--- In [EMAIL PROTECTED], "arief budi setyawan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:


--- In [EMAIL PROTECTED], "arief budi setyawan" arife44@
wrote:

The Miracle of Sholat dan Transformasi

Sumber : http://rajaarradu01.multiply.com/journal/item/33
<http://rajaarradu01.multiply.com/journal/item/33>

dan  http://rajaarradu01.multiply.com/journal/item/24
<http://rajaarradu01.multiply.com/journal/item/24>





Dalam kitab suci Al-Quran banyak terkandung rahasia-rahasia yang harus
dipikirkan oleh umat manusia. Memang, beberapa ayat Al-Quran menjelaskan
bahwa manusia diminta untuk menggunakan akal fikirannya untuk memikirkan
arti dan kandungan ayat-ayat Allah, baik yang implisit maupun eksplisit.
Salah satunya, yang baru diketahui manusia sekarang adalah rahasia angka
dalam Al-Quran.



Misalnya, sebuah angka dari sekian banyak dan paling sering muncul di
dalam Al-Quran adalah angka 19. Angka 19 itu didapat dari berbagai
perhitungan, salah satunya adalah jumlah dari bacaan basmalah yang
berjumlah 19 huruf. Selain jumlah huruf bacaan basmalah yang 19, jumlah
seluruh huruf dalam Alquran adalah 330733, yang bila dibagi dengan
bilangan 19 akan ditemukan angka 17407 x 19.


Tengok juga jumlah surat dalam Alquran, sebanyak 114. Angka 114 itu bila
dipertemukan dengan 19 akan diperoleh hitungan 6 x 19 = 114. "Bahasa
matematikanya kita sebut 'nx19'. Mungkin itulah yang dimaksud dalam
Alquran surat Al-Muddats-tsir, ke 74 ayat 30; "Dan di atasnya ada
sembilan belas."


Jumlah rakaat salat selama setahun dengan jumlah ayat dalam Alquran.
Bila dihitung, jumlah rakaat salat wajib (5 waktu) dalam 1 tahun
qomariah adalah 6018 rakaat, ditambah 319 rakaat salat tarawih - witir
di 29 hari Ramadan, dan 4 rakaat salat Id (Fitri & Qurban), maka
ditemukan angka 6341. Subhanallah, angka ini sama dengan jumlah ayat
dalam Alquran, minus 7 ayat Al Fatihah, yakni 6341.


Tidak hanya angka ajaib (angka 19), tapi ditunjukkan pula tentang
putaran atau sudut yang dibuat saat melakukan shalat. Bukti ini dikenal
dengan bentuk transformasi shalat. Salah satunya, salat gerhana
berhubungan dengan terjadinya gerhana baik matahari maupun bulan. Dalam
shalat gerhana ada dua kali rukuk, setiap ruku' dianggap bersudut 90
derajat. Jika dijumlah maka sudutnya menjadi 180 derajat. Dalam
matematika ini membentuk garis lurus.



Logikanya, jika dalam tiap kali kita melakukan ruku itu membentuk 90
derajat, maka dalam tiap satu raka'at itu kita membentuk 360 derajat,
sebagaimana bumi berputar yang menandakan sebagai sebuah proses
kehidupan. Ternyata, ratusan tahun kemudian para ahli baru menemukan
bahwa gerhana pun terjadi akibat posisi bulan, bumi dan matahari yang
berada pada satu garis lurus.


Contoh lain, bacaan Allahu Akbar yang diucapkan pada shalat Tarawih dan
Witir dengan hari Ramadhan 29 ditambah shalat Ied, akan didapat jumlah
1.786. Angka itu kalau dibagi 19, didapat 94. Adapun angka 94 merupakan
jumlah kalimat Allahu Akbar dalam shalat lima waktu; Subuh 11 kali,
Dzuhur 22 kali, Ashar 22 kali, Maghrib 17 kali, dan Isya 22 kali.


Sekarang kalau shalat lima waktu kita transformasikan ke bentuk roda
gigi, maka gigi tersedikit untuk bumi adalah 12. Angka 12 ini diperoleh
dari kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2.3.4 yang tak lain
adalah 12. Kemudian, bila dijabarkan satu per satu ; shalat Subuh punya
roda gigi berjumlah 6 (dari 12 dibagi 2 rakaat). Shalat Dzuhur 3 kali
(12 dibagi 4), Ashar 3 kali, Maghrib 4 kali (12 dibagi 3) dan Isya 3
kali. "Yang menarik, gigi shalat ini jumlahnya 6-3-3-4-3 atau 19. Itu
sama dengan kalimat Bismilahirahmanirrahim yang berjumlah 19 huruf. Luar
biasa, bukan?



Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah.
Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk ber
silaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria
ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.



Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan
salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum
shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun
kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya
ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum
melihat "gaya" shalat seperti itu.



Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi
Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku,
tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."



Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat
sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah
Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.



Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi
shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah,
demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melak
sanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"



"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri
untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah
Al-Fatihah
dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah
dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.
Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau
duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."



Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari
dalam
Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar
"benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah,
tenang, dan khusyuk.



Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk.
Dalam
arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu
cepat,
seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi
tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang
optimal.
Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai
pencegah
perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat
beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang

melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).



Hikmah gerakan shalat

Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga
aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau "jalinan
komunikasi" antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun
mengandung banyak keajaiban.



Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah
dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan
dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).



Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan
bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan
sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu
oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh,
membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi,
serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).



Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di
awal.
"Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah."

Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga
sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir
ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.



Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada
saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka
dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di
lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh,
membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.



"Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW
meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin
Abi Waqqash).


Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat
merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang
(sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun
dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di
pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang
leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya
dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat
kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.



"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak." Apa maknanya? Saat berdiri
dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah,
sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang
tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan
berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.



"Selepas itu, sujudlah dengan tenang." Apa maknanya? Bila dilakukan
dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan
oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan
pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan
pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat
diminimalisasi.



"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang." Apa maknanya?
Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik
serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan
syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai
jari-jari kaki. Subhanallah!



Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang
keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa
shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman.
Wallaahu a'lam.






--- End forwarded message ---

--- End forwarded message ---

Kirim email ke