Melawan Perdagangan Anak dari Desa


Sekitar 500-an anak dengan baju warna-warni berjalan kaki sembari menyanyi. 
Peserta karnaval "Temu Anak Nasional" di Desa Kebon Agung, Imogiri, Bantul, itu 
sedang menuju tempat berlangsungnya acara, Ahad lalu. Mereka meneriakkan 
yel-yel saat melewati hamparan sawah. 
"Ada kerbau, ada kerbau!" teriak seorang peserta, Rinny Mokos, 17 tahun, dari 
Kupang, Nusa Tenggara Timur. Anak gadis yang mengaku baru pertama kali melihat 
kerbau itu terkesiap heran. "Wah beda dengan sapi ya?" katanya. 
Di panggung dan di lapangan terpajang lukisan karya mereka. Pada karya-karya 
lukis itu tertulis "Jangan dijual, aku bukan barang dagangan" dan "Mosok anak 
diperdagangkan." 
Temu Anak Nasional ini merupakan pertemuan anak-anak dari 12 kota, yakni Medan, 
Batam, Jakarta, Indramayu, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, 
Pontianak, Mataram, dan Kupang. Mereka berkumpul hingga 23 Desember dengan 
mengusung tema "Anak Bersuara Menentang Perdagangan Manusia". 
Anak-anak itu selama tiga hari tinggal di rumah penduduk. "Ada kritikan bahwa 
kegiatan LSM selalu dilakukan di hotel," kata Odi Shalahudin, Koordinator Temu 
Anak Nasional. 
Kali ini, kegiatan yang digelar oleh Indonesia Acts Indonesia (Against Child 
Trafficking), jaringan nasional perang terhadap perdagangan anak di Indonesia, 
itu digelar di desa. "Kami tidur di lantai tanpa kasur, tapi tetap senang 
karena bertemu banyak teman," kata Dicky Leo. 
Odi melibatkan warga setempat dengan menyewa 64 rumah dengan biaya Rp 75 ribu 
per hari per orang. Setiap pemilik rumah yang ditempati anak-anak itu mendapat 
informasi tentang larangan melakukan kekerasan terhadap anak. "Larangan itu 
dipasang di tiap rumah," kata Emmy Lucy Smith, Presidium Indonesia ACT. 
Berdasarkan hasil penelitian Indonesia ACT di Batam dan Surabaya, ada 150 anak 
korban perdagangan manusia pada 2005 hingga pertengahan 2008. "Usia termuda 
anak yang diperdagangkan adalah 12 tahun," katanya.

 
Menurut Rinny, perdagangan anak dan korban kekerasan seksual banyak terjadi di 
Kupang. Ia berjanji akan menyampaikan kegiatan ini kepada temannya di Kupang. 
"Agar mereka tak menjadi korban perdagangan anak," tuturnya.BERNADA RURIT
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/12/23/Berita_Utama-Jateng/krn.20081223.151740.id.html


   Salam
Abdul Rohim
http://groups.google.com/group/peduli-jateng?hl=id


      

Kirim email ke