Bangka Pos edisi: Kamis, 06 November 2008 WIB Glaukoma Menyebabkan Kebutaan Penulis: Oleh: dr Tiur Marlina Siregar PNS Pustu Kemang Masam, Muntok, Bangka Barat
Glaukoma adalah istilah yang digunakan untuk kelompok penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan di dalam bola mata atau tekanan intra-okuler (TIO) sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina di belakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan. Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal). Pada fase lanjut glaukoma memiliki gejala-gejala seperti penglihatan kabur, sakit kepala, melihat pelangi bila melihat cahaya terang serta hilangnya penglihatan sisi samping. Pada fisiologi mata yang normal, cairan di dalam mata dihasilkan oleh badan siliar di bilik mata di belakang, berdifusi melalui pupil ke dalam bilik mata depan. Cairan ini akan dialirkan ke dalam sistem pembuluh darah melaui anyaman trabekulum schlemm yang terdapat di sudut bilik mata depan. Glaukoma didefinisikan sebagai peningkatan TIO secara mendadak dan sangat tinggi akibat hambatan di anyaman trabekulum. Keadaan itu merupakan suatu kedaruratan mata yang termasuk true emergency. Secara khusus gejala klinis glaukoma dibagi menjadi glaukoma yang akut dan kronis. Berdasarkan anatomi sudut bilik mata depan, glaukoma dibedakan atas glukoma sudut tertutup dan glukoma sudut terbuka, sedangkan berdasarkan penyebabnya, glukoma dibedakan menjadi glaukoma primer dan sekunder. Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan pencernaan atau gastritis. Risiko terjadinya glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun terkena glaukoma. Angka ini dapat bertambah bila usia semakin bertambah pula. Begitunya riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma sebelumnya, pemakaian obat-obat steroid dalam jangka waktu lama, riwayat trauma pada mata, penyakit-penyakit sistemik seperti penyakit darah tinggi, penyakit gula. Pemeriksaan mata lebih lanjut diperlukan guna memastikan diagnosis glaukoma. Pemeriksaan mata tersebut meliputi tajam penglihatan, pemeriksaan mata luar, pupil pergerakan bola mata, pemeriksaan lapang pandang dengan humprey visual field test, pemeriksaan fundus, dan pemeriksaan tekanan dalam bola mata dengan Non Contac Tonometry (NCT). Glaukoma menyebabkan menurunnya penglihatan hingga 1/300. Akibatnya, penderita hanya melihat gerakan tangan saja (hand movement). Tekanan bola mata yang meningkat tinggi umumnya melebihi 50 mmHg. Meningkatnya tekanan bola mata itu dapat menyebabkan kerusakan dan iskemia saraf mata serta oklusi pembuluh darah retina. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan gonioskopi dan funduskopi dengan melihat keadaan bilik dan saraf mata akibat peningkatan tekanan. Untuk menurunkan tekanan bola mata, penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit. Posisi yang dianjurkan pada penderita glaukoma adalah terlentang dan tidak boleh diberikan penutup mata. Di ruang unit darurat terapi glaukoma akut diusahakan menurunkan tekanan bola mata, menekan inflamasi, dan mengembalikan sudut bilik mata depan yang menutup. Seharusnya pengobatan glaukoma dilakukan oleh spesialis mata, namun dokter umum dapat melakukan terapi sementara bila tidak ada spesialis mata sebelum akhirya melakukan konsul spesialis mata. Terapi inisial terdiri dari asetazolamid, tetes mata beta bloker dan kortikosteroid topical. Azetazolamid diberikan dengan dosis 500 mg intravena, diikuti pemberian oral 500 mg atau 1000 mg oral. Beta bloker topical yang digunakan adalah timolol 0,5 % atau betaxolol 0,5 % dengan dosis 2 kali sehari. Beta bloker dan asetazolamid menurunkan produksi humor akuos dan membuka sudut bilik mata depan. Obat alpha agonist topikal, misalnya brimonidin dapat ditambahkan guna menurunkan tekanan bola mata lebih lanjut. Kortikosteroid topikal, dengan aau tanpa antibiotik, dapat mengurangi reaksi inflamasi pada penderita glaukoma dan mengurangi saraf optik. Terapi simptomatik dapat diberikan untuk mengatasi gejala, misalnya analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada mata, serta anti muntah untuk mengatasi mual dan muntah. Setelah terapi inisial, harus dilakukan penilaian ulang terhadap tekanan bola mata dan pertimbangan untuk melakukan terapi lanjut seperti pemberian agen hiperosmotik oral. Bila no belum turun, diberikan larutan gliserin 50% oral dengan dosis 4 kali 100 - 150 ml sehari, yang diberikan dengan ditambahkan jus buah dan batu es untuk mengurangi efek mual pada penderita saat minum larutan tersebut. Obat lain adalah isosorbid (dapat diberikan pada penderita diabetes militus) dan manitol intravena 20% yang diberikan dalam jumlah 400-500 ml. Obat hiperosmotik tidak dapat diberikan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal. lridotomi laser merupakan terapi definitive glaukoma sudut tertutup akut, yang dilakukan 24-48 jam setelah tekanan bola mata terkontrol. Saat ini iridotomi laser merupakan pilihan utama, namun jika fasilitas laser belum tersedia dapat dilakukan iridektomi dengan pembedahan. Penatalaksanaan glaukoma sekunder akut tergantung pada penyebabnya. Bila disebabkan katarak hipermatur, dilakukan bedah katarak. Bila disebabkan uveitis, dilakukan terapi terhadap uveitis, selain menurunkan tekanan bola mata. Semlia terapi ini pada prinsipnya adalah bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata. Untuk pengobatan/terapi yang cocok disarankan sesuai kondisi penyakit glaukoma dan kondisi keadaan umum pasien. Sebagian obat-obatan glaukoma dapat berinteraksi ke dalam tubuh, sehingga obat-obatan tertentu merupakan kontraindikasi. Penyakit-penyakit yang mungkin kontraindikasi dengan penyakit glaukoma yaitu: penyakit asma, penyakit gangguan irama jantung, alergi terhadap sulfa. Keadaan umum lain yan merupakan kontraindikasi ialah kehamilan. Obat-obatan glaukoma sebagian besar disekresi ke air susu dan dapat menembus plasenta. Jadi penderita glaukoma yang sedang hamil disarankan melakukan prosedur laser atau pembedahan untuk pengobatan glaukomanya. Oleh karena itu sangat penting bagi pasien untuk memberitahukan penyakit-penyakit yang diderita lama sehingga dokter dapat memilih terapi dan pengobatan yang sesuai.