Refleksi:  Hutan dibabat bukan saja Harimau mengincar warga, tetapi juga lambat 
atau cepat  mengancam kehidupan manusia, disebabkan  hasil hutan berkurang atau 
hilang samasasekali dan sering banjir serta erosi tanah yang berakibat humus 
hilang dan tanah menjadi tidak subur. Jadi yang menderita juga manusia. 
Silahkan babat dan bakar. Dirgahayu NKRI harga mati! 

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=4746


Hutan Dibabat, Harimau Mengincar Warga Jambi


SP/Radesman saragih

Akibat rusaknya hutan sebagai habitat harimau, si raja hutan itu kini memasuki 
permukiman penduduk.

Warga beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, 
sebulan terakhir resah ulah "si raja hutan" alias harimau. Tiga orang warga di 
desa yang berlokasi di sekitar Taman Nasional Berbak (TNB) tersebut, tewas 
dimangsa harimau. 

Korban keganasan harimau Sumatera (pantheratigris sumatrae) tersebut adalah 
Suyud (45), anaknya, dan Imam (50), warga Desa Pematang Raman, Kecamatan 
Kumpehulu, Muarojambi. Ketiga korban ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan 
ketika hendak membuka ladang di kawasan hutan sekitar desa mereka, baru-baru 
ini. 

Kemudian Sutiyono (36), warga Desa Mekarsari, Kecamatan Kumpehilir, Muarojambi 
juga diterkam harimau di kebunnya, tetapi ia selamat. Hanya lengan dan paha 
yang sobek terkena cakar harimau. 

Teror "si raja hutan" tersebut mengakibatkan kegiatan berkebun dan berladang 
warga beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, nyaris lumpuh. Mereka tak berani ke 
kebun. Mereka takut diterkam harimau. Mereka juga resah karena setiap hari ada 
saja ternak kambing yang hilang. 

Untuk mencegah korban lain, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi 
Jambi langsung memburu harimau tersebut, Rabu (4/2). BKSDA menurunkan tim 
sebanyak 12 orang, beranggotakan polisi hutan (Polhut) BKSDA setempat. 
Perburuan berhasil setelah tim menangkap harimau menggunakan perangkap besi 
pada Rabu (11/2) sore. 

"Penelusuran jejak tersebut dilakukan di kawasan hutan dan perkebunan kelapa 
sawit. Perangkap kita pindah-pindah sesuai arah jejak harimau. Kita memberi 
umpan kambing dalam perangkap. Akhirnya harimau tersebut masuk perangkap yang 
kita buat di kawasan perkebunan PT Makin Grup," kata Kepala BKSDA Provinsi 
Jambi, Didy Wurjianto kepada SP di Kebun Binatang (Taman Rimba) Kota Jambi, 
Kamis (12/2). 

Harimau jenis kelamin betina hasil buruan tersebut dititipkan sementara di 
Kebun Binatang Kota Jambi, Kamis (12/2). Namun, harimau tersebut masih berada 
dalam kerangkeng besi tertutup kayu lapis. Kerangkeng harimau tersebut ditutup 
sejak dari lokasi penangkapan hingga ke kebun binatang setempat untuk 
mengurangi stres. 

Menurut Didy, kendati sudah berhasil menangkap seekor harimau betina dari 
kawasan perkebunan Muarojambi, pihaknya masih memasang perangkap di kawasan 
hutan dan kebun daerah itu. Pemasangan perangkap dilakukan di tempat penemuan 
jejak harimau di Desa Sungai Gelam. 


Makanan Habis

Didy mengatakan, harimau Sumatera yang biasa berada di kawasan TNB tersebut 
masuk ke kawasan perkebunan dan ladang masyarakat akibat habitatnya sudah 
rusak. Harimau tersebut sulit mempertahankan hidup di hutan karena hutan sudah 
banyak yang rusak dan berubah fungsi menjadi kebun. 

Selain itu, makanan harimau seperti babi hutan, rusa, dan satwa lain di hutan 
juga kian langka. Hal tersebut terjadi akibat perburuan liar satwa di daerah 
itu. Perburuan satwa terjadi hingga ke Taman Nasional Baik (TNB), Taman 
Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dan 
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). 

Menurut Didy, populasi harimau Sumatera (Panteratigris sumatrae) di Provinsi 
Jambi semakin punah. Selama dua tahun terakhir, sebanyak 40 ekor dari 60 ekor 
harimau Sumatera yang terpantau di daerah itu hilang. Jumlah harimau Sumatera 
yang terdeteksi di Jambi saat ini hanya 20 ekor. [1

Kirim email ke