Kekerasan di Televisi dan di Jalan
 
Tindak kekerasan merupakan masalah utama di Amerika. Di seluruh negeri, orang 
merasa takut meninggalkan rumah pada malam hari karena besarnya kemungkinan 
untuk diserang. Misalnya, 47% dari orang-orang yang disurvai pada tahun 1982 
(National Opinion Research Centre) mengatakan bahwa pada jarak satu mil dari 
rumah mereka terdapat daerah menakutkan bila berjalan seorang diri. Banyak 
pengamat menyatakan bahwa angka tindak kekerasan meningkat seudah televisi 
menjadi media hiburan yang dominan di Amerika. Hampir semua orang Amerika 
menyaksikan berbagai acara televisi-- biasanya setiap rumah tangga memiliki 
satu pesawat televisi, yang rata-rata ditonton sekitar tujuh jam per hari. Para 
pemuda dihadapkan pada berbagai macam acara televisi: sampai usia  18 tahun, 
rata-rata anak Amerika menghabiskan 20.000 jam untuk menonton televisi, jumlah 
waktu yang jauh lebih banyak dibandingkan waktu yang tersita di ruang kelas, di 
gereja, serta untuk aktivitas pendidikan
 dan budaya lainnya.
 
Sebagian besar acara televisi menggambarkan tindak kekerasan fisik. Sampai awal 
tahun 1980-an, setiap jam, siaran utama televisi menghadapkan pemirsanya pada 
sekitar lima tindak kekerasan yang melibatkan kekuatan fisik, meliputi lebih 
dari setengah ciri utama pertunjukan pada siaran tersebut. dan hampir 
tiga-per-empat pertunjukan menampilkan kekerasan (Comstock 1982).
 
Banyak orang mencoba menghubungkan perkembangan kedua hal tersebut dan menarik 
kesimpulan bahwa kejahatan yang makin meluas itu setidak-tidaknya pasti 
bersumber pada pertunjukan kekerasan di televisi. Kadang-kadang mereka 
menyajikan anekdot yang nyata untuk mendukung pandangan ini. Misalnya, di San 
Fransisco, gadis kecil berusia 11 tahun diperkosa dengan menggunakan botol soda 
tidak lama setelah acara televisi menyiarkan adanya penyerangan dengan 
menggunakan senjata yang sama. Di Miami, pengacara yang melakukan pembelaan 
bagi seorang anak yang telah membunuh seseorang, menyatakan bahwa anak itu 
tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas kematian yang ditimbulkannya, 
karena dia hanya meniru apa yang dilihatnya di televisi. Pendapat bahwa 
kekerasan di televisi merupakan penyebab timbulnya tindak kejahatan memperoleh 
banyak dukungan. Pada pertengahan tahun 1970-an, PTA nasional mulai melakukan 
kampanye untuk memantau acara televisi. "American Medical
 Association" mengajukan resolusi bagi para penyiar untuk mengurangi acara 
kekerasan di televisi yang menjadi ancaman  bagi kesejahteraan bangsa. Badan 
penasihat pada "Surgeon General" Amerika mengungkapkan adanya bukti yang masuk 
akal mengenai hubungan antara tindak kekerasan di televisi dengan perilaku 
agresif (aggressive behavior).
 
Asal mula timbulnya tindak kekerasan atau perilaku agresif pada umumnya, 
menjadi pokok bahasan psikologi sosial. Teori yang populer menyatakan bahwa 
kekerasan di televisi memupuk timbulnya tindak kekerasan. Tapi benarkah itu? 
Dan seandainya benar, dalam kondisi apakah kekerasan dalam media dapat 
menimbulkan efek semacam itu? Apakah itu terjadi pada semua orang? Pada semua 
usia? Apa akibat yang timbul bila orang menonton pertandingan tinju atau 
permainan sepak bola? Dalam membahas masalah apakah menyaksikan kekerasan di 
telvisi akan meningkatkan agresivitas atau tidak, kita dapat mengajukan 
pertanyaan yang lebih umum lagi: apa akibat yang ditimbulkan tindak kekerasan 
yang disaksikan, baik di televisi maupun media lain atau di tempat lain? Semua 
itu merupakan sebagian dari pertanyaan para ahli psikologi sosial tentang 
masalah kekerasan.
 
Psikologi Sosial 1
Sears, Freedman, & Peplau
hal 4
 
salam baca,
bhirawa_m
 


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke