rugi warga kian mengkerut. Lapindo hanya 
membayar Rp 15 juta setiap bulan per berkas.

 
Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah mengatakan yakin Lapindo bisa memenuhi 
kesepakatan ini. Sedangkan Kepala Kepolisian Jenderal Polisi Bambang Hendarso 
Danuri menyatakan Lapindo akan diproses secara hukum kalau ingkar janji. 
Pola pembayaran dengan cara mencicil ini diterima Gerakan Korban Lumpur 
Lapindo. Sekretaris Gerakan, Khoirul Huda, mengatakan kemampuan keuangan 
Minarak harus selalu dikontrol. Ia menegaskan, Lapindo harus menambah jumlah 
cicilan kalau kondisi keuangan perusahaan membaik. 
Tapi koordinator kelompok Perumtas, Sumitro, mengatakan korban lumpur tidak 
pada posisi menerima atau menolak. Pemerintah, katanya, seharusnya mengambil 
alih pembayaran dengan menyita aset perusahaan. 
Sumitro menambahkan, warga sudah terlalu sering mendapat pepesan kosong. 
Menurut dia, Lapindo sudah tidak bisa memenuhi peraturan presiden serta 
sejumlah kesepakatan. ”Kalau yang sudah jelas hitam-putihnya saja meleset, 
bagaimana sekarang?” katanya. 
Yandi M.R., Dian Yuliastuti (Jakarta), Dini Mawuntyas, Yekthi Hesthi Murthi 
(Surabaya)
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/23/NAS/mbm.20090223.NAS129585.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Pengusaha Nyaleg

2009-02-21 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Pengusaha Nyaleg


Ali Anwar
WARTAWAN TEMPO 
Seorang teman di Kota Bekasi, Jawa Barat, yang sepanjang hidupnya didedikasikan 
untuk bisnis, tiba-tiba memutuskan menjadi calon legislator dari Bekasi Timur. 
Doakan dan pilih saya, ya, kata dia dua pekan silam. 
Minggu lalu, perempuan pengusaha ini mengajak saya mengikuti roadshow-nya ke 
beberapa kampung. Saya menolak karena waktu istirahat terganggu. Namun, 
akhirnya saya luluh. Lu boleh nggak pilih gue, tapi sebagai teman, lu musti 
ngeliat aktivitas gue, katanya sambil menjabat tangan saya. 
Saya sempat menyampaikan penyesalan atas pencalonannya. Karena saya tahu betul 
hari-harinya dicurahkan untuk time is money. Keluar-masuk perkampungan kumuh 
atau membela orang kecil kayaknya belum pernah hadir dalam benaknya, kecuali 
bila menguntungkan secara bisnis. 
Saya ungkapkan beberapa kasus di sejumlah daerah yang legislator atau bekas 
legislatornya ditahan sampai dibui gara-gara menggerogoti uang rakyat atas nama 
rakyat. Ngapain lu nyaleg, mending ngembangin bisnis. Soal pengabdian kepada 
rakyat, lu bikin aja lembaga sosial. 
Dia cuma cengar-cengir sembari mempersilakan saya masuk ke mobil Honda Jazz 
teranyarnya. Sudah kadung, ini pun karena diminta dengan sangat oleh petinggi 
partai, katanya di tengah perjalanan. 
Sepanjang jalan senyum manisnya terpampang pada ratusan alat peraga kampanye. 
Tak saya sangka, dia hafal jalan-jalan sempit di beberapa perkampungan. Setiap 
kali berpapasan dengan kaum ibu, laju mobil dipelankan. 
Jendela mobil dibuka, lantas sebuah bungkusan plastik berisi jilbab plus stiker 
dan kartu nama bergambar dirinya disorongkan keluar. Bu, kenang-kenangan, 
semoga bermanfaat, katanya sambil tersenyum bersahabat.

 
Para perempuan yang diberi jilbab sempat ragu. Namun, begitu mengetahui wajah 
asli si pemberi sama dengan wajah di baliho, spanduk, dan stiker yang berserak 
di sekeliling lokasi, para ibu itu menjadi ikut bersahabat. 
Ibu yang wajahnya di spanduk itu, kan? Terima kasih jilbabnya, saya akan pilih 
ibu, kata seorang ibu di Kampung Rawa Semut. Meski dalam rangka meraup suara, 
saya melihat ada ketulusan dari teman saya ini. Sedikitnya 200 helai jilbab 
terdistribusi hari itu. Boleh juga, kayaknya cukup efektif, kata saya 
menilai. 
Sore hari, kami tiba di rumahnya. Putri bontotnya yang masih remaja bertanya, 
Mama, gaji anggota badan legislatif berapa, sih? Teman saya menjelaskan bahwa 
Dewan tempat untuk mengabdi. Gaji nggak bakal Mama bawa pulang. Biaya 
keluarga, termasuk kuliahmu, cukup dari rumah makan, katanya. 
Sang anak tak yakin. Biasa, lagi nyaleg, ngomongnya kayak orang suci. Kita 
buktikan kalau jadi legislator, ya, Om, katanya enteng sambil ngeloyor.
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/19/Nasional/krn.20090219..157314.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Lihat profil Facebook saya

2009-02-19 Terurut Topik Abdul Rohim
Hai Za,

Saya membuat profil Facebook yang dapat saya kirimi foto, video, dan acara saya 
dan saya ingin menambahkan Anda sebagai teman sehingga Anda dapat melihatnya. 
Sebelumnya, Anda perlu bergabung dengan Facebook! Setelah bergabung, Anda dapat 
juga membuat profil Anda sendiri.

--
salam
--

Terima kasih,
Abdul

Untuk mendaftar ke Facebook, ikuti tautan berikut:
http://www.facebook.com/p.php?i=1401656566k=5415Q5VS3Y6MZK1AWCV3Yr



[zamanku] PKS Siap Dukung Capres Perempuan

2009-02-18 Terurut Topik Abdul Rohim





PKS Siap Dukung Capres Perempuan 






BALIKPAPAN(SINDO) – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) siap mendukung calon 
presiden atau calon wakil presiden (caprescawapres) dari kalangan perempuan. 


Menurut Presiden PKS Tifatul Sembiring, meski partainya belum memutuskan akan 
mengajukan atau mendukung capres perempuan dalam pemilu presiden nanti, 
pihaknya tidak memperdebatkan apakah pemimpin Indonesia ke depan dari kaum 
laki-laki atau perempuan. 

Karena itu, pihaknya siap berkoalisi dengan partai mana pun, termasuk Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Megawati Soekarnoputri 
sebagai capres. “Yang utama adalah kapasitasnya. Debat kita bukan di perempuan 
tapi kapasitas,” kata Tifatul Sembiring di Balikpapan kemarin. 

Sebelumnya,Tifatul mengiyakan beberapa figur alternatif dari internal partainya 
yang bisa disandingkan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, 
seperti apa keputusan akhirnya,partai yang berkantor pusat di Mampang Prapatan, 
Jakarta ini tidak mau berspekulasi. 

DPP PKS hanya memastikan diri akan mengajukan beberapa kadernya dalam paket 
pasangan capres yang bisa disandingkan dengan Mega,SBY, atau capres 
lain.Pilihan koalisi juga tidak jauh berbeda, apakah PDIP, Partai Demokrat, 
Partai Golkar, atau Partai Amanat Nasional (PAN). 

“PDIP ngajak, Golkar ngajak, kita akan bahas,”ungkapnya. Pernyataan Tifatul 
soal capres perempuan tersebut membuka kembali komunikasi yang pernah dibangun 
elite PKS dengan PDIP. Penjajakan komunikasi dua partai ini dimotori Ketua 
Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) DPP PDIP Taufik Kiemas.

 

Dalam berbagai pertemuannya dengan elite PKS, Taufik menawarkan koalisi dengan 
menduetkan Mega-Hidayat. Namun,pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP di 
Solo,nama Hidayat melorot di urutan kedua karena kalangan kader PDIP lebih 
memilih Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai bakal cawapres pendamping 
Mega.Sejak itu pula, hubungan kedua partai ini sempat meredup. 

Kini, dengan pernyataan Tifatul soal capres perempuan, gairah duet Mega-Hidayat 
menghangat kembali. Menurut Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, penegasan Tifatul 
tersebut membuat kader PDIP semakin respek dan dekat dengan PKS. Hanya, PKS 
harus bisa membuktikan bahwa apa yang dikatakan itu bukan retorika politik 
semata. 

“PKS sangat kami pertimbangan karena kami juga berharap bisa menduetkan Ibu 
Mega dan Hidayat Nur Wahid. Tapi dalam ideologi,PKS harus bisa membuktikan 
nasionalisnya, kebinekaannya, dan komitmennya dalam mempertahankan NKRI, 
”tandasnya. 

PDIP melihat bahwa di luar ideologi, persyaratan PKS untuk bisa berkoalisi 
dengan PDIP dalam pilpres nanti bisa dikatakan sudah tercukupi. Sebab, PKS 
merupakan partai besar yang cukup solid dan mempunyai kader populer,yakni 
Hidayat Nur Wahid yang bisa mendampingi Megawati. 

“Mereka sudah sangat baik dalam berhubungan dengan kita. Tapi sekali lagi, 
konsistensi PKS dalam kebinekaan kita lihat, apakah sekadar retorika atau 
tidak. Sebab, ideologi inilah yang dipegang kuat PDIP untuk membangun Indonesia 
ke depan,” paparnya. Direktur Pro Mega Centre Mochtar Mohamad sependapat dengan 
Maruarar.

Menurut dia, penegasan PKS yang bisa menerima capres perempuan merupakan bukti 
bahwa ada peluang besar untuk menduetkan Megawati dengan Hidayat Nur Wahid. 
Karena itu,meski saat ini PKS terkesan malu-malu, hal itu karena ingin menjaga 
etika politik, karena PKS merupakan bagian dari koalisi pemerintahan.



“ Dalam hal ini,PDIP perlu bersabar sambil membangun komunikasi intensif untuk 
menunggu kesediaan PKS mendampingkan Pak Hidayat dengan Ibu Mega,”ujarnya. 
(rahmat sahid/amir syarifudin/ okezone) 

 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/214188/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] KPK Khawatir DPR Reduksi Pasal Suap

2009-02-18 Terurut Topik Abdul Rohim


RUU Tipikor
KPK Khawatir DPR Reduksi Pasal Suap 


Jakarta-Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) M Jasin mengusulkan 
penambahan pasal terkait suap dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Tindak Pidana 
Korupsi (Tipikor). Penambahan pasal tersebut harus dilakukan sekarang agar saat 
diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak direduksi oleh legislator. 
Demikian pendapat M Jasin di sela-sela suatu diskusi, Senin (16/2). “Harus ada 
penambahan pasal mengenai suap karena mengantisipasi kebiasaan DPR yang 
mengurangi pasal-pasal krusial dari setiap RUU yang diajukan,” ungkapnya. 
Pasal yang diusulkan dalam perkara suap, menurutnya, seperti yang diatur dalam 
UNCAC (United Nation Convention on Against Corruption), di mana Indonesia sudah 
meratifikasi melalui UU No 7 Tahun 2006. 
Pasal suap yang diminta untuk ditambahkan adalah Pasal 15 UNCAC, mengenai 
sebelum suap berpindah tangan, sudah dapat dipidana. Kemudian Pasal 16 UNCAC 
mengatur suap yang melibatkan pejabat publik dan pejabat organisasi 
internasional. Lalu Pasal 21 UNCAC yang mengatur penyuapan di sektor swasta. 
Hasil draf RUU Tipikor yang dibuat tim perumus pimpinan Andi Hamzah 
menunjukkan, apa yang diatur dalam UNCAC belum ada sama sekali. Menurutnya, 
sejak awal, mengenai penyuapan seperti diatur dalam UNCAC harus diajukan dan 
diperjuangkan berbagai pihak. 
Menurutnya, strategi itu sangat penting karena beberapa kali DPR mereduksi 
pasal-pasal krusial dalam setiap RUU yang mereka bahas. Ia mencontohkan tentang 
perlindungan saksi dan korban, terutama yang mengatur tentang saksi yang 
mengungkapkan kasus pertama kali (whistle blower) yang direduksi di tengah 
jalan saat pembahasan. 
Kini, sejumlah kasus yang ditangani KPK sebagian besarnya terkait gratifikasi 
atau suap yang melibatkan kalangan Dewan, di antaranya kasus Al Amin, Bulyan 
Royan, dan kasus Yusuf Emir Faishal.

 
Sebelumnya, komisi ini juga mengapresiasi hasil survei Transparency 
International Indonesia (TII) yang menempatkan Polri sebagai institusi 
pemerintahan yang menduduki peringkat pertama dalam kasus suap. Dalam survei 
itu juga disebutkan adanya indikasi suap pada pengadilan. 
Namun, komisi ini menolak mengomentari lebih jauh soal tindakan KPK sebagai 
lembaga supervisi terkait survei itu. KPK menurut Wakil Ketua KPK Bidang 
Pencegahan Haryono Umar, sebaliknya melihat adanya proses perbaikan di dalam 
tubuh Polri saat ini.
“Jangan dicampuradukkan tugas KPK dengan hasil pekerjaan TII. Biarkan TII 
menjelaskan kepada publik apa dasar survei itu. Tidak benar kalau kami 
mengomentari pekerjaan orang,” kata Haryono Umar pekan lalu.
Survei TII terhadap 15 instansi pemerintah menyebutkan, kepolisian menjadi 
lembaga yang paling banyak menerima suap dibanding lembaga publik lain. 
Rata-rata nilai suap per transaksi mencapai Rp 2,273 juta.
(leo wisnu susapto)

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Simplifikasi Demokrasi

2009-02-18 Terurut Topik Abdul Rohim



 
Simplifikasi Demokrasi


A. Bakir Ihsan
DOSEN ILMU POLITIK UIN JAKARTA 
Transisi demokrasi sejatinya bergerak ke arah konsolidasi. Tapi fakta-fakta 
justru terjebak pada simplifikasi yang berbuah distorsi, bahkan anarki. Inilah 
yang kita saksikan atas peristiwa tewasnya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 
Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat akibat brutalitas demonstran. Walaupun hasil 
visum dokter menunjukkan faktor meninggalnya adalah serangan jantung, aksi 
demonstrasi tetap menjadi bagian dari pemicunya. Namun, fakta tersebut tidak 
bisa dijadikan alasan untuk mengekang kebebasan sebagai salah satu landasan 
demokrasi. Yang bisa kita lihat dari realitas tersebut adalah terjadinya 
simplifikasi atas demokrasi. Demokrasi diperlakukan sebatas kepentingan. Dalam 
beragam bentuknya, gejala simplifikasi ini bisa dilihat dari deviasi prosesi 
demokrasi yang melibatkan elite politik dan publik. 
Beberapa waktu lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa terganggu dengan 
pengeras suara demonstrasi yang membuat gaduh Istana. Sejak itu, polisi 
memperketat penggunaan pengeras suara para demonstran di depan Istana. Sepintas 
kenyataan tersebut memperlihatkan paradoksalitas di tengah euforia kebebasan. 
Demokrasi yang menyuguhkan ruang kebebasan menjadi gaduh dan menyebabkan orang 
lain terganggu. Dan, atas alasan ini, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 
membenarkan pelarangan atas kegaduhan itu. 
Pada level bawah, masyarakat digaduhkan oleh kontestasi yang semakin memanas 
menjelang hari H Pemilihan Umum 2009. Sebagian kontestan melakukan segala cara, 
termasuk pelanggaran mencuri start, untuk meraih simpati. Bahkan, dengan 
penerapan suara terbanyak, kegaduhan semakin intens seiring dengan persaingan 
di antara kontestan dalam satu partai sekalipun. Kenyataan ini bila dibiarkan 
dapat menyulut potensi anarkisme aksi (Kompas, 30 Desember 2008)..

 
Kenyataan di atas merupakan rangkaian dari euforia demokrasi yang melibatkan 
kepentingan elite dan rakyat. Demokrasi memberi ruang yang sama untuk saling 
memahami dan menghargai aspirasi. Kegaduhan terjadi ketika salah satu komponen 
bersikap eksklusif dan mengabaikan aspirasi yang lain. Inilah yang menyebabkan 
demokrasi melahirkan efek domino yang tak jarang bertolak sisi dengan substansi 
demokrasi itu sendiri, seperti anarkisme dan barbarisme. 
Demokrasi lahir dalam dua sisi sekaligus: kebebasan sekaligus ketaatan. Setiap 
orang punya peluang (kebebasan) yang sama untuk mengaktualisasikan aspirasinya. 
Kebebasan ini dimaksudkan sebagai medium kesederajatan warga negara. 
Kesederajatan teraktualisasi ketika hukum ditaati. Dengan kata lain, demokrasi 
tanpa (ketaatan) hukum, akan menjadi lahan penyelewengan kebebasan. Itulah yang 
terjadi dalam aksi-aksi yang anarkistis. Atas nama kebebasan, kesetaraan 
menjadi mati. Ketika aturan main ditetapkan, maka ketaatan pada aturan main 
menjadi ujung napas demokrasi. Tanpa itu, maka demokrasi akan menjadi alat 
legitimasi (baca: simplifikasi) sekelompok orang (elite) untuk meraih 
keuntungan berdasarkan kepentingan masing-masing. 
Demokrasi sebagai medium aktualisasi aspirasi mengharuskan adanya proses 
(evolusi) yang efektif. Sehingga aspirasi dapat dipahami dan diterima tanpa 
pemaksaan apalagi tindak kekerasan. Substansi sebuah aksi adalah ekspresi 
aspirasi agar diapresiasi. Apalagi dalam demokrasi perwakilan (indirect 
democracy), penyampaian aspirasi bertumpu pada bagaimana aspirasi diartikulasi, 
diapresiasi, dan diterima oleh lembaga perwakilan. Bukan pada bagaimana 
aspirasi didistribusikan (disalurkan) dan diekspresikan, karena saluran suara 
sudah dilembagakan melalui Dewan Perwakilan Rakyat. 
Itulah sebabnya, salah satu prasyarat penting dalam demokrasi adalah 
pelembagaan (institusionalisasi) unsur-unsur demokrasi. Pelembagaan tersebut 
menyangkut penguatan peran dan fungsi masing-masing lembaga, sehingga semua 
mekanisme demokrasi dapat dijalankan secara maksimal dan substantif. Munculnya 
demonstrasi dengan segala cara, termasuk cara-cara anarkistis, merupakan efek 
dari tidak optimalnya fungsi pelembagaan suara rakyat. Proses penguatan DPR 
sebagai lembaga perwakilan rakyat, misalnya, berhenti pada aspek simbolis dan 
prosedur semata. Akibatnya, kecenderungan distorsi peran dan ambiguitas fungsi 
kelembagaan menjadi menonjol.

 
Sejak reformasi, eksistensi dan peran yang dimainkan DPR bukan memperkuat 
fungsi kelembagaannya, melainkan lebih pada penguatan kepentingan partai 
(primordial) dan pribadi (individual). Beberapa kasus korupsi yang menimpa 
anggota Dewan dan peningkatan tunjangan di tengah kinerja yang buruk merupakan 
bukti dari distorsi fungsi tersebut. Apalagi di tengah gurita peran DPR yang 
cenderung melampaui wewenang konstitusi yang bertumpu pada sistem presidensial. 
Dalam kondisi demikian, sejatinya DPR bisa lebih mudah mengontrol kebijakan 
pemerintah bagi kepentingan rakyat. Namun, alih-alih memperjuangkan aspirasi 
rakyat, beberapa keputusan yang dikeluarkan anggota Dewan justru 

[zamanku] Kecewa Dibandingkan Satpam di Komisi VII, Dirut Pertamina Berkaca-kaca

2009-02-18 Terurut Topik Abdul Rohim
 dewan komisaris Pertamina. 
''Surat Pertamina itu telah melecehkan DPR,'' katanya.

Dimintai tanggapannya, Sofyan Djalil mengaku belum menerima surat tersebut. 
''Mungkin sudah di kantor, tapi saya belum menerima,'' ujarnya. Sepanjang pekan 
lalu Sofyan memang melakukan kunjungan ke Timur Tengah.

Soal langkah DPR yang meminta pemerintah mengevaluasi direksi baru Pertamina, 
Sofyan mengatakan, pihaknya tidak akan bertindak sejauh itu. ''Enggaklah, 
(kalau hanya karena) cuma surat itu. Minta maaf saja nanti. Substansinya 
mungkin oke, tapi mungkin cara menulisnya saja,'' katanya.

Menurut dia, hal tersebut bisa menjadi pelajaran berharga bagi direksi baru 
Pertamina. ''Mungkin Karen baru, jadi mereka belum tahu hubungan dengan Komisi 
VII. Ini istilah manajemennya pembelajaran. Kurva pembelajarannya masih pendek. 
Mudah-mudahan makin lama makin bagus,'' paparnya.

Berdasar catatan Jawa Pos, semasa masih menjabat direktur hulu Pertamina, Karen 
memang beberapa kali tampak kewalahan menghadapi serbuan pertanyaan anggota 
dewan. Sebab, pertanyaan itu terkadang melebar di luar aspek teknis.

Sebenarnya, tak hanya Pertamina yang mendapat pertanyaan-pertanyaan tajam dari 
Komisi VII. Direksi PLN hampir selalu mendapatkan perlakuan serupa. Namun, 
selama ini Dirut PLN Fahmi Mochtar terlihat cukup piawai meladeni 
pertanyaan-pertanyaan anggota dewan. Bahkan, setiap setelah RDP, direksi PLN 
menyempatkan diri bercengkerama dengan mereka. (owi/oki)
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=52809

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Jangan Biarkan KPK seperti Ponari

2009-02-18 Terurut Topik Abdul Rohim



 
Jangan Biarkan KPK seperti Ponari 

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kian banyak menangani perkara-perkara yang 
belum sepenuhnya terindikasi terjadi tindak pidana korupsi. Ada yang hanya 
bersifat supervisi. Ada pula penyimpangan aset pemerintah daerah yang 
dilaporkan ke KPK. Bahkan, KPK juga membentuk pengaduan penyimpangan bantuan 
operasional sekolah (BOS). 

Mengapa masyarakat tidak ke lembaga lain dalam mengadukan dugaan penyimpangan 
yang belum tentu terindikasi korupsi? Mengapa pula dugaan penyalahgunaan aset 
(lahan) fasilitas umum milik pemerintah Kota Surabaya oleh pengembang harus 
dilaporkan ke KPK? Hal itu disebabkan lembaga terkait tidak dipercaya. 
Masyarakat ragu lembaga terkait mampu menyelesaikan masalah yang diadukan ke 
KPK. Paling tidak, KPK saat ini adalah lembaga penegak hukum yang ditakuti atau 
kredibilitasnya cukup dipercaya.

Gejala tersebut tidak salah. Bukankah pihak-pihak yang merasa dirugikan memang 
perlu mencari lembaga yang dianggap mampu menyelesaikan masalah masalah hukum 
yang dianggap tidak adil? KPK sampai sekarang relatif mampu memberikan jawaban 
untuk kegamangan publik terhadap kinerja lembaga penyidik seperti kejaksaan dan 
kepolisian. 

KPK pun dianggap mampu dan memiliki legitimasi yang kuat untuk mengambil alih 
perkara yang terkait dengan penyimpangan hukum atau penyalahgunaan kekuasaan. 
Masalahnya, menumpuknya harapan yang berlebihan terhadap KPK perlu dianggap 
sebagai keadaan abnormal. Karena itu, perlu segera diluruskan atau dinormalkan. 

Caranya, kredibilitas lembaga lain yang terkait dengan penyidikan harus segera 
dipulihkan. Kejaksaan dan kepolisian perlu ditata. Kinerjanya harus direformasi 
agar di satu pihak dapat menjawab rasa keadilan pulik dan di pihak lain menjadi 
mitra yang sinergis KPK.

Dengan begitu, ke depan, KPK akan lebih fokus pada tugas utamanya. Yakni, 
memberantas korupsi, baik melalui kampanye atau pendidikan mencegah tindakan 
korupsi maupun penindakan terhadap pejabat publik yang menyalahgunakan 
kekuasaan yang berakibat pada terjadinya kerugian uang negara.

 

Kalau keadaan abnormal itu dibiarkan, sangat mungkin KPK akan mengalami 
overpekerjaan yang tidak sepenuhnya terkait dengan tugas pokok dan fungsi 
lembaga negara untuk memberantas korupsi. 

KPK kelak bisa jadi akan loyo. Tidak fokus. Akibatnya, korupsi gagal 
diberantas. Pasalnya, tenaga dan perhatian KPK tidak lagi ada pada rel atau di 
jalur yang ditetapkan UU Pembentukan KPK. KPK harus segera diselamatkan. Jangan 
biarkan publik menjadikan KPK ibarat Ponari dari Jombang yang dianggap sakti 
dengan batunya. Jangan biarkan masyarakat menganggap KPK bisa mengobati semua 
penyakit masyarakat yang terkait dengan tiadanya keadilan lantaran lembaga 
penegak hukum memble, gagal membangun law enforcement yang kukuh dan berwibawa. 
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=52642
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Bangsa Reality Show

2009-02-14 Terurut Topik Abdul Rohim
. 

Sedangkan beberapa ciri masyarakat dengan budaya literer, antara lain: selalu 
melihat substansi peristiwa, melihat tak hanya berdasarkan inderawi tapi akal 
budi, dan berbuat setelah matang pemikirannya. 

Penelitian Kooyman itu menyebutkan, pada 1970, dari 100 juta orang dewasa, 
hanya 2 persen (sekitar 2 juta) orang-orang literer. Tiga puluh tahun kemudian, 
jumlah orang literer diperkirakan meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 6 
juta. Ini masih belum ada 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Apakah 
ribuan orang yang antre pengobatan dukun cilik itu adalah orang-orang dengan 
budaya lisan? Silakan, Anda yang menilai. 

Akhirnya, kita berharap beberapa peristiwa di atas bisa menggugah kesadaran 
kita untuk becermin, seperti apa bangsa kita ini. Selanjutnya, tugas para 
pembuat kebijakan yang harus menjadikannya lebih baik. Jika kita sama sekali 
tak tergugah dengan peristiwa-peristiwa itu, lantas apa bedanya dengan ketika 
kita menyaksikan reality show di layar kaca? (*)

*. Kurniawan Muhammad, wartawan Jawa Pos 



 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=51979
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Siapa Pemenang di Gaza?

2009-02-14 Terurut Topik Abdul Rohim
 pemenang 
karena keteguhan faksi-faksi perlawanan. Bukan jutaan massa di seluruh dunia 
yang turun ke jalan melakukan demonstrasi solidaritas dengan warga Gaza 
sekaligus mengecam sikap diam pemimpin mereka. 

Sikap itu menunjukkan adanya konspirasi andil rezim-rezim tersebut dalam agresi 
ini karena semua memiliki kepentingan yang sama dengan Israel. Yaitu, menumpas 
opsi perlawanan militer di tanah Palestina. 

Kita harus berterus terang bahwa faksi-faksi perlawanan dan pejuang di Gaza 
tidak pernah berkata akan menaklukkan Tel Aviv, membebaskan Masjid Al Aqsa, dan 
gereja-gereja Jerusalem yang dijajah. Apa yang dikatakan dan menjadi slogannya 
adalah melawan agresi Israel dengan segala daya dan upaya.

Itulah yang dilakukan secara menakjubkan. Belum pernah ada sebelumnya sepanjang 
sejarah perang melawan pendudukan Israel, kecuali dalam pertempuran heroik di 
perkemahan Jenin saat melawan agresi Israel dengan tujuan yang sama pula.

*. Muhsin Labib, doktor filsafat, alumnus International Centre for Islamic 
Studies, Iran; penulis buku ''Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath'' 
dan ''Good Bye Bush'' 
 
 
http://jawapos.com/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ranjau Demokrasi

2009-02-14 Terurut Topik Abdul Rohim
 penderitaan rakyat sesungguhnya merupakan seben tuk 
pengangkangan terhadap demokrasi. Mereka yang menduduki kursi kekuasaan secara 
tegas melakukan kejahatan saat tidak mampu menghirup aroma kemiskinan dan 
kepedihan rakyat. Para penguasa yang datang dari penderitaan rakyat tidak lagi 
memiliki hubungan politik dengan rakyat. Penguasa yang melupakan rakyat 
merupakan deskripsi lahirnya tragedi demokrasi. 
Ada beberapa persoalan mendasar yang telah menyebabkan bangsa ini terkurung 
dalam kebusukan sosial politik. Pertama, disparitas sosial. Politik pembangunan 
telah memisahkan dengan kejam kelompok kaya dan miskin. Yang pertama selalu 
memiliki banyak alasan untuk tetap bertahan pada situasi krisis. Mereka 
mendapatkan pengakuan dan perlindungan politik hukum yang memadai. Sementara 
itu, kelompok kedua mempresentasikan keterpurukan yang lengkap. Mereka tidak 
memiliki jaminan sosial, ekonomi, dan hukum. 
Kedua, eksklusi sosial. Perbedaan yang tidak terdamaikan antara dua kelompok 
sosial ekonomi itu telah menyediakan proses penggusuran komunitas minoritas 
dari kancah kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Ada yang dilemparkan ke 
pinggir arena pertarungan.

 
Ketiga, destruksi sosial. Pola penghancuran sosial mencuat pada aksi-aksi 
kejahatan dan intimidasi yang dihadapi kelompok-kelompok kecil di tengah 
masyarakat. Pembatasanpembatasan sosial politik yang terjadi sampai sejauh ini 
menjadi akar dari semua kejahatan dan kehancuran rakyat. 
Hewellyn H Rockwell (2003) menyebut kondisi ini dengan istilah sinful state.. 
Negara yang menelantarkan hak-hak rakyat adalah bangunan politik kekuasaan yang 
berlumuran ‘dosa’. Koridor sosial politik yang digenangi ‘darah’ akibat 
kekejaman yang berlangsung dengan aman karena kesadaran publik tersandera 
propaganda ‘popularitas’.. 
Demokrasi akan berubah menjadi ‘mimpi buruk’ masa depan Indonesia, manakala 
pemilu tahun ini isinya cuma para pemain politik yang tidak layak untuk 
bertanding. Namun, kontradiksi demokrasi ada pada titik ini. Demokrasi 
membiarkan para pecundang tersebut berkeliaran sembari meraup 
keuntungan-keuntungan untuk menebalkan pundi-pundi mereka. 
Sementara itu, yang dibutuhkan adalah politikus negarawan yang menjadikan 
kepentingan rakyat melampaui kemapanan pribadi dan kelompok politik. Tragisnya, 
kita masih sebatas meributkan ‘tanggal’ yang tepat untuk pemilihan presiden! 
Menggelikan. Namun kenyataannya berbicara begitu! Demokrasi yang tidak 
membangun kultur ‘kenegarawanan’ akan berubah menjadi ‘ranjau’ yang 
menghancurkan bangsa ini. 
 
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/02/03/ArticleHtmls/03_02_2009_021_002.shtml?Mode=1


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Bila TNI Jadi ”Tertuduh”

2009-02-14 Terurut Topik Abdul Rohim
 
strategis baru di TNI atau Departemen Pertahanan RI adalah ”orang-orang SBY”. 
Padahal semua sudah diputuskan melalui rapat-rapat di Dewan Jabatan dan 
Kepangkatan Tinggi(Wanjakti) didalam TNI. Reformasi internal TNI sudah masuk 
pada tahap reformasi budaya, dari budaya dwifungsi ABRI ke murni 
profesionalisme TNI.TNI jangan lagi ditarik-tarik ke politik praktis, sesuatu 
yang merusak jati diri TNI.

Dalam proses itu,pemerintah,DPR,parpol, dan rakyat secara keseluruhan wajib 
mendukung agar TNI yang kita cintai itu dapat menjadi kekuatan pertahanan 
negara yang profesional, dipercanggih alat utama sistem persenjataannya, dan 
anggotanya diberi kesejahteraan yang baik. Seperti kata Panglima Besar 
Sudirman, ”TNI adalah aset bangsa yang tidak akan berubah sepanjang masa yang 
akan menjaga kedaulatan negara.”(*) 

IKRAR NUSA BHAKTI 
Pengamat Politik LIPI 
 


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/210337/38/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Gombal!

2009-02-13 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Lobi
Gombal!


Purwanto
Wartawan Tempo 
SAYA teringat suatu hari ketika menonton salah satu acara di televisi mengenai 
tanya-jawab soal visi-misi sejumlah kandidat legislator. Saya tertarik menonton 
karena calon “kreatif” pasti memanfaatkan acara ini untuk memaparkan program 
terseksinya. Istilah “kreatif” saya comot dari pernyataan panitia pengawas yang 
kesulitan mengatur atribut kampanye. Meski saya menganggap pemasangan baliho 
dan atribut lain bukan suatu kreativitas. Hanya sebuah topeng. 
Dalam satu sesi, peserta panel menanyakan bagaimana cara kandidat mengurangi 
angka kemiskinan. Rahardjo, teman satu rumah saya, ikut nonton. Dia pedagang 
tak menetap di Bogor, Jawa Barat. Khusyuk menanti jawaban kandidat, ia 
menaikkan sedikit volume televisi. 
Sang kandidat pun menjawab. Ia akan membuka lapangan kerja, mengurangi 
kemiskinan, dan... pett. Televisi mati. Rahardjo memencet tombol remote sebelum 
calon selesai menjawab. Penasaran, saya tanya alasan Rahardjo. 
Semua janjinya sama, gombal! kata dia. Menurut Rahardjo, semua calon pejabat 
berjanji manis. Setelah calon terpilih, dia tak merasakan perubahan. 
Pendapatanku tetap, tapi harga melonjak. Hampir semua teman di pasar mengeluh 
sama. 
Saya memotong, Tunggu, Djo. Tapi ini baru pemilihan anggota DPR, bukan pejabat 
pemerintah. Rahardjo menyergah, Semakin ketahuan bohongnya. Saya makin 
penasaran, Maksudnya? 
Rahardjo, sambil merendahkan suara, menjawab, anggota DPR seharusnya 
mendengarkan keluhan rakyat. Misalnya, keluhan teman di pasar tentang harga 
barang mahal. Lalu, Dewan menanyakan penyebabnya ke pemerintah. Nah, di situ 
dibahas solusi dan dananya. DPR bisa meminta pemerintah memprioritaskan 
anggaran, misalnya pada penyelesaian masalah harga. Kalau membuka lapangan 
kerja, kata Rahardjo, Itu bagian dari pemerintah.

 
Soal tugas DPR, Rahardjo memang benar. Saya tak tahu apakah dia habis membaca 
Undang-Undang Dasar. Yang jelas, sebelum ngeloyor pergi, dia berujar sinis. 
Barangkali, kalau terpilih, mereka akan mengusulkan banyak studi banding. Tak 
mau memperpanjang, saya hanya menjawab, Ah, kamu bisa saja, Djo. 
Wajar saja, Rahardjo mematikan televisi. Barangkali dia prihatin karena ada 
calon yang mengandalkan atribut kampanye, maju tanpa jelas misi-visinya. 
Jangankan visi-misi, tugas DPR saja mungkin ia lupa, atau lebih parah andai ia 
tak tahu. Tapi saya pribadi menyesalkan partai politik mau mengusung calon 
semacam itu.
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/12/Nasional/krn.20090212..156595.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Golkar Jaring Calon Presiden Lewat Survei

2009-02-13 Terurut Topik Abdul Rohim
Golkar Jaring Calon Presiden Lewat Survei
Peluang Sultan kembali terbuka.

JAKARTA – Partai Golkar akhirnya memutuskan untuk menentukan calon presiden dan 
wakilnya melalui survei dalam waktu satu atau dua bulan ini. “Jadi April sudah 
ada calonnya,” kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono di Jakarta 
kemarin. 
Cara ini berbeda dengan Pemilu 2004 ketika Golkar mencari calon presiden 
melalui konvensi. Bahkan, dalam rapat pimpinan nasional yang digelar Oktober 
lalu, Golkar menyatakan akan memutuskan calon presiden setelah pemilihan 
legislatif. 
Menurut Agung, dalam waktu dekat Dewan Pimpinan Pusat akan mengirim surat ke 
daerah, meminta mereka mengusulkan maksimal tujuh nama calon presiden dan 
wakilnya. 
Nama-nama yang masuk akan disusutkan menjadi beberapa nama, lalu dikirim ke 
lembaga survei untuk dilihat tingkat keterpilihannya. Pertengahan Maret sudah 
disurvei, katanya. 
Langkah Golkar ini bisa membuka peluang Sultan Hamengku Buwono X, yang 
disebut-sebut menjadi pesaing Kalla untuk merebut kursi calon presiden dari 
Golkar. Tapi Sultan enggan mengomentari peluangnya. Ada daerah yang menganggap 
saya pantas dan ada yang tidak. Kita lihat hasilnya nanti, katanya di 
Surabaya. 
Menurut dia, penjaringan dari bawah itu seharusnya sudah digelar pada Desember 
atau Januari lalu. Keputusan rapat pimpinan memang seharusnya ada konvensi, 
ujarnya. 
Tokoh Golkar, Marwah Daud Ibrahim, yang sempat ikut konvensi calon presiden 
versi Dewan Integritas Bangsa, berharap penjaringan itu dilakukan secara 
terbuka. Harus terperinci dan tertulis, katanya. Ia khawatir ketertutupan 
akan mengakibatkan kompetisi tidak sehat. 
Menurut Agung, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla adalah kandidat 
terkuat Golkar. Tapi keputusan Partai Demokrat, yang baru menentukan calon 
wakil presiden setelah pemilu legislatif, membuat sejumlah daerah mendorong 
Golkar mencalonkan presiden dari dalam partai. 
Sulawesi Selatan sudah menjatuhkan pilihan pada Kalla sebagai calon presiden. 
Pasti Sulsel sudah sangat jelas arahnya mau ke mana, kami tetap memberi 
dukungan ke JK karena di Sulsel dia masih menjadi kata kunci, kata Ketua DPD 
Golkar Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin. 
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ahmad Noer Supit mengatakan 
sudah saatnya partai beringin ini mengusung calon presiden sendiri. Menurut 
dia, munculnya usulan sederet nama dari daerah untuk dijadikan calon presiden 
menunjukkan keinginan yang kuat agar partai mencalonkan presiden. 
Hanya, kata Supit, ada elite di pusat yang berpikir pragmatis untuk tetap 
mencalonkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Menurut dia, hal itu hanya 
menguntungkan individu-individu kader partai tetapi merugikan partai secara 
keseluruhan. YUDONO | EKO ARI | DWI RIYANTO | DINI | IRMAWATI | AQIDA 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/12/headline/krn.20090212..156607.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Bad Governance Salah Satu Ekses Pilkada

2009-02-13 Terurut Topik Abdul Rohim
 daerah sangat minim dan terbatas. Di daerah-daerah pedesaan dan 
pedalaman, masyarakat cenderung tidak bisa berpartisipasi secara aktif dalam 
mengontrol kebijakan kepala daerah dan implementasinya. 

Padahal, dalam demokrasi yang partisipatif, termasuk dalam pemilihan langsung 
kepala daerah, dibutuhkan peran dan fungsi masyarakat yang aktif untuk 
mengontrol kinerja kepala daerah. Lemahnya partisipasi masyarakat dalam 
penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu penyebab kian 
banyaknya kepala daerah yang tersangkut pelanggaran hukum. Tentu saja faktor 
semakin gencarnya pemberantasan korupsi ikut berperan dalam pengungkapan kasus 
tersebut. 

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan dampak negatif pemilihan langsung 
kepala daerah? Pertama, mengikat akuntabilitas kepala daerah pada peran dan 
fungsi DPRD sebagai lembaga pengawasan politik. Kedua, penguatan proses 
pendidikan politik ke masyarakat untuk meningkatkan partisipasi yang aktif dan 
positif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

 

Ketiga, membangun meritokrasi politik dalam sistem partai untuk menyederhanakan 
dan menjadikan murah pemilihan langsung kepala daerah. Semoga.

* Eko Prasojo, guru besar ilmu administrasi negara di FISIP, UI, Depok

http://jawapos.com/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] RI, Negara Pelayanan Terburuk di Asia

2009-02-13 Terurut Topik Abdul Rohim
Teten Masduki:
RI, Negara Pelayanan Terburuk di Asia 

 
JAKARTA--MI: Pelayanan publik  oleh penyelenggara negara dinilai masih buruk 
dengan banyaknya praktik penyimpangan administrasi dalam pelaksanaanya karena 
belum adanya komitmen daripenyelenggara negara untuk menindaklanjuti atau 
menyelesaikan laporan keluhan dari masyarakat. 

Saat ini, lembaga survei internasional menempatkan Indonesia sebagai negara 
dengan pelayanan publik terburuk khususnya di Asia, kata anggota Ombudsman 
Republik Indonesia (ORI), Teten Masduki, dalam diskusi publik Wajah Baru ORI, 
di Yogyakarta, Senin (9/2). 

Menurut dia, masyarakat sebenarnya tidak perlu ragu melapor ke ORI jika 
menemukan penyimpangan administrasi dalam pelayanan publik baik di tingkat 
pusat atau daerah. Hal tersebut didasarkan pada sumber dana penyelenggaraan 
negara yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2009 
yang bersumber dari pajak yaitu sekitar 60 persen, minyak dan gas 30 persen, 
dan pinjaman luar negeri sekitar 10 persen. 

Selama ini, kata Teten, masyarakat kurang terbiasa melaporkan keluhan terkait 
dengan pelayanan publik kepada Ombudsman dan laporan pengaduan ke pengadilan 
memakan waktu lebih lama. Pelaporan lewat Ombudsman akan direspon lebih mudah, 
cepat dan murah karena lembaga ini merupakan jalur penyelesaian di luar 
pengadilan, paparnya. 

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 37 Tahun 2008 telah menetapkan ORI sebagai 
lembaga negara yang bertugas mengawasi penyelenggaraan negara, pemerintahan, 
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan badan 
swasta atau perorangan. 

Sementara itu, Ahli Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 
Enny Nurbaningsih, menegaskan bahwa praktik penyimpangan administrasi justru 
banyak terjadi di daerah terkait dengan otonomi daerah.Otonomi daerah dirasa 
belum berhasil mewujudkan salah satu tujuannya yaitu pelayanan publik yang 
prima sehingga keluhan berbelit-belit dan pungli tidak terhindarkan, katanya. 
(Ant/X-4)

 

 
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NjAwMzQ=


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Moratorium Pemekaran Daerah,Mungkinkah?

2009-02-13 Terurut Topik Abdul Rohim
 saat ini digunakan oleh para elite lokal dan massa (yang sebagian 
besar dibayar) atas nama demokrasi, menggunakan caracara yang anarki untuk 
mendesak pemerintah pusat yang lemah agar menyetujui pembentukan daerah baru.

” Era reformasi memang menunjukkan apa yang disebut oleh Joel S Migdal sebagai 
”strong society vs weak state” (masyarakat yang kuat melawan pemerintahan yang 
lemah). Demokrasi kita memang masih dalam taraf pembentukan. 

Kita memang belum masuk pada taraf kematangan berdemokrasi, melainkan masih 
pada taraf,meminjam istilah Olle Tornquist,” Demokrasi Kaum Penjahat” (Baca 
misalnya, Ikrar Nusa Bhakti dan Riza Sihbudi, eds, Menjauhi Demokrasi Kaum 
Penjahat, Bandung: Mizan, Ford Foundation dan PPW-LIPI,2001).

 

Desakan pembentukan Provinsi Tapanuli merupakan contoh digunakannya 
pendekatansejarahitu, walaupun ada daerah-daerah yang dulu masuk ke unit 
pemerintahan yang sama pada era kolonial, tak mau menjadi bagian dari provinsi 
baru yang akan didirikan itu lantaran faktor perbedaan agama. 

Ironis memang, pembentukan daerah baru kerap didasarkan oleh faktor etnik dan 
agama, sementara dulu karena faktor-faktor itu pula daerah-daerah yang berbeda 
etnis dan agamanya tidak mendapatkan perhatian dari daerah induk. Namun, jika 
pemerintah dan DPR terus melanjutkan pemekaran daerah atas dasar etnis dan 
agama,ini sama saja menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia berada di 
ambang perpecahan. 

Ini mirip ketika Belanda membentuk enclave-enclave pemukiman wilayah di Maluku 
yang memisahkan antara masyarakat Islam dan Kristen yang badainya dituai oleh 
kita sejak 1998, yang hingga kini masih juga terasa. 

Dr Tri Ratnawati menyayangkan mengapa para seniornya yang ahli politik lokal 
dan ilmu pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada, yang dulu menjadi konsultan 
Depdagri dan pembuat proposal pemekaran bagi beberapa pemerintah daerah yang 
ingin memekarkan diri, kini justru menjadi orang yang paling berteriak mengenai 
moratorium pemekaran daerah. 

Sudah dua kali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara mengenai moratorium 
pemekaran daerah, yaitu pada 2006 dan 2009 ini. Herannya, Depdagri masih ingin 
memekarkan wilayah Indonesia menjadi 40 provinsi.Quo vadis pemekaran daerah? (*)

IKRAR NUSA BHAKTI 
Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI
 


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/212331/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] PKS ‘Poligami’ Sri Mulyani?

2009-02-12 Terurut Topik Abdul Rohim


PKS ‘Poligami’ Sri Mulyani?

R Ferdian Andi R


 
INILAH.COM, Jakarta – Ranah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergejolak. Ada 
ide, PKS mendukung Sri Mulyani Indrawati mendampingi SBY pada paket kandidat 
capres-cawapres Pemilu 2009. Inikah cara PKS menjadikan Sri Mulyani sebagai 
‘istri kedua’? 
Ide sejumlah kalangan di PKS menyunting Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi 
cawapres SBY, jadi ide berani dari partai yang mengklaim bersih, peduli, dan 
profesional ini. Padahal, Hidayat Nur Wahid selama ini digadang-gadang PKS 
sebagai capresnya. 
Gagasan mengusung Sri Mulyani itu muncul dari mulut salah satu Ketua DPP PKS 
Zulkifliemansyah. Menurut dia, Ani, panggilan akrab Sri Mulyani, dapat menjadi 
kader PKS yang dapat disandingkan menjadi cawapres SBY dalam Pilpres 2009 ini. 
“Mungkin Sri Mulyani bisa menjadi kader PKS, sehingga bisa dicalonkan dari PKS 
untuk berduet dengan SBY,” katanya, usai dikusi ‘Koalisi Setelah Pemilu 
Legislatif atau Sebelum’ di DPP Partai Golkar, Selasa (10/2).
Meski demikian, gagasan menyandingkan Sri Mulyani dengan SBY dalam Pilpres 
mendatang hanya menjadi opsi kedua PKS. Karena opsi pertama, PKS masih berupaya 
menyandingkan mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid untuk mendampingi SBY. 
“Memang Pak Hidayat masih merupakan kader terbaik PKS untuk dimajukan dalam 
Pilpres. Dia masih tetap dijagokan untuk berduet dengan SBY. Tapi siapa tahu 
Sri Mulyani merapat ke PKS,” katanya. Meski demikian, Zul berharap SBY mencari 
pasangan wapres dalam Pilpres mendatang berasal dari basis partai politik.
Sri Mulyani dengan PKS sebenarnya tidaklah memiliki jarak yang jauh. Setidaknya 
di Komisi XI DPR, hubungan kader-kader PKS terjalin hangat dengan Sri Mulyani. 
Apalagi, kader PKS di komisi itu tergolong cukup menonjol. Sebut saja 
Zulkieflimansyah, Rama Pratama, dan Andi Rahmat.

 
Setidaknya, kedekatan itu pula muncul dalam acara yang digelar PKS tahun lalu 
dalam acara peluncuran buku ‘Platform PKS dan Milad ke-10’. Ani menyepatkan 
hadir sebagai pembicara. Di forum itu pula, dari mulut Ani, muncul istilah 
faksi kesejahteraan dan faksi keadilan. 
“Karena saya sering diundang rapat ke DPR RI Komisi XI, mitra kerja Departemen 
Keuangan, maka saya sudah tahu mana anggota dewan dari PKS yang berorientasi 
pada kesejahteraan dan mana yang berorientasi pada keadilan”, cetus Sri Mulyani 
di hadapan para petinggi, kader, simpatisan, dan umat PKS. Jelas pernyataan Ani 
meriuhkan seluruh kader PKS. 
Ungkapan telanjang dan lugas Ani jelas menunjukkan hubungan Ani dan PKS 
bukanlah hubungan yang berjarak dan tidak akrab. Setidaknya, Ani sebagai pihak 
luar PKS, berani melontarkan istilah ‘sensitif’ di internal PKS. Jika tidak 
dekat, sulit untuk menyebut istilah tersebut. Apalagi dari sisi ideologi dan 
pemahaman pembangunan ekonomi, Ani dan PKS juga sama. “Beliau itu senior saya 
di Fakultas Ekonomi UI. Platform ekonomi kita sama. Jadi bisa saja Sri Mulyani 
dicalonkan dari PKS,” Zul berdalih. 
Penulis tesis PKS dan Gerakan Sosial, Burhanudin Muhtadi, menilai ide 
menyandingkan Sri Mulyani dengan SBY dari PKS memiliki hambatan yang tidak 
kecil.. Menurut dia, hambatan ideologis dan paradigma ekonomi siap mengadang 
perempuan asal Yogyakarta tersebut untuk maju dari PKS. “Ada dua hambatan 
sekaligus ideologis dan paradigma ekonomi,” terangnya kepada INILAH.COM, Selasa 
(10/2) di Jakarta. 
Menurut Burhan, secara ideologis, Sri Mulyani tidaklah merepresentasikan sosok 
muslimah yang baik versi PKS. Persoalan tidak mengenakan jilbab, kata Burhan, 
menjadi salah satu kendala mendasar bagi Sri Mulyani. “Sri Mulyani tidak 
merepresentasikan muslimah PKS yang baik persepktif PKS,” terangnya.
Selain itu, perspektif ekonomi Sri Mulyani yang liberal, sambung Burhan, juga 
menjadi hambatan yang tak kalah keras dari internal PKS. “Ekonomi pro pasar 
yang melakat pada diri Sri Mulyani, sulit diterima oleh mayoritas kader PKS 
yang mendengungkan ekonomi kerakyatan,” jelasnya.

 
Menanggapi wacana menyandingkan SBY-Sri Mulyani dari pintu PKS, Burhan menduga, 
gagasan itu muncul dari ide pribadi Zulkiefliemansyah. “Zul menjadi salah satu 
kader PKS yang liberal. Itu ide Zul pribadi,” kata yakin. [I4]
 
http://inilah.com/berita/politik/2009/02/11/82717/pks-%E2%80%98poligami%E2%80%99-sri-mulyani/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Gerakan Intelijen Rusak Partai Politik?

2009-02-12 Terurut Topik Abdul Rohim

Gerakan Intelijen Rusak Partai Politik? 
Muhammad Nur Hayid - detikPemilu


Jakarta - Menjelang pemilu 2009, sejumlah parpol yang selama ini cukup solid, 
malah mengalami keretakan. Sebut saja PKB, PDIP, Golkar, PPP, PKS, dan partai 
lainnya. Partai Demokrat yang masih aman dan utuh. Sementara Partai Gerindra 
terus menanjak. Benarkah semua ini ulah oknum intelijen?

PKB yang memang terbiasa konflik sejak kelahirannya, makin tidak karuan dan 
berantakan. Sampai detik ini perseteruan antara Muhaimin Iskandar dan kubu Gus
Dur masih terus berlanjut.

Sampai-sampai Anak Gus Dur, Yenny Wahid membuat manuver tidak masuk akal dengan
menyuruh pendukungnya tidak mencoblos PKB dan mengalihkan ke PDIP.

Golkar yang dahulu menjadi partai terkuat di zaman Orba dan pemenang pemilu 2004
juga tak luput dari politik pecah belah. Tak tanggung-tanggung, partai pecahan
Golkar diprediksi akan mampu mendapatkan suara besar dalam pemilu 2009, yakni
Partai Hanura dan Gerindra.

PDIP yang terkenal partai tradisional fanatik karena hanya mengandalkan
ketokohan Megawati yang merupakan anak Soekarno juga bisa dibelah. PDP yang
merupakan partai pecahan PDIP, dipimpin mantan orang dekatnya Mega danTaufiq
Kiemas, seperti Roy BB Janis dan Laksamana Sukardi. Sejumlah kader PDIP juga
pindah ke Partai Gerindra, seperti Permadi dan Haryanto Taslam.

PPP juga demikian nasibnya. Meski tidak sevulgar PKB, api dalam sekam sedang
membara di tubuh partai berlambang Ka'bah ini. Berbagai faksi sedang menunggu
momen yang tepat untuk saling 'menikam' merebut kue kekuasaan. Menjelang pemilu
2004, PPP dipecah oleh Zainuddin MZ dengan PBR-nya.

PKS yang terkenal sebagai partai baru namun berpotensi menjadi kuda hitam juga

 
tak lepas dari perbedaan yang rawan mengarah perpecahan. Meski tidak ada partai
pecahan, perseteruan antara kelompok gerakan yang eksklusif dan kader muda PKS
potensial yang cenderung inklusif dan terbuka menjadi ancaman serius di tubuh
partai ini.

PAN yang didirikan tokoh reformasi Amien Rais juga merasakan pahitnya
pengembosan. Tak tanggung-tanggung, pengembosan itu berasal dari kekuatan ormas
yang menjadi basis dukungan PAN, Muhammadiyah setelah PAN dipimpin Sutrisno
Bachir (SB).

Pengembosan itu diperlihatkan dengan hubungan tidak harmonis antara SB dan Ketua
Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsuddin yang dikemudian hari menjadi salah satu
sesepuh dan pembaurekso (pelindung) gerakan kaum muda Muhammadiyah yang 
mendirikan Partai Matahari Bangsa (PMB).

Benarkah perpecahan parpol itu karena disusupi intelijen? Memang cukup sulit
untuk mengiyakan isu ini. Namun, biasanya operasi intelijen memang sering tidak
terlihat kasat mata. Jika ini terjadi, maka modus operasi yang dilakukan Ali
Moertopo di zaman Orde Baru terulang lagi. Saat itu, banyak kalangan meyakini
bahwa Ali Moertopo menyusupkan agen-agen ke ormas dan partai politik Islam.
( yid / asy ) 
 
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/11/095414/1082956/700/gerakan-intelijen-rusak-partai-politik

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Modal Cekak Dukun Bertindak

2009-02-10 Terurut Topik Abdul Rohim
 Kuswandono, penasihat spiritual 
barunya, punya pendekatan berbeda. 
”Syaratnya, saya rajin beribadah, menghindari molimo, dan beramal,” katanya. 
Mardiyono juga tak memasang baliho. Ia hanya berkampanye dari pintu ke pintu. 
Targetnya sepuluh orang per hari. ”Pak Bagus membantu nonteknis dengan membuka 
pikiran orang agar melihat upaya pengabdian saya,” katanya. 
Politikus Partai Indonesia Baru Kota Tegal, Agil Darmo Wiyoto, rajin berziarah 
ke makam Ki Gede Sebayu di Desa Danawarih, Tegal, Jawa Tengah, setiap malam 
Jumat Kliwon. Kamis pekan lalu—kebetulan malam Jumat Kliwon—ia malah mengajak 
Tempo. 
Agil tampak khusyuk memanjatkan doa. Gemericik hujan, yang menambah dingin 
malam, tak terlalu dihiraukannya. ”Bacaannya biasa saja, tanpa dupa atau 
sesaji,” katanya. Tahanan politik di era Soeharto ini mengaku awalnya tak 
percaya mistik. 
Ia merasa ”dibuka” ketika beberapa tahun lalu kerabatnya, Rekso Soelaiman, 75 
tahun, memberinya sebilah keris kecil luk sembilan. Konon, keris itu 
pe­ninggalan leluhurnya, Ki Gede Sebayu. Entah kebetulan atau tidak, 
keberuntungan bertubi-tubi menghampirinya. 
Meski didukung partai kecil, ia sukses menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat 
Daerah Kota Tegal, bahkan jadi ketua komisi. Secara gaib, kata Agil, keris itu 
menjadi simbol legitimasinya sebagai trah Sebayu memimpin Tegal.

 
Pamor Ki Gede, senopati Mataram pendiri Kota Tegal dan Slawi itu, seperti 
menurun kepadanya. Sekarang, Agil tetap rajin berziarah, berharap bakal 
terpilih lagi pada Pemilu 2009. 
Menurut Eko, laku mistik banyak membantu dia, yang cekak dana. Hasil dua laku 
mistiknya, kata dia, sudah terasakan. ”Saya semakin dipercaya orang-orang,” 
ujar Eko, yang hanya menyiapkan Rp 20 juta. 
Menurut Permadi, laku mistik merupakan olah kebatinan untuk mela­raskan 
mikrokosmos (diri manusia) dengan makrokosmos (alam semesta). Tapi prosesnya 
panjang, tak bisa sesaat dengan meminta bantuan dukun atau pusaka. ”Yang sesaat 
itu yang sesat,” kata Permadi. ”Sekarang tirakat, tapi berhenti kalau sudah 
kepilih, lalu ikut-ikutan korupsi dan main perempuan. Ya... enggak ada 
gunanya.” 
Agus Supriyanto, Bernada Rurit (Yogyakarta), Edi Faisol (Tegal), Ika Ningtyas 
(Banyuwangi), Mahbub Djunaidy (Jember), Hari Tri Wasono (Kediri)
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/09/NAS/mbm.20090209.NAS129469.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Banyak Aset yang Dikuasai Pihak Ketiga Secara Ilegal

2009-02-10 Terurut Topik Abdul Rohim
 asetnya.
Dari beberapa contoh kasus, Pemerintah Kota Surabaya sepertinya tidak punya 
konsep kerja yang jelas untuk menyelamatkan asetnya? 

Secara administrasi cukup jelas konsepnya, yaitu kami harus mensertifikatkan. 
Selain itu, kan ada pengamanan fisiknya. Bentuk ruislag juga merupakan bagian 
dari langkah pengamanan aset, yakni pengumpulan aset yang terpisah menjadi satu 
kawasan yang mudah dikontrol dan diawasi. 
Dari seluruh aset yang dimiliki, berapa besar nilainya? 

Total nilai aset kita mencapai Rp 27.336.210.534.044.
Bagaimana konsep pengelolaan aset agar tidak menjadi barang mangkrak? 

Secara umum, aset kita tidak ada yang mangkrak. Tapi, memang ada beberapa yang 
terbengkalai karena kerusakan. Amanat pemerintah pusat, tidak boleh ada aset 
yang tidak terpakai. Bahkan, kalau ada aset yang membebani, bisa dijual saja. 
Seperti mobil, kalau rusak, bisa dihapus dan dilelang karena akan membebani 
anggaran. Begitu juga dengan bangunan yang tidak dipakai. Bisa saja ini 
dihapus, tapi harus tetap dilakukan sesuai dengan prosedur. 
 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/09/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090209.156213.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Agar Rakyat Tidur Nyenyak

2009-02-10 Terurut Topik Abdul Rohim



Agar Rakyat Tidur Nyenyak



Oleh F Djoko Poerwoko
Layaknya halaman rumah, kita berhak mengatur ruang udara di atas kepulauan 
Indonesia.
Kewenangan dapat diartikan tugas menegakkan kedaulatan di udara dibebankan 
kepada Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) yang dibentuk berdasarkan 
Keputusan Presiden Nomor 08/PLM-PS/62, setara dengan pembentukan TNI Angkatan 
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Kesetaraan pembentukan ini menimbulkan konsekuensi terkait dengan kelebihan dan 
keistimewaan komando utama (kotama) TNI ini, mulai dari tugas, wewenang, hingga 
tanggung jawab yang diemban. Secara nyata, keistimewaan ini terbukti saat 
pergantian Panglima Kohanudnas. Peserta upacaranya terdiri atas pasukan matra 
darat, laut, udara, dan Polri dalam kekuatan yang sama. Ini berbeda dengan saat 
pergantian Panglima TNI hanya diikuti pasukan matra darat, laut, dan udara.
Kohanudnas terbentuk dari embrio sector operational center (SOC) dalam 
menghadapi pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958. Wilayah SOC meliputi Pulau 
Jawa dan sebagian Sumatera dalam batas geografis yang disebut Air Defense 
Identifications Zone (ADIZ). Dalam batas inilah semua pesawat udara asing yang 
masuk harus menunjukkan jati diri dan tunduk pada aturan yang berlaku. Agar 
kekuatan udara lebih solid dan terkendali, Presiden mengeluarkan keppres 
dibentuknya Kohanudnas pada awal 1962, sejalan dengan digelarnya operasi 
militer Trikora.
Saat itu, jumlah SOC kian banyak dan ada di bawah Komando Pertahanan Udara 
Gabungan sebagai salah satu komponen Komando Mandala. Baru pada 1974 Kohanudnas 
”ditata ulang” sehingga mempunyai dua atasan, yaitu Menhankam/Panglima ABRI di 
jalur komando dan KSAU di jalur pembinaan serta teknis. Pemfungsian kembali 
Kohanudnas juga diikuti dengan pembentukan satuan bawah, yaitu Kosek 
Hanudnas-I/Jakarta dan Kosek Hanudnas-II/Surabaya, belakangan digeser ke 
Makassar.

 
Sejalan dengan operasi hanud bilateral Malaysia-Indonesia, dibentuk Kosek 
Hanudnas-III/ Medan guna mengimbangi keberadaan Divisi-I/Hanud TUDM yang 
bermarkas di Butterworth, Malaysia. Baru pada 2004 Kohanudnas dikembangkan 
dengan dibentuknya Kosek Hanudnas-IV/Biak dengan radar hanud yang disebar di 
Biak dan Kupang, disusul Timika, Merauke, dan Saumlaki.
Rakyat tidur nyenyak
Kotama dengan sifat staf gabungan khusus beroperasi sepanjang tahun dalam masa 
perang dan damai, dengan konsep operasi Pertahanan Udara Aktif dan operasi 
Pertahanan Udara Pasif. Tujuannya sama, ”agar rakyat tidur nyenyak”.
Perbedaan kedua operasi itu hanya pelibatan pasukan. Pada Opshanud Aktif, semua 
unsur BKO (matra darat, laut, dan udara) terlibat. Untuk Opshanud Pasif, 
ditambah unsur BKO Polri dan masyarakat.
Dalam masa damai, operasi hanud berjenjang ada di tangan Panglima Kohanudnas, 
Panglima TNI, dan Panglima Tertinggi (Presiden). Semua penindakan, baik 
membayangi, mengusir, maupun memaksa mendarat pesawat yang dianggap lawan, 
boleh dilakukan Kohanudnas. Adapun menembak jatuh pesawat asing hanya dapat 
dilakukan atas perintah Panglima Tertinggi setelah mendapat mandat dari DPR. 
Namun, dalam masa perang, jalur ini diperpendek, intersepsi (penindakkan) 
dilimpahkan dari Panglima Tertinggi kepada Panglima TNI di wilayah mandala 
operasi.
Begitu powerfull kewenangan Kohanudnas. Untuk itu, semula kotama dilengkapi 
tiga unsur hanud, yaitu Wing-100/Rudal, Wing-200, 400/Radar, Wing-300 Pesawat 
Buser, serta BKO dari kekuatan matra lain.
Saat ini, dalam keterbatasan alokasi anggaran, sebagian unsur hanud 
dilikuidasi, tinggal 19 satuan radar hanud yang beroperasi. Untuk itulah konsep 
Transmission Datas Air Situation mulai diadopsi sejak 2003, yaitu 
mengintegrasikan radar hanud dan sipil untuk collecting datas agar Kohanudnas 
dapat mengamati ruang udara nasional setelah konsep On Line Flight Plan 
diberlakukan. Kedua sistem buatan sendiri ini terlihat andal saat kasus Bawean 
dan pemberlakuan temporary ADIZ di Aceh pascatsunami.

 
Hari ini, 9 Februari, Kohanudnas berumur 47 tahun. Rakyat berharap dapat tetap 
tidur nyenyak. Kepada wakil rakyat, pikirkan anggaran demi tegaknya kedaulatan 
udara.
Dirgahayu Kohanudnas.
F Djoko Poerwoko Pemerhati Militer
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/09/00501556/agar.rakyat.tidur.nyenyak

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Cak Nun : Rekor Masuk Neraka

2009-02-07 Terurut Topik Abdul Rohim
 yang 
menyangkut fatwa. Negara dan masyarakat tak perlu mencemaskan fatwa karena ada 
jarak serius antara fatwa dengan agama, apalagi antara fatwa dengan negara dan 
hukumnya.Terlebih lagi jarak antara fatwa dengan Tuhan. 

Yang berhak me-wajib-kan, menyunah- kan, me-mubah-kan, memakruh- kan dan 
meng-haram-kan sesuatu hanya Tuhan.Ulama dan kita semua hanya menafsiri 
sesuatu. Kalau MUI bilang ”rokok itu haram”, itu posisinya beliau-beliau 
berpendapat bahwa karena sesuatu dan lain hal, maka diperhitungkan bahwa Tuhan 
tidak memperkenankan hal itu diperbuat.

 

Setiap orang, sepanjang memenuhi persyaratan metodologis dan syar’i, berhak 
menelurkan pendapat masing-masing tentang kehalalan dan keharaman rokok dan apa 
pun. Muhammadiyah dan NU pun tidak merekomendasikan pengharaman rokok. Artinya, 
para ulama dari dua organisasi Islam terbesar itu memiliki pendapat yang 
berbeda. 

Sebelum saya mengambil keputusan untuk mewakili pendapat Tuhan untuk mewajibkan 
menghalalkan atau mengharamkan sesuatu hal, sangat banyak persyaratan yang 
harus saya penuhi. Terutama persyaratan riset, sesaksama mungkin dan ini 
sungguh persoalan sangat besar, ruwet, luas, detail.

Kemudian andaipun persyaratan itu mampu saya penuhi, saya tidak punya hak untuk 
mengharuskan siapa pun saja sependapat dengan saya atau apalagi melakukan dan 
tidak melakukan sesuatu sejalan dengan pandangan saya.Nabi saja tidak berhak 
mewajibkan siapa pun melakukan salat.

Hak itu ada hanya pada Tuhan, Nabi sekadar menyampaikan dan memelihara 
kemaslahatannya. Para ulama dan kita semua bisa kelak teruji, ternyata 
sependapat dengan Tuhan,bisa juga akan terlindas oleh peringatan keras Allah: 
”Lima tuharrimu ma ahallallohu lak”,kenapa kau haramkan sesuatu yang dihalalkan 
oleh Tuhan untukmu? 

Tapi jangan lupa bisa juga terjadi sebaliknya: kenapa aku halalkan yang Allah 
haramkan? Mungkin benar rokok itu haram dan saya akan masuk neraka karena itu, 
bersama ulama agung Indonesia Buya Hamka,perokok yang jauh lebih berat 
dibandingkan saya yang sama sekali tidak nyandu rokok. Juga ada teman saya di 
neraka almarhum Kiai Mbah Siroj Klaten yang hingga usianya 94 tahun merokok 
empat bungkus sehari. Dengan demikian bangsa Indonesia akan tercatat sebagai 
pemegang rekor tertinggi masuk neraka karena rokok.(*) 

Emha Ainun Nadjib 
Cendikiawan Muslim     

 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/209257/
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Persepsi Keliru tentang Konflik Palestina-Israel

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
, sehingga mereka tak berniat mengislamkan atau 
mengkristenkan saudaranya. Sekadar informasi, Kristen Palestina sudah ada sejak 
zaman Nabi Isa alaihis salam atau Yesus, sehingga mereka bukan hasil produk 
Kristen Barat atau Amerika. Tidak mengherankan, ketika tentara Salib menyerbu 
Palestina pada abad X, Kristen asli Palestina pun ikut menjadi korban. 
Karena itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas, misalnya, akan segera angkat 
bicara jika ada pihak dari luar yang mencoba mengadu domba bangsanya. Bahkan, 
kepada Usamah bin Ladin, Abbas pernah marah karena Usamah berjuang melawan 
Amerika dengan memanfaatkan isu Palestina, sehingga melahirkan persepsi keliru 
seolah ada dikotomi antara Islam-Kristen di Palestina. Apalagi uang yang 
dipakai Usamah sebenarnya sangat berarti bagi warga Palestina. 
Karena itu, menurut Abbas, siapa pun yang ingin berjuang bagi bangsanya, 
perjuangan itu pertama-tama bisa disalurkan untuk menolong warganya yang kini 
dilanda kemiskinan dan kepedihan akibat penjajahan Israel. Bayangkan, 75 persen 
dari 4 juta warga Palestina saat ini (di Tepi Barat ada 2,5 juta jiwa, di Gaza 
ada 1,5 juta) hidup dengan biaya kurang dari US$ 2 per hari. Khusus bagi warga 
Palestina di Gaza, tentu penderitaan makin berat akibat agresi Israel sejak 27 
Desember 2008. Jadi mereka lebih butuh makanan dan obat-obatan. Maka pengiriman 
para sukarelawan kita untuk membantu tentara Hamas jelas kurang efektif. Namun, 
yang penting di atas semuanya, di antara sesama warga bangsa kita sendiri, kita 
jangan justru berkonflik gara-gara persepsi keliru dalam memandang agresi 
Israel ke Gaza kali ini. *

 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/14/Opini/krn.20090114.153725.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Blog, Lintas Media

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim

 
blog
Lintas Media


Wicaksono 
WARTAWAN TEMPO 
MEDIA jejaring sosial bermekaran bak jamur di musim hujan. Dewasa ini ada lebih 
dari 30 media sosial yang populer di ranah Internet, seperti Facebook, MySpace, 
LinkedIn, Tumblr, Blogger, Bebo, Friendster, Plaxo, hi5, Plurk, Jaiku, Twitter, 
Flickr, YouTube, dan Imeem. Masing-masing memiliki layanan berbeda, dengan 
segala kelebihan dan kekurangan. 
Mat Bloger, yang aktif di hampir semua jenis layanan itu, ternyata 
lama-kelamaan merasa pusing sendiri. Bayangkan, selain memiliki blog di 
Wordpress dan Blogspot, ia rajin mengunggah foto koleksinya di Flickr, 
memperbaiki statusnya di Facebook, serta berbagi kabar dengan teman-temannya 
lewat Plurk dan Twitter. Ia merasa waktunya habis untuk merawat semua media 
sosial miliknya. 
Apa rahasia sampean bisa aktif di semua media jejaring sosial, Mas? Saya lihat 
sampean sudah seperti Dewa Wisnu, yang tangannya empat, dan bisa melakukan 
banyak pekerjaan sekaligus, ya, mengirim posting baru di Wordpress, berbagi 
kabar di Plurk, memperbarui status di Facebook. Kok bisa? tanya Mat Bloger. 
Pakai otak, Mat, jawab saya singkat. 
La iya, mosok pakai lem tikus sih, Mas? kata Mat Bloger sewot karena merasa 
saya ledek. 
Saya ngakak. Sebetulnya tak ada rahasia, Mat. Saya bisa multitasking karena 
ada layanan lintas media atawa multiplatform service. Layanan ini sedang jadi 
tren di kalangan blogger. 
Waduh, apa itu, Mas? 
Layanan lintas media itu adalah satu jenis layanan pengiriman posting atau 
pembaruan status ke semua media jejaring sosial secara seketika hanya dengan 
sekali klik. 
Halah, hebat amat. Saya kok baru dengar layanan itu. Baru, ya? Siapa saja yang 
menyediakan layanan canggih itu, Mas?

 
Banyak, Mat. Misalnya ada Ping.fm (http://ping.fm), HelloTxt 
(http://hellotxt.com), dan Tagalus MultiTweet (http://twitter.tagal.us/client). 
Mereka ini sebetulnya bukan layanan yang baru-baru amat. HelloTxt, misalnya, 
dibuat di Italia pada 2007, tapi kemudian dibeli oleh perusahaan mobile 
entertainment Rocket Mobile, yang bermarkas di Los Gatos, California, Amerika. 
Layanan-layanan itu terwujud berkat teknologi yang disebut API (application 
program interface). Gampangnya, ini program yang memungkinkan pelbagai media 
sosial itu bercakap-cakap satu sama lain. 
Layanan lintas media dibuat untuk membantu orang-orang yang memiliki banyak 
media jejaring sosial. Ya, seperti sampean ini, yang aktif di mana-mana, 
mengisi Plurk, Jaiku, Facebook, Flickr, Wordpress, dan hi5. Sampean kan kerap 
kerepotan dan tak punya cukup waktu merawat semua koleksi sampean itu. Nah, 
layanan lintas media adalah teman yang tepat mengatasi masalah itu. Dengan 
layanan ini, sampean hanya perlu membuat satu posting baru, lalu secara 
otomatis pesan itu akan dipancarkan ke semua media jejaring sosial secara 
serentak dan seketika. Anggota komunitas atau jaringan sosial sampean juga 
langsung tahu bahwa sampean telah mengirim posting baru atau memperbarui 
status. 
Hebatnya, pengiriman posting bisa dilakukan lewat situs web, e-mail, maupun 
pesan pendek (SMS). Sampean bahkan dapat mengirim posting dalam pelbagai 
bentuk, baik teks, foto, audio, maupun video, dari telepon seluler. Caranya 
gampang kok. Sampean hanya perlu mendaftar agar dapat memanfaatkan layanan 
gratis itu. Setelah mendapatkan username dan password

 , sampean tinggal mengatur ke layanan mana saja posting sampean juga akan 
muncul. 
Wah, asyik juga, ya. Saya juga mau mencoba ah, Mas. 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/17/iTempo/krn.20090117.154020.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Honorarium Peliputan Media Rp 1 Miliar

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 
Anggaran Pemilu 2009
Honorarium Peliputan Media Rp 1 Miliar
Honorarium peliputan sebesar 1,09 miliar itu untuk siapa?
 
Arfi Bambani Amri, Suryanta Bakti Susila






 
VIVAnews - Komisi Pemilihan menganggarkan Rp 1,09 miliar untuk honorarium 
peliputan media. Pos itu menjadi bagian dari mata anggaran peliputan dan 
dokumentasi pemilu 2009 sebesar Rp 4,7 miliar.

Koordinator Politik Anggaran Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, Roy 
Salam, menilai anggaran itu perlu direvisi. Menurut dia, nilainya terlalu besar 
untuk pos kegiatan itu sehingga berpotensi pemborosan.
Honorarium peliputan sebesar 1,09 miliar itu untuk siapa. Kalau untuk 
wartawan, tidak perlu. Karena media sudah punya alokasi sendiri, kata Roy 
dalam jumpa pers di Media Center KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Kamis, 5 
Februari 2009.

Roy juga sangsi anggaran sebesar itu untuk optimalisasi pelayanan di media 
center. Buktinya, selama ini media center tidak menjadi garda depan penyebaran 
informasi pemilu. Malah, beberapa waktu lalu akses masyarakat ke media center 
dibatasi, katanya.
• VIVAnews 
 
http://politik.vivanews.com/news/read/27618-honorarium_peliputan_media_rp_1_miliar


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Penari Jaipong Diminta Tutup Ketiak

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim

Apakah kesenian tradisional harus dikebiri oleh politik kekuasaan?

 

Penari Jaipong Diminta Tutup Ketiak
Katakanlah dari 100 persen, dikurangi 10 persen.

BANDUNG - Para seniman tari jaipongan di Jawa Barat kini harus mengubah kostum 
dan penampilannya jika tampil. Selain tak lagi berkostum terbuka, diharapkan 
bisa mengurangi lenggak-lenggok goyangan. Bagian tubuh yang terbuka sebaiknya 
lebih tertutup, kata Herdiwan Iing Suranta, Kepala Dinas Kebudayaan dan 
Pariwisata Jawa Barat, saat dihubungi Tempo di Bandung kemarin. 
Menurut Herdiwan, permintaan ini sesuai dengan amanat Gubernur Jawa Barat Ahmad 
Heryawan, yang disampaikan melalui Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan Jawa 
Barat Wawan Ridwan. Sewaktu serah terima jabatan, Pak Wawan mengatakan amanat 
dari Gubernur itu, kata Herdiwan. 
Penegasan itu disampaikan Herdiwan menyusul isu pelarangan tari jaipongan di 
wilayah Jawa Barat kemarin. Isu itu sempat meresahkan sejumlah seniman tari di 
Bandung. 
Herdiwan mengaku tak mendengar langsung dari Gubernur, pun ia tak mendapat 
instruksi langsung dari Gubernur. Namun, menurut Herdiwan, pejabat sebelumnya 
telah menyampaikan amanat Gubernur itu kepadanya secara khusus. 
Selain perubahan pakaian agar tidak lekbong alias menutup ketiaknya, para 
penari jaipongan akan diminta mengurangi lenggak-lenggoknya. Setidaknya, 
goyang, gitek, dan geol (3G) para penari itu diperhalus. Katakanlah dari 100 
persen, dikurangi 10 persen. Toh, tidak berpengaruh nyata terhadap keindahan 
tarian, kata Herdiwan. 
Herdiwan mengaku malah sudah meminta pendapat dua penari senior: Indrawati 
Lukman dan eks penari istana, Tien Rostini atau Ma Ageung. Menurut mereka, 
keindahan jaipongan tak masalah dengan pakaian tertutup, ujarnya. 
Herdiwan mengaku sepakat dengan amanat itu. Menurut dia, amanat Gubernur bukan 
melarang jaipongan, hanya mengingatkan ada sebagian masyarakat risi terhadap 
bagian tubuh penari yang terbuka dan gerakan pinggul yang demonstratif. Bukan 
dalam rangka memasung kreativitas seniman, ujarnya.

 
Meski sadar permintaannya bakal memicu polemik, Herdiwan mengaku tetap 
berencana mensosialisasi hal ini ke komunitas seniman di Jawa Barat. Saya pun 
siap dimarahi, katanya. 
Gubernur sendiri, hingga berita ini diturunkan, belum bisa dimintai 
konfirmasinya. Melalui dua nomor telepon selulernya, Gubernur tak bisa 
dihubungi. 
Para penari jaipongan menanggapi beragam amanat ini. Irma Ria menilai 
keinginan Gubernur sah-sah saja meskipun sang penari sendiri yang menentukan 
seberapa besar goyangan itu. Ini pun bergantung pada jenis lagu dan siapa yang 
menonton. Ada jenis lagu jaipongan yang tak harus disertai goyangan sensual, 
seperti Lagu Ageung (Besar). Di situ penari malah terlihat gagah, ujarnya. 
Guru Besar Sekolah Tinggi Seni Indonesia Endang Caturwati menilai penertiban 
kostum tak perlu dilakukan. Soalnya, di banyak daerah, kostum jaipongan kini 
sudah lebih tertutup. Di daerah Pantura bahkan lebih banyak yang tertutup, 
kata dosen yang menulis disertasi tentang tari jaipongan itu.RANA AKBARI 
FITRIAWAN | AHMAD FIKRI 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/06/Nusa/krn.20090206.155963.id.html
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Uskup Penolak Holocaust Diminta Ubah Pendapat

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
Uskup Penolak Holocaust Diminta Ubah Pendapat


ROMA -- Vatikan kemarin mendesak Uskup Richard Williamson, yang menolak 
peristiwa holocaust, mengubah pendapatnya agar bisa diterima di kantor Gereja 
Katolik Roma. 
Dalam pernyataan tertulis, Vatikan menyatakan komentar Williamson tersebut 
tidak diketahui oleh Paus Benediktus XVI ketika ia mencabut dekrit pengucilan 
terhadap uskup asal Inggris itu dan tiga uskup lain pada bulan lalu. 
Pernyataan kontroversial Williamson, 67 tahun, muncul dalam wawancara khusus 
yang dilansir stasiun televisi Swedia pada 22 Januari, sehari setelah dekrit 
pengucilan dirinya dicabut oleh Paus, namun dua hari sebelum keputusan itu 
diberitakan ke publik. 
Ia membantah tudingan tentara Nazi Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler 
menggunakan gas beracun untuk menghabisi jutaan warga Yahudi selama Perang 
Dunia II. Ia bahkan menyebutkan korban Yahudi yang tewas di kamp penahanan 
hanya 200-300 ribu, bukan 6 juta seperti yang diketahui selama ini. 
Kontroversi itu menimbulkan tekanan dan kecaman dari kalangan Yahudi dan 
Katolik. Bahkan Kanselir Jerman Angela Merkel mengecam Paus Benediktus karena 
dianggap bimbang dalam menangani kasus Williamson tersebut. Ahli teologi 
liberal Jerman, Hermann Haering, bahkan menuntut Benediktus segera mundur dari 
jabatannya. 
Namun, juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, membantah tuduhan itu. Ia 
mengingatkan pernyataan Paus pada 28 Januari soal solidaritasnya pada korban 
holocaust. “Shoah (holocaust) seharusnya menjadi peringatan bagi orang-orang 
yang lupa, membantah, dan menguranginya,” katanya, mengutip Paus. Jumat pekan 
lalu, Williamson, yang menetap di Argentina, mengungkapkan penyesalannya. AFP | 
GUARDIAN | FAISAL ASSEGAF
 


http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/06/Internasional/krn.20090206.155956.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Atlas Nasional Indonesia Pertama Diluncurkan

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 
KARTOGRAFI
Atlas Nasional Indonesia Pertama Diluncurkan

 
Jakarta, Kompas - Indonesia akhirnya memiliki atlas nasional resmi yang memuat 
berbagai informasi geografis. Itulah atlas resmi pertama sejak pemerintah 
kolonial Hindia Belanda membuatnya pada tahun 1938.
”Mungkin masih belum sempurna, tetapi sebagai awal sudah baik,” kata Kepala 
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas 
pada peluncuran resmi di Jakarta, Kamis (5/2). Sejumlah lembaga pemerintah 
nondepartemen terlibat menyusun atlas tahun 2007-2008 itu.
Atlas nasional berisi kumpulan peta tematik deskriptif, gambar, foto, tabel, 
dan citra satelit yang menghasilkan informasi fenomena, potensi, dan sumber 
daya, khususnya di pulau-pulau besar. Sebagian besar peta menggunakan peta rupa 
bumi berskala 1:1.000.000.
Dari tiga volume yang dibuat, baru diluncurkan volume I tentang fisik dan 
lingkungan alam. Temanya meliputi iklim, geomorfologi, gunung api, kelautan, 
penutup lahan, rawan bencana banjir, longsor, tsunami, dan kawasan konservasi.
Atlas nasional volume II rencananya berisi potensi dan sumber daya alam yang 
baru akan selesai disusun tahun 2009. Disusul atlas volume III berisi sejarah, 
wilayah, penduduk, budaya, dan bahasa.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengakui penerbitan Atlas 
Nasional Indonesia memang terlambat.
”Tidak masalah. Yang penting segera terbit volume II dan III, dan jangan lupa 
revisi volume I,” katanya.
Kusmayanto juga meminta agar dibuat versi digital yang diunggah pada situs 
Bakosurtanal karena gaya hidup warga yang terus bergerak.
Fungsi strategis
Keberadaan atlas nasional berperan strategis. Ketersediaan peta negara, bangsa, 
dan aset menentukan jati diri bangsa, selain didukung data-data sejarah dan 
kependudukan.

 
”Tanpa peta-peta itu, tidak bisa dibuat peta geostrategi dan turunannya, 
seperti geopolitik dan geoekonomi,” kata mantan Manteri Koordinator Bidang 
Perekonomian yang juga guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 
Dorodjatun Kuntjoro- Jakti. Ia mengusulkan atlas sumber daya karya manusia, 
seperti waduk dan infrastruktur lainnya.
Rencananya, atlas nasional volume I akan dibagikan kepada berbagai departemen, 
kedutaan besar, lembaga pendidikan, dan seluruh kabupaten. Melalui atlas 
nasional tersebut, para kepala daerah akan mengetahui informasi geografis 
daerahnya, di antaranya tutupan lahan, sebaran penduduk, iklim, potensi banjir, 
longsor, dan tsunami.
Harapannya, pemerintah daerah mampu mengambil kebijakan berkelanjutan. ”Ini 
penting. Seberapa banyak pihak yang minta pemekaran wilayah itu tahu informasi 
geografis di wilayahnya,” kata Pemimpin Redaksi Majalah National Geographic 
Indonesia Tantyo Bangun.
Di tengah beberapa kekurangan, keberadaan Atlas Nasional Indonesia diharapkan 
menumbuhkan kesadaran spasial dan orientasi ruang bagi masyarakat yang selama 
ini masih rendah.
Kini, Bakosurtanal sedang membangun web khusus bagi atlas nasional yang 
ditargetkan selesai pada akhir Februari 2009.
Yang berminat memiliki Atlas Nasional Indonesia dapat menghubungi Pusat Jasa 
dan Informasi Bakosurtanal atau menghubungi 021-8764613. (GSA)
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/06/00444029/atlas.nasional.indonesia.pertama.diluncurkan

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] PUNGLI DINAS PERHUBUNGAN

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim

PUNGLI DINAS PERHUBUNGAN 
Mantan Kepala Dinas Nikmati Rp 30 Juta per Bulan
Pungli terjadi sejak 2002

SURABAYA -- Setelah menjalani pemeriksaan maraton lebih dari sepekan, mantan 
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Mas Bambang Supriyadi akhirnya 
ditetapkan sebagai tersangka kasus pungutan liar uji kir di Unit Pelaksana 
Teknis Pajak Kendaraan Bermotor (UPT PKB) Wiyung. 
Sudah cukup bukti. Karena itu, kami hari ini langsung tetapkan dia sebagai 
tersangka, kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris 
Besar Pudji Astuti, kemarin. 
Bukti yang dimaksud, kata Pudji, adalah keterangan beberapa saksi dan para 
tersangka lainnya yang menyatakan Mas Bambang juga menikmati hasil pungli itu. 
Dari hasil pungutan liar itu, kata Pudji, Mas Bambang sendiri setidaknya 
menerima dana sebesar Rp 30 juta per bulan. Dana sebesar ini disetor sebanyak 
lima kali per bulan masing-masing Rp 5 juta per minggu atau sebulan empat kali. 
Setoran itu juga masih ditambah tiap awal bulan sebesar Rp 10 juta. 
Selain itu, tim penyidik menemukan berbagai barang bukti, seperti dua buah 
sepeda motor Yamaha Vixion L 433 FQ, Suzuki Satria L 6187 AB, sebuah televisi 
Toshiba 42 inci, serta dua buah sepeda gunung merek Poligon. Seluruh barang 
bukti ini merupakan milik Mas Bambang yang didapatnya dari para anak buahnya 
dari hasil pungli. 
Selain Mas Bambang, dalam waktu bersamaan, polisi menetapkan seorang pegawai di 
UPT PKB Wiyung bernama Sugeng. Sugeng ikut ditetapkan sebagai tersangka karena 
terbukti ikut menikmati sekaligus melakukan pungli di lokasi uji kir. Penetapan 
dua tersangka baru ini semakin memperpanjang jumlah tersangka.. Total tersangka 
saat ini mencapai 18 orang. 
Kepala Satuan Tindak Pidana Korupsi Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Jatim 
Ajun Komisaris Besar Polisi Anton Sasono menambahkan, pungli di UPT PKB Wiyung 
ini terjadi sejak periode Mas Bambang menjadi Kepada Dinas Perhubungan periode 
2002-2008.

 
Pada oktober 2008, Mas Bambang kemudian posisi diisi oleh Bunari Mushofa, yang 
saat ini masih sebagai saksi dalam kasus ini. “Sewaktu dipimpin Bunari, pungli 
masih terjadi. Tapi Pak Bunari saat ini sakit, jadi belum bisa kami lanjutkan 
pemeriksaannya,” kata Anton. 
Terkait dengan keterlibatan para wartawan 14 media massa yang disebut juga ikut 
menikmati aliran dana ini, Anton berjanji akan segera memanggil mereka untuk 
melakukan cross check kebenaran informasi itu. Yang akan kami panggil oknum 
wartawannya karena medianya tidak salah, ujar Anton. 
Aliran dana ke wartawan ini, menurut Anton, dibagi ke dalam dua cara, yakni ada 
yang diambil melalui seorang koordinator wartawan, ada juga yang langsung 
mengambilnya sendiri ke kantor UPT. 
Dana untuk wartawan sendiri, bukan hanya Rp 10 juta per bulan (seperti yang 
diberitakan sebelumnya), melainkan lebih. Pokoknya sangat banyak, kata Anton. 
Banyaknya dana untuk wartawan ini, kata Anton, karena Dishub ternyata tidak 
hanya mengalirkan dana tiap bulan, tetapi juga sering mengadakan acara yang di 
dalamnya juga memberikan uang dengan jumlah tertentu kepada wartawan yang 
mengikuti acara itu. ROHMAN TAUFIQ
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/06/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090206.155915.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Data Kebiadaban yang Meningkat

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 (uncivilized society), menurut Lewis Hendry Morgan, 
mirip pola kehidupan barbarian society. Suatu situasi yang akan senantiasa 
merintangi terselenggaranya pembangunan dan upaya perbaikan kesejahteraan 
masyarakat. Kejadian-kejadian dan penyebab determinannya sebetulnya telah 
berlangsung cukup lama dari suatu pemerintahan ke pemerintahan yang lain. 
Tulisan ini bukanlah untuk dijadikan konsumsi kepentingan politik sesaat oleh 
kelompok mana pun menjelang pemilu, melainkan untuk menggugah semua pihak bahwa 
ada suatu penyakit besar yang tengah melanda masyarakat dan bangsa kita karena 
ulah kita semua. Tentu saja ini tidak akan dapat diselesaikan dengan 
janji-janji kampanye--pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran, dan 
mengurangi kemiskinan semata--tapi semua pihak dituntut lebih sungguh-sungguh 
merevitalisasi kebudayaan. Kita membutuhkan implementasi nyata untuk membawa 
kebudayaan bangsa kepada penghormatan terhadap manusia setinggi-tingginya yang 
menjadi nilai ultimate dari misi hidup manusia Indonesia di semua segmen 
masyarakat. Langkah nyata dan besar perlu kita lakukan. Dan kita merindukan 
konsep nyata dari partai peserta pemilu, mengenai jalan keluar mendasar dan 
sistemik untuk mengatasinya. *

 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/06/Opini/krn.20090206.155961.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Norak Ah...

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim


Norak Ah...


Y. Tomi Aryanto (wartawan Tempo) 
Setiap kompetisi yang baik selalu punya peluang memunculkan watak dasar para 
pesertanya. Tak terkecuali pemilihan umum yang akan diikuti 38 partai tahun 
ini. 
Repotnya, agak sulit membayangkan bagaimana kita bisa dengan seksama mengamati 
karakter 11.301 calon anggota legislatif yang diusung partai-partai itu tanpa 
terjebak dengan memandang mereka sekadar sebagai sekumpulan “massa”. Apalagi 
jika jumlah itu masih harus ditambah dengan 1.116 calon yang akan beradu 
kondang dalam berebut kursi Dewan Perwakilan Daerah, dan puluhan ribu lagi yang 
bertarung di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 
Alih-alih menonjolkan kelebihan setiap calon wakil rakyat, riuh rendah 
kompetisi kali ini pun punya potensi tak kalah besar untuk membuat amblas 
mental dan kualitas personal para pesertanya ke titik paling menggelikan. 
Karena itu, tak aneh kalau hari-hari ini kita, sekurang-kurangnya saya sendiri, 
begitu sering malah memelas melihat cara para calon legislator itu 
habis-habisan pamer dan berusaha tersohor. 
Lazimnya para calon legislator akan memajang gambar petinggi partainya sebagai 
tokoh sentral yang digadang-gadang sebagai calon pemimpin bangsa. Tapi ada 
calon yang merasa perlu mengidentifikasi diri sebagai tokoh revolusioner macam 
Che Guevara. Entah apa yang ada di benaknya. Tak cukup hanya dengan mengutip 
kata-kata sang commandante, ia pampangkan sekalian gambar si tokoh sebagai 
latar di belakang fotonya sendiri. 
Tak mudah memahami maksud calon yang satu itu, dengan ideologi dan gagasan 
besar partai pendukung pemerintah tempatnya bernaung. Entah apa pula hubungan 
visi sebuah partai dengan tampang seorang artis yang, oleh seorang calon 
legislator, dipajang hanya karena kebetulan si artis adalah anaknya. Lalu, 
bagaimana Anda akan menilai seorang calon legislator yang dengan kocak 
menampilkan dirinya bak Superman berbadan hijau dan bercawat kuning? 
He-he-he.

 
Yang gampang ditebak dari aneka ulah antik itu ialah bahwa mereka akan 
melakukan apa saja untuk membuat orang menoleh ke arah posternya. Bisa 
dipastikan, mereka berharap banyak orang akan memilihnya setelah itu. Begitu 
besarnya harapan, boleh jadi sebagian calon ini bahkan tak terlalu peduli 
bahwa, karena ulah norak mereka itu, orang malah akan menilai mereka tak lebih 
seperti badut, yang sialnya sebagian tak ada lucu-lucunya. 
Karena itu, kalau beberapa hari lalu di rubrik ini seorang penulis usul agar 
kadar psikopat para pemimpin itu dilacak, saya khawatir watak dasar yang 
terungkap itu akan membuat kita terpaksa tak peduli pada fatwa Majelis Ulama 
yang mengharamkan golput.
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/04/Nasional/krn.20090204..155743.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Anarki Menodai Demokrasi

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim


Anarki Menodai Demokrasi 

Sungguh, ini peristiwa yang harus dijadikan keprihatinan kita bersama. Demi 
memperjuangkan lahirnya provinsi baru, sekitar seribu orang di Medan berunjuk 
rasa dan bertuindak anarkis. Ketua DPRD Sumatera Utara (Sumut) Abdul Azis 
Angkat meninggal dunia seusai menjadi bulan-bulanan demonstran.

Memang, sejauh ini dokter menyimpulkan bahwa kematian kader Partai Golkar 
tersebut karena serangan jantung. Namun, jelas tidak bisa dimungkiri kalau 
serangan jantung itu sangat terkait dengan sikap massa yang begitu tidak 
manusiawi terhadap almarhum Azis Angkat.

Sungguh kita merasa pilu menyaksikan peristiwa tersebut. Selain menghilangkan 
nyawa seorang anak bangsa, peristiwa itu telah membunuh demokrasi yang selama 
ini kita jadikan acuan untuk hidup berbangsa dan bernegara.

Demokrasi akan terjaga keberlangsungan hidupnya bila masing-masing dari 
komponen yang terlibat di dalamnya bisa menghindari sikap memaksakan kehendak. 
Sebab, inti demokrasi adalah adanya kesamaan dan penghargaan antarkomponen 
bangsa. Tidak boleh ada pihak yang merasa paling benar dan memaksakan 
pendapatnya kepada pihak lain.

Dalam kehidupan demokratis, jelas tidak mungkin dihindarkan adanya perbedaan. 
Demokrasi dan perbedaan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. 
Karena itu, tidak ada kata lain, bila memang kita masih sepakat menggunakan 
demokrasi, penghargaan pada perbedaan tidak bisa dinafikan. Konsensus harus 
diraih melalui proses elegan dan prosedural. 

Tragedi di Sumut kali ini benar-benar layak menjadi refleksi kita bersama. 
Ternyata, belum semua komponen bangsa di negeri ini siap berdemokrasi secara 
dewasa, tanpa menyertainya dengan tindakan anarkis. Demokrasi masih terlalu 
sering dimaknai sebagai kebebasan menyampaikan keinginan. Dengan dalih 
demokrasi, anarkis pun acap kali dilakukan.

Memang, kita yang kebetulan berada di tempat yang cukup jauh dari Sumut, tidak 
bisa menangkap secara persis apa semestinya dinamika yang berlangsung di sana. 
Tidak tertutup kemungkinan, kita salah mengambil kesimpulan. Namun, dinamika 
apa pun yang terjadi, seharusnya tidak boleh berakhir dengan tindakan anarkisme.

Karena itu, agar peristiwa tersebut bisa jadi pelajaran bagi semua komponen 
bangsa di negeri ini, aparat keamanan harus mengambil tindakan tegas kepada 
siapa pun yang terlibat dalam aksi anarkis tersebut. Aparat harus bisa mengurai 
serta memisahkanya dengan jeli dan jernih antara demokrasi dan anarkisme. 
Keduanya tidak boleh dicampuradukkan. 

Dalam konteks berdemokrasi secara dewasa, kita saat ini perlu memberikan 
apresiasi kepada warga Jawa Timur. Kendati pemilihan gubernur di wilayah ini 
menjadi pemilihan yang termahal, terlama, dan paling melelahkan di seluruh 
Indonesia, sejauh ini masih berjalan dengan damai.

Memang, tidak seratus persen terbebas dari percikan noda. Namun, percikan itu 
masih dalam batas toleransi. Perbedaan dan pergulatan yang begitu hebat dapat 
dilokalisasi hanya pada tataran hukum dan wacana. Dan, itu hanya berkutat di 
kalangan elite semata. Masyarakat kebanyakan tetap hidup dan beraktivitas 
secara normal. 

Semoga kondisi itu terus terjaga hingga gubernur dan wakil gubernur terpilih 
diambil sumpahnya. Dan, masyarakat di daerah lain bisa menjadikannya sebagai 
pelajaran demokrasi yang berharga. (*)

 http://www.jawapos.com/
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Kebebasan Pers Harus Dijamin

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 tahapan apa yang harus dilalui sebelum seseorang menjadi 
terdakwa kasus pidana pers. Kalau itu diatur terperinci, tidak hanya akan 
membantu pers, tapi juga hakim. Misalnya, seseorang tidak dapat diajukan 
sebelum dia menggunakan hak jawab.
Menurut Anda, usia hakim agung itu memang perlu sampai 70 tahun? 

Hakim agung itu tugas utamanya bukan melakukan pekerjaan fisik, sehingga selama 
mampu berpikir jernih, menganalisis persoalan hukum, usia bukan masalah bagi 
hakim agung. Kalau usia jadi masalah, apakah mereka yang lebih muda bisa lebih 
produktif daripada hakim yang sudah tua? Dalam praktek, bandingkan saja hakim 
yang baru masuk, masih muda, dengan hakim yang telah lima atau tujuh tahun di 
sini. Pasti yang lebih lama produktivitasnya jauh lebih tinggi. Makin panjang 
pengalaman seorang hakim agung, semakin cepat dia membuat putusan.

 
Tapi, membaca ribuan berkas perkara itu cukup menguras stamina juga.… 

Memang, ya. Artinya, kemampuan berpikir itu didukung oleh fisik. Tapi, kan 
fisik di sini bukan berarti harus berlari sekian ratus meter? Kalau dia 
memelihara kesehatan tubuh, masih bisa melakukan aktivitasnya sendiri, membaca 
dan berpikirnya bagus, saya kira itu tidak masalah.
Mahkamah dinilai jarang melakukan terobosan, terutama dalam hukum acara. Untuk 
meningkatkan kualitas putusan, apakah kelak Anda mengizinkan pemeriksaan ulang 
saksi dalam perkara kasasi? 

Saksi itu untuk pemeriksaan tingkat pertama dan banding. Kalau di tingkat 
kasasi, tidak ada lagi pemeriksaan saksi. Kasasi hanya memeriksa apakah 
keputusan itu menyalahi hukum atau tidak. Kalau menyalahi hukum material atau 
acara, ya..., putusan itu dibatalkan.
Dalam kasus Munir, banyak saksi tersumpah yang menarik kesaksiannya. Bukannya 
ini mengancam kepastian hukum? Apakah bisa di kasasi mereka diperiksa ulang? 

Di undang-undang memang bisa seperti itu. Syaratnya, bila keputusan itu sudah 
salah menurut hukum. Jadi, harus diputus dulu, salah menurut hukum atau tidak. 
Tapi, bukan Mahkamah yang akan memeriksa saksi, melainkan memutus pengadilan 
negeri tertentu untuk memeriksa ulang saksi. Hal seperti itu memang belum 
pernah terjadi, kecuali pada kasus pemilihan kepala daerah. 
Bagaimana menyangkut peninjauan kembali yang bisa diajukan berkali-kali? Apa 
hal itu masih dibolehkan? 

Dalam perkara peninjauan kembali, acaranya berbeda. Peninjauan kembali 
dilakukan jika ada kekeliruan hakim atau ada bukti baru. Jadi, tidak lagi 
berbicara mengenai penerapan hukum. Kadang soalnya sepele. Misalnya, hakim 
kasasi menyatakan permohonan kasasi itu sudah lewat waktu, padahal ketika 
diperiksa ternyata tidak lewat tenggang waktu. Aturan peninjauan kembali hanya 
satu kali. Kalau lebih dari itu, berarti melanggar undang-undang. Nanti akan 
kami terbitkan surat edaran agar tidak terjadi hal seperti itu.

 



DR HARIFIN A. TUMPA SH, MH 
Tempat/ tanggal lahir: Soppeng, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1942 
Pendidikan: 


Sekolah Hakim dan Jaksa, Makassar, 1963 
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, 1973 
Postgraduate, Universitas Leiden, Belanda, 1987 
Magister Hukum, Universitas Krisnadwipayana, 2000 
Doktor Hukum, Universitas Gadjah Mada, 2005 
Jabatan: 

Hakim Pengadilan Negeri Takalar, Sulawesi Selatan, 1969 
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat, 1989-1994 
Ketua Pengadilan Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat, 1994-1997 
Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah, 2002 
Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan, 2003 
Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta, 2004 
Hakim Agung, 2004 
Wakil Ketua Mahkamah Agung Yudisial dan Non-Yudisial, 2007-2009 
Ketua Mahkamah Agung, 2009-sekarang
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/02/WAW/mbm.20090202.WAW129419.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Astaghfirullah! Kader PKS di Panti Pijat

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 pijat ketika operasi terjadi, tutur Mabruri, 
bukanlah anggota DPRD Kota Jambi FPKS, Zulhamli Al Hamidi seperti yang 
diberitakan media massa.

Oknum yang mengaku PKS tersebut setelah di cek bukan pengurus DPW Jambi. 
Mungkin hanya simpatisan PKS, kilahnya.

Meski begitu, lanjut Mabruri, DPP PKS masih menunggu laporan secara resmi dari 
DPW Jambi terkait hal tersebut. Karena sebelumnya, mekanisme di PKS dari 
wilayah memberikan informasi secara tertulis kepada koordinator wilayah 
Sumatera. Setelah itu baru memberikan laporan secara tertulis kepada DPP PKS..

Kebetulan setiap Rabu kita ada rapat Badan Pelaksana Harian (BPH), jika 
laporan tertulis itu sudah sampai kita akan masukkan dalam agenda rapat, 
ucapnya. 

Zulhamli anggota DPW PKS Jambi pada Selasa (3/2) siang tertangkap sedang berada 
di dalam kamar salah satu panti pijat saat digelar Operasi Penyakit Masyarakat 
(Pekat) oleh Poltabes Jambi. 

Menurut Wakil Ketua Bidang Pembinaan Kader DPW PKS Propinsi Jambi, M Zayadi, 
jika terbukti benar, partainya akan menjatuhkan sanksi tegas terhadap oknum 
anggota yang tertangkap di tempat panti pijat tersebut.

Sanksi yang bisa dijatuhkan kepada Zulhamli Al Hamidi, bisa berupa pemecatan 
sebagai anggota PKS. Jabatannya sebagai anggota DPRD Kota Jambi juga bisa 
diganti dalam waktu dekat.

Namun demikian, DPW PKS Jambi akan memanggil lebih dulu yang bersangkutan untuk 
menjelaskan kasusnya di hadapan Dewan Syariah PKS. “Apabila terbukti, ia akan 
ditindak tegas,” ujarnya.

PKS Jambi secara resmi sudah mengeluarkan larangan kepada seluruh anggota dan 
kadernya untuk tidak berada di tempat yang dianggap negatif oleh masyarakat. 

Selain itu, DPW PKS Jambi juga akan mencopot yang bersangkutan dari Daftar 
Calon Tetap (DCT) anggota DPRD Kota Jambi pada Pemilu mendatang.

 

“Namun PKS tetap akan memberikan kesempatan kepada Zulhamli untuk membela diri 
di persidangan Dewan Syariah PKS yang digelar dalam waktu dekat,” tambahnya. 
[jib]
 
http://pemilu.inilah.com/berita/2009/02/04/81052/pks-bantah-kadernya-maksiat/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Guru Dipimpin Orang Luar Kandang

2009-02-06 Terurut Topik Abdul Rohim
 membeberkan berapa persen orang dispendik 
atau guru yang menjadi kepala dinas di luar dispendik. Apakah keberadaan guru 
di luar kandang ini akan dipersoalkan juga oleh PGRI? 

Terkait dugaan PGRI tentang penunjukan Kadispendik dari mantan tim sukses 
pilkada karena motif besarnya anggaran 20 persen dari APBN dan APBD, perlu ada 
langkah kongkret. Anggaran pendidikan 20 persen dari APBN dan APBD adalah 
amanat konstitusi sebagaimana tertuang dalam pasal 31 ayat (4) UUD 1945 hasil 
amandemen. 

Jadi, sikap PGRI itu harus ditindaklanjuti dalam bentuk pengawasan para guru 
terhadap pelaksanaan anggaran pendidikan yang dipatok 20 persen dari APBN dan 
APBD tersebut. 

Para guru yang tergabung dalam wadah PGRI benar-benar diharapkan bisa menjadi 
pengawas agar tidak terjadi korupsi anggaran pendidikan di lingkungan 
Dispendik. Apalagi, bila motif korupsinya dilakukan karena Kadispendik ingin 
membantu kepala daerah agar balik modal terhadap biaya politik selama pilkada.

 

* Slamet Hariyanto, mahasiswa S-2 Ilmu Hukum Universitas Airlangga 
 
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detailnid=50247
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Main Mata, Perang Pol

2009-01-15 Terurut Topik Abdul Rohim
. sejatinya adalah sahabat lama. Keduanya sama-sama 
pernah menimba ilmu politik di Ohio State University, Amerika Serikat. Sebelum 
membentuk Lingkaran Survei, Denny bekerja untuk Lembaga Survei Indonesia. Denny 
sebagai direktur eksekutif dan Saiful sebagai peneliti utama. 
Berdiri pada Agustus 2003, lembaga ini didirikan oleh Yayasan Pengembangan 
Demokrasi. Duduk sebagai pengurus yayasan di antaranya bekas Dekan Fakultas 
Ekonomi Universitas Indonesia Djunaedi Hadisumarto, Kepala Badan Pertanahan 
Nasional Joyo Winoto, serta pengusaha Theodorus Permadi Rahmat. Tapi, Mei 2005, 
Denny dan Saiful pecah kongsi. Denny lalu membentuk Lingkaran Survei Indonesia. 
Denny terang-terangan mengaku menggabungkan lembaga pol dan konsultan politik. 
Ia balik mencibir lembaga lain yang ”sok bersih” tapi diam-diam juga 
menjalankan fungsi konsultan. Tak bisa tidak: tudingannya mengarah kepada 
Saiful. 
Sumber Tempo menyebutkan Saiful pernah ikut bergabung dengan Fox 
Indonesia—konsultan politik yang dipimpin Rizal Mallarangeng. Rizal adalah 
alumnus Ohio State University dan teman dekat Saiful. Fox kini menjadi 
konsultan politik Partai Demokrat. Kedekatan inilah yang membuat tudingan 
miring kepada Saiful Mujani itu muncul. 
Saiful membenarkan pernah diminta Rizal membantu Fox pada periode awal lembaga 
itu berdiri. ”Tapi setelah itu saya keluar,” katanya. Ia juga membantah 
memiliki saham di Fox. ”Silakan cek saja.” 
Saiful menjamin Lembaga Survei Indonesia tak akan macam-macam. Uang Lembaga, 
kata Saiful, diperoleh dari Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia. Yayasan 
itu memiliki perusahaan bernama PT Data. Nah, perusahaan inilah yang mencari 
fulus buat keberlangsungan organisasi. Order datang dari perorangan dan partai. 
Umumnya, kata Saiful, partai besar yang datang adalah Golkar, Partai Demokrat, 
dan PDI Perjuangan. ”Jadi uang yayasan yang kami gunakan untuk survei nasional 
secara periodik. Kami tidak berhubungan dengan partai.” 
Saat ini misalnya Partai Demokrat mengorder Saiful dan kawan-kawan untuk 
memetakan aspirasi calon pemilih Jawa. Hasil penelitian itu dipakai Demokrat 
untuk mengatur strategi. ”Kami ingin hasil obyektif, bukan yang 
dimenang-menangkan,” kata Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat 
Ahmad Mubarok. 
AZ, Sunudyantoro 
Enam Survei, Dua Hasil 

PDI Perjuangan 
Partai Demokrat 
PKS 
Golkar 




Lingkaran Survei Indonesia 
(5-15 Desember 2008)

Lembaga Survei Indonesia 
(10-22 Desember 2008)

Lembaga Survei Nasional 
(10-20 Desember 2008)

31 
19.3 
11.9 
23 
17.1 
13.3 
28.2 
19.4 
13.5 


Cirus Surveyors Group 
(November 2008)

Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis 
(24 November-3 Desember 2008)

Reform Institute 
(November-Desember 2008)

17.3 
15 
14.6 
24.3 
19.4 
14.2 
11.9 
26.3 
17.8 
14.2
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/01/12/NAS/mbm.20090112.NAS129238.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


  

  1   2   >