Kesaksian para Perempuan Korban Kebiadaban FPI
Oleh : Nugroho Angkasa S.pd 

15-Jun-2008, 01:18:26 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Para korban perempuan kebiadaban FPI, 
antara lain Ni Wayan Sukmawati dan Ni Komang Ainisyah Wiputi 
mengalami trauma berat karena tindakan biadab FPI dalam peringatan 
hari lahir Pancasila ke-63 pada 1 Juni 2008 di Monas. 

Selain itu mereka juga merasa dilecehkan harkat dan 
martabatnya sebagai perempuan dan Ibu jika mengingat tindak 
penyerangan tersebut.

Ni Komang Ainisyah menuturkan bagaimana massa FPI 
menyerang dengan beringas sekali. Padahal sebagian besar peserta 
aksi damai Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan 
Berkeyakinan (AKKBB) adalah perempuan dan anak-anak.

"Awalnya didorong-dorong dari belakang. Tapi lama-
kelamaan, mereka (masa penyerang dari Front Pembela Islam/FPI) 
mengarahkan pukulan ke kepala saya berkali-kali," papar Komang 
Ainisyah dalam acara testimoni korban kekerasan insiden Monas 
berdarah-Pancasila terluka di Denpasar pada hari Jumat (13/6).

Akibat kekerasan tersebut, Komang Ainisyah mengalami 
gagar otak yang dampaknya permanen. "Kadang-kadang, kepala saya 
masih pusing," tuturnya. 

Selain itu Komang Ainisyah mengaku trauma, misalnya 
kalau melihat tayangan televisi yang menggambarkan kekerasan di 
Monas, berdiri bulu romanya alias merinding.

Hal senada juga disampaikan oleh Ni Wayan Sukmawati. 
Kalau mengingat peristiwa di Monas, Sukmawati bahkan merasa 
dilecehkan. "Merasa terhina, karena saat peristiwa itu adalah Hari 
Kelahiran Pancasila yang seharusnya menjunjung nilai-nilai 
nasionalisme, bukan malah menodainya dengan darah sesama anak 
bangsa," tutur Sukmawati. 

Sukmawati mengaku kadang merasa kecewa dengan wacana 
publik yang berkembang saat ini, karena mengalihkan isu rusuh Monas 
ke isu agama. "Padahal, itu adalah sebuah upaya untuk memecah belah 
persatuan dan kesatuan bangsa, bukan karena suatu agama," tandasnya. 

Sukmawati juga mengalami luka memar di sekujur tubuhnya 
akibat penyerangan di Monas. Ibu dua anak ini berharap segenap 
masyarakat untuk bersuara dan mengutuk keras setiap aksi yang 
menggunakan cara-cara barbarian di Indonesia tercinta ini.

Kenapa Komang Anisyah dan Sukmawati ada di Monas saat 
kerusuhan terjadi? Kedua perempuan Bali ini berada di Monas saat 
itu, karena mereka aktivis perempuan yang tergabung dalam National 
Integration Movement (NIM). 

Komang Anisyah menjabat sebagai Bendahara NIM Pusat. 
Bersama Sukmawati, Komang Anisyah memegang peran penting dalam aksi 
damai peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Monas bersama AKKBB. 
Aksi yang dihadiri oleh 60 organisasi kemasyarakatan yang lintas 
suku, agama, ras, profesi, dan golongan itu murni untuk 
membangkitkan rasa persatuan dan kerukunan bangsa dengan mengambil 
momentum hari kelahiran Pancasila yang notabene diamini sebagai 
dasar negara ini.

"Kami sepenuhnya mengedepankan semangat persatuan dan 
kerukunan bangsa yang dipelopori para pendiri bangsa tempo dulu. 
Tidak ada yang membiayai dengan kepentingan tertentu," katanya dalam 
keterangan pers dipimpin oleh Dr. Sayoga selaku Direktur Eksekutif 
NIM. 

Sesuai rencana, kata Maya Safira Muchtar selaku 
penggagas dan juga Ketua Umum National Integration Movement (NIM), 
acara testimoni serupa akan digelar di Yogyakarta (14/6) dan daerah 
lainnya, agar masyarakat tahu kejadian yang sebenarnya di Monas pada 
1 Juni 2008 tersebut.


mediacare
http://www.mediacare.biz

Kirim email ke