Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak.club.fr/index.htm

Catatan A. Umar Said


Guru bangsa adalah Bung Karno dan

bukanlah Suharto atau sejenisnya !!!



Pencantuman dalam iklan oleh PKS bahwa Suharto adalah guru bangsa
menunjukkan bahwa  partai yang di antara para tokoh -tokoh utamanya terdapat
juga doktor Hidayat Nur Wahid MA (ketua MPR) telah melakukan “blunder”
(bahasa Belanda, yang artinya kesalahan besar) yang tidak tanggung-tanggung.
Kalau tidak merupakan “blunder”, tetapi memang betul-betul menjadi  sikap
politik (dan sikap moral) partai, maka berarti bahwa partai PKS (ma’af atas
pemakaian kata-kata berikut ini )  menelanjangi dirinya sebagai partai yang
dipimpin orang-orang yang imannya sesat atau garis politiknya keliru atau
moralnya kurang sehat.(untuk tidak mengatakan dengan bahasa lebih polos :
moralnya rusak).



Bahwa semua partai bisa saja melakukan kesalahan-kesalahan, dan juga bahwa
ada saja kekeliruan yang bisa dima’afkan atau dibiarkan saja, itu bisa
dimengerti oleh banyak orang.Namun, sekali lagi namun, kalau “Suharto adalah
guru bangsa” ini menjadi keyakinan suatu partai (terutama sekali PKS atau
Golkar)  maka hal itu perlu bersama-sama dipersoalkan secara serius atau
diprotes beramai-ramai. Karena, penggunaan kata “bangsa” di situ bisa
diartikan bahwa seluruh bangsa menyetujui anggapan yang sesat demikian ini.
Padahal, penyebutan “Suharto guru bangsa” merupakan racun yang betul-betul
membahayakan kehidupan negara dan bangsa kita bersama, yang sekarang sudah
makin abrul-adul ini.



Sebab, memberikan penghargaan “guru bangsa” yang begitu tinggi kepada
Suharto adalah persoalan  yang besar, yang tidak bisa kita anggap sebagai
hal yang remeh-temeh saja. PKS boleh-boleh saja menganggap Suharto sebagai
guru PKS, itu adalah hak PKS, atau urusan PKS.  Bagi banyak orang hal yang
demikian itu malahan makin mudah untuk melihat dengan lebih jelas apa
sebenarnya dan bagaimana sebetulnya PKS itu. Dengan sikap PKS yang
menganggap Suharto sebagai “guru bangsa” maka makin jelaslah arah orientasi
politiknya dan juga makin gamblang standar moral yang dipakanya. Mengetahui
lebih jelas dan lebih banyak tentang PKS adalah penting bagi kita untuk
menghadapi perkembangan situasi politik di negeri di masa yang akan datang,
termasuk mengantisipasi Pemilu yang akan datang. Demikian juga tentang
Golkar.



Bung Karno tidak bisa disejajarkan dengan Suharto


Kita sama-sama sudah menyaksikan bahwa sejak proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia tahun 1945 sampai sekarang tidak ada tokoh yang betul-betul patut
dan juga berhak untuk disebut sebagai guru bangsa selain Bung Karno. Memang,
banyak juga tokoh-tokoh bangsa yang sudah berjasa besar, namun tidaklah ada
seorang pun yang ketokohannya seagung atau setinggi Bung Karno. Sejarah
hidup dan perjuangan Bung Karno sejak ia muda di tahun 20-an sampai wafatnya
semasa dalam tahanan rejim Orde Baru-nya Suharto dengan jelas, dan
meyakinkan, dan sulit dibantah,  bahwa beliau adalah guru bangsa yang paling
menonjol di antara para guru bangsa lainnya..



Karena kebesaran dan keagungannya sebagai guru bangsa yang demikian inilah
Bung Karno sama sekali  tidak bisa (dan tidak boleh !!!) disejajarkan atau
disamakan  dengan  orang semacam Suharto, yang selama 32 tahun lebih
terbukti sudah merusak negara dan bangsa kita, sehingga akibatnya masih
sama-sama kita saksikan dan rasakan sendiri sampai sekarang dimana-mana di
seluruh negeri kita. Bung Karno adalah jelas guru bangsa dan pahlawan
nasional kita, tetapi sebaliknya, Suharto adalah maling besar dan
pengkhianat rakyat. Dari banyak segi, kita bisa melihat jauhnya dan besarnya
perbedaan antara Bung Karno dan Suharto.



Ketika Bung Karno sedang dalam pembuangan oleh  pemerintahan kolonial
Belanda di Bengkulu sampai sekitar tahun 40-an, Suharto sedang mengabdi
kepada pemerintah Belanda sebagai serdadu KNIL (tentara kolinial). Artinya,
ketika Bung Karno dengan gigih dan berani melawan kolonialisme Belanda,
sehingga dipenjarakan dan dibuang ke Endeh dan Bengkulu, Suharto bekerja
untuk musuh rakyat Indonesia, sebagai serdadu kolonial.



Isi buku “Dibawah Bendera Revolusi”


Gagasan-gagasan besar Bung Karno  sudah tercermin, dengan gamblang sekali,
dalam tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya dalam buku Dibawah Bendera
Revolusi (jilid I dan II) dan juga dalam dua jilid buku Revolusi Belum
Selesai (yang berisi kumpulan seratusan pidato-pidatonya yang kurang dikenal
orang banyak karena telah diucapkannya sesudah terjadi G30S).



Agaknya, siapa pun yang sudah menyimak dan merenungkan  isi buku-buku
Dibawah Bendera Revolusi dan Revolusi Belum Selesai  akan menjadi yakin
bahwa Bung Karno adalah guru bangsa yang keunggulannya tidak ada
bandingannya di Indonesia sampai sekarang, dalam tahun 2008 ini !!!  Karena
itu, sudah tiba waktunya, dan urgen pula, bagi berbagai kalangan dalam
masyarakat kita (terutama generasi muda) untuk mengenal lebih banyak sejarah
dan ajaran atau gagasan-gagasan besar Bung Karno. Ini semua penting untuk
kehidupan negara dan bangsa kita, termasuk generasi kita yang akan datang.
Mengingat situasi di tanah-air kita dewasa ini, terasa sekalilah kebutuhan
adanya pedoman yang bisa dipakai rakyat banyak..



Ketika negara dan rakyat kita sedang menghadapi kekosongan pimpinan nasional
yang bermartabat tinggi, yang sangat berwibawa, dan bisa menjadi panutan
atau contoh bagi seluruh bangsa  -- seperti yang kita alami dewasa ini --
maka nyatalah bahwa mempelajari (dan berusaha melaksanakannya) berbagai
ajaran Bung Karno adalah hal yang sangat diperlukan oleh banyak kalangan dan
golongan. Sebab, situasi yang semrawut dan brengsek di negeri kita, yang
disebabkan oleh berbagai krisis multi-dimensional (moral, politik, ekonomi,
sosial, yang mengakibatkan banyaknya korupsi dan masalah-masalah parah
lainnya) tidak akan bisa diatasi dengan politik dan praktek yang sudah
dipakai selama 32 tahun Orde Baru dan lebih dari 10 tahun masa pasca-Suharto
dan oleh orang-orang lama yang pada pokoknya adalah produk era Suharto.



Kekosongan tokoh besar di negeri kita



Kiranya, kita semua bisa meramalkan bahwa negara dan bangsa kita tidak akan
mungkin bisa diperbaiki secara besar-besaran dan secara drastis, selama
pimpinan negara, pemerintahan, dan lembaga-lembaga pentingnya (umpamanya :
MPR, DPR, DPRD, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, TNI dan Polisi) masih tetap
dikangkangi oleh orang-orang yang orientasi politiknya adalah seperti yang
sudah dianut selama lebih dari 40 tahun dan bermental Orde Baru. Kita juga
tidak bisa mengharapkan terlalu banyak dari hasil Pemilu yang akan datang,
yang hanya akan melahirkan orang-orang semacam itu juga, yang akan
menjalankan politik dan sistem yang itu itu juga.



Selama lebih dari 40 tahun (artinya, hampir setengah abad) rakyat dan negara
kita sudah kehilangan Bung Karno, guru bangsa beserta ajaran-ajarannya  yang
revolusioner, sebagai akibat pengkhianatan Suharto dan golongan militer yang
bekerjasama dengan kekuatan imperialis (terutama AS). Selama masa yang
panjang itu pulalah kita semua merasakan adanya kekosongan tokoh besar yang
bisa jadi panutan bangsa, yang bisa melahirkan ajaran-ajaran dan pemikiran
untuk bisa dijadikan pedoman seluruh bangsa.  Kita melihat bahwa selama itu
tidak ada tokoh-tokoh besar Golkar dan militer atau tokoh-tokoh partai dan
golongan pendukung Orde Baru lainnya yang bisa melahirkan gagasan-gagasan
sebesar yang pernah diciptakan Bung Karno.



Kalau kita amati situasi dalam negeri dan luar negeri dewasa ini, yang
sedang dilanda berbagai masalah besar dan parah dalam bidang keuangan,
ekonomi, dan sosial, dan kita simak kembali berbagai buku tentang  Bung
Karno nyatalah bahwa, pada pokoknya, banyak ajaran atau gagasan beliau
mengenai persoalan-persoalan Indonesia dan dunia,  masih tetap relevan atau
cocok untuk dipakai sebagai pedoman. Krisis besar atau kebangkrutan sistem
kapitalisme , yang jadi sasaran perjuangan Bung Karno sejak muda, sedang
melanda berbagai negeri di dunia. Perang di Irak dan Afganistan, atau Timur
Tengah lainnya, dan perjuangan melawan neo-liberalisme juga membenarkan
sebagian visinya.




Selama kehidupannya sebagai pejuang politik revolusioner sejak muda sampai
wafatnya sesudah didongkel Suharto beserta golongan militer pendukungnya,
Bung Karno telah melahirkan banyak pemikiran-pemikiran yang sangat penting
bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda, merebut
kemerdekaan nasional, mempersatukan seluruh bangsa Indonesia, menjaga
keutuhan Republik Indonesia, menggalang setiakawan rakyat-rakyat berbagai
negeri dalam melawan nekolim, menciptakan syarat-syarat untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur.



Untuk itu semua ia tidak henti-hentinya telah mengadakan berbagai kegiatan,
dengan tujuan untuk menyadarkan banyak orang tentang pentingnya persatuan
berbagai golongan , mengajak rakyat berjuang, meneruskan nation and
character building, dan selalu mengobarkan semangat rakyat untuk melanjutkan
revolusi yang belum selesai.  Kegandrungan Bung Karno terhadap persatuan
bangsa kita yang terdiri dari beragam suku dan agama, dan kecintaannya
kepada rakyat banyak, kepeduliannya terhadap penderitaan wong cilik,
tercermin dengan gamblang sekali dalam banyak tulisan dan pidato-pidato
beliau.



Pancasila dan Nasakom dan sosialisme yang di Indonesiakan



Gagasan-gagasan  besar beliau untuk mempersatukan rakyat ini dapat
ditelusuri kembali oleh siapa saja dalam pidato beliau yang sangat
bersejarah ketika memperkenalkan Pancasila untuk pertama kalinya dalam tahun
1945 (hari lahirnya Pancasila 1 Juni). Oleh karena Pancasila secara jahat
dan busuk telah disalahgunakan oleh rejim militer Suharto dkk selama puluhan
tahun, maka banyak orang dewasa ini tidak bisa betul-betul menghayati jiwa
agung yang terkandung di dalamnya. Itulah sebabnya, maka sekarang  ini
penting sekali bagi tokoh-tokoh berbagai kalangan dan golongan (terutama
dari angkatan muda) , dari mana pun juga, untuk mendalami kembali
ajaran-ajaran Bung Karno mengenai Pancasila.



Dalam menjelaskan isi atau arti Pancasila, Bung Karno berkali-kali
mengatakan bahwa Pancasila adalah pedoman untuk mempersatukan bangsa, bahwa
Pancasila kalau diperas maka menjadi gotong-royong. Bung Karno juga
mengatakan bahwa Pancasila adalah kiri. Pancasila memperjuangkan  keadilan
sosial dan peri-kemanusiaan. Karena itu, Pancasila juga mengandung
unsur-unsur sosialisme, sosialisme à la Indonesia.Untuk melaksanakan
Pancasila dan merealisasikan Bhinneka Tunggal Ika itulah Bung Karno juga
kemudian memperkenalkan konsepsi besarnya tentang NASAKOM dan sosialisme
yang di Indonesiakan.



Sebagai Kepala Negara dan Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno telah
menuangkan gagasan-gagasan besarnya dalam  pidatonya di Konferensi Asia
Afrika di Bandung (tahun 1955), pidatonya di depan sidang umum PBB “To build
the world anew” (September 1960) , pidatonya dalam KTT Non-blok , pidatonya
di depan Afro-Asian Journalists Association (PWAA, dalam tahun 1963),
pidatonya di depan KIAPMA (Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer
Asing, di Jakarta, dalam tahun 1965).



Karena pentingnya peran Bung Karno bagi perjuangan rakyat Indonesia, dan
juga bagi rakyat berbagai negeri itulah maka citranya menjulang tinggi di
banyak negeri di berbagai benua, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin. Itulah sebabnya nama Bung Karno dapat disejajarkan dalam deretan nama
orang-orang besar (pada jamannya waktu itu), seperti Nelson Mandela (Afrika
Selatan), Julius Nyerere (Tanzania), Kwame Nkrumah (Ghana), Patrice Lumumba
(Conggo),  Sekou Touré (Guinea), Ben Bella (Aljazair), Gamal Abdul Nasser
(Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), Mossadegh (Iran), Nehru (India), Ali
Jinnah (Pakistan), Bandaranaike (Srilanka-Ceylon dulu), Souphana Phouma
(Laos), Ho Chi Minh (Vietnam), Norodom Sihanouk (Kamboja), Mao Tse-tung dan
Chou En-lai (Tiongkok), Kim Il-sung (Korea), Fidel Castro (Kuba). Dari
hal-hal itu semua dapatlah  sudah  disimpulkan bahwa guru besar bangsa, yang
bernama Sukarno itu, adalah tokoh terbesar dalam sejarah Indonesia pada masa
kini. Jasanya adalah luar biasa besarnya bagi rakyat Indonesia, yang sudah
diperlihatkan sepanjang hidupnya. Kalau mengingat itu semuanya, maka bisa
dimengertilah bahwa banyak orang menjadi marah kepada Suharto dan
konco-konconya (di dalam negeri dan di luar negeri) yang telah
mengkhianatinya. Pengkhianatan besar terhadap bapak bangsa dan guru bangsa
ini patut dikutuk oleh rakyat, dan dicatat dalam sejarah bangsa, sehingga
diketahui oleh generasi yang akan datang.



Bung Karno adalah pengejawantahan Pancasila


Setelah negara dan bangsa kita dibikin bobrok seperti sekarang ini oleh
rejim militer Suharto beserta orang-orang yang bermental Orde Baru, maka
nyatalah sekali adanya kebutuhan yang mutlak dan mendesak munculnya tokoh
yang bisa meneruskan perjuangan besar Bung Karno. Sekarang terdapat makin
banyak bukti bahwa negara dan bangsa kita tidak akan bisa menjadi baik
selama masih dikelola oleh orang-orang Golkar atau kalangan lainnya yang
bermental Orde Barunya Suharto dan anti-Sukarno. Negara dan bangsa kita
memerlukan orang-orang baru, pemimpin-pemimpin baru (terutama dari kalangan
muda), yang bisa mengadakan perbaikan  besar-besaran atau perobahan drastis,
demi kepentingan rakyat banyak, dengan politik baru pula.  Hugo Chavez dari
Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia bisa dijadikan contoh.



Agaknya, sudah makin jelas sekarang, bahwa orang atau kalangan yang
anti-Sukarno adalah pada hakekatnya atau pada intinya  juga anti-Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika. Juga makin jelas, bahwa orang yang betul-betul
menjiwai Pancasila dan menjunjung tinggi-tinggi Bhinneka Tunggal Ika tidak
akan bersikap anti-Sukarno. Tidak bisa lain ! Sebab, sekali lagi perlu
diulangi, bahwa Bung Karno adalah pengejawantahan atau penjelmaan Pancasila
itu sendiri, dan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah satu dan senyawa dengan
Bung Karno !!!



Paris,  19 November 2008









No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.549 / Virus Database: 270.9.7/1798 - Release Date: 18/11/2008
20:59

Kirim email ke