Salam...
 
 
Filsafat dan hikmah secara umum memiliki berbagai macam pembagian sesuai dengan 
bidang pembicaraannya, namun dari sisi metode dikenal ada empat macam metode 
yang paling populer, yaitu hikmah argumentatif, hikmah intuitif, hikmah 
ekprimental dan terakhir hikmah dialektis.
 
Apa dan bagaimana ke empat metode ini bekerja, yuk kita lihat garis besarnya 
dulu...
Kita mulai dari hikmah argumentatif…
Bagaimanakah cara kerja metode hikmah argumentatif ini?
Metode hikmah argumentatif bekerja dengan penekanan kepada silogisme berpikir, 
artinya metode ini bekerja dengan menitik beratkan penelaahan kepada hal-hal 
yang bersifat umum (universal) terlebih dahulu, baru kemudian ke hal-hal 
dibawahnya yang lebih khusus, dan kemudian baru bisa mengambil satu kesimpulan  
sebagai hasil akhirnya...
 
Misalnya ;
Semua manusia tinggal di planet yang bernama bumi (umum).
Alexander adalah manusia (khusus)
Jadi Alexander tinggal di planet yang bernama bumi…
 
Ciri khas dari hikmah argumentatif ini adalah kekonsisten-an-nya terhadap 
penggunaan penalaran (rasio) sebagai pijakan, baik argumentatif rasional maupun 
demonstratif rasional.
 
Kegunaan dari metode semacam ini adalah untuk mengetahui dan mengukur hal-hal 
yang nyata-nyata tidak bisa terlihat dan terdengar dengan panca indra kita. 
Misalnya, apakah ada hidup setelah mati? 
 
Bagaimana kita bisa mengetahui ini? Setelah ditulis di kitab suci, apakah 
kemudian tulisan dikitab suci itu bisa langsung membuktikan kepada kita tentang 
adanya kehidupan setelah mati? Atau apakah dengan tulisan dikitab suci itu kita 
bisa langsung merasakan atau melihat hidup setelah mati itu? Tentu saja panca 
indra kita tidak mampu membuktikan apapun tentang ‘cerita’ hidup setelah mati, 
dan  ‘cerita’  seperti itu hanya bisa dibuktikan dengan penalaran (rasio)  J
 
Sekarang yang berikutnya, yaitu metode hikmah intuitif. Apakah yang 
disebut-sebut sebagai hikmah intuitif itu? Mari kita lihat sekilas tentang cara 
kerja dari metode hikmah intuitif ini.
 
Hikmah intuitif ini lebih ‘lengkap’ dalam menggunakan ‘perkakas/alat’ kerjanya 
J , ini bisa dilihat dari tambahan alat yang dimilikinya yaitu cita rasa 
(dzawqi) , inspirasi (ilham) , dan pencerahan (isyraq) sebagai alat kerja 
tambahannya selain penggunaan argumentasi rasional dan demonstrasi rasional.
 
Dalam memutuskan satu perkara, penganut metode intuitif dikenal lebih banyak 
menggunakan ‘alat’ yang bernama inspirasi (ilham) sebagai dasar keputusan nya 
dibandingkan dengan penalaran (rasio) . Penggunaan ilham adalah ciri khas dari 
metode intuitif ini. 
 
Lain lagi dengan metode yang ketiga, yaitu hikmah eksprimental. Metode ini 
sangat digemari oleh masyarakat modern sekarang ini, kenapa demikian dan kenapa 
harus demikian ? Mari kita lihat lebih dekat lagi tentang cara kerja metode 
hikmah eksprimental ini.
 
Secara ringkas bisa dikatakan bahwa cara kerja metode hikmah ekprimental ini 
lebih ‘gampang’ disajikan karena metode ini hanya mengandalkan panca indra 
sebagai ‘alat’ kerjanya. Metode hikmah ekprimental tidak memerlukan pemikiran 
yang ‘ribet’ semacam silogisme (deduksi) dan inspirasi (ilham) sebagai 
pijakannya dalam menghasilkan pengetahuan. Urusannya hanya dengan uji coba dan 
pembuktian dengan panca indra sampai terbukti dan membentuk hikmah dan filsafat.
 
Tidak perlu repot-repot harus tahu dulu asal usul suatu objek secara universal, 
penguna metode ekprimental ini cukup mengambil sample dari objek yang akan 
diteliti, misalnya , ambil kaca pembesar  atau bawa kelaboraterium atau bawa 
kedepan orang ramai, diuji, dicoba, diuji, dilihat, dipikirin sebentar, uji 
lagi…ngobrol bentar…uji lagi , lihat, saksikan, rasakan dan selesai. Hubungkan 
satu sama lain sampai tercipta suatu hikmah atau pengetahuan J
 
Dan perlu kita akui, bahwa metode ekprimental ini sangatlah membantu peradaban 
dunia. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa revolusi industri dan teknologi saat ini 
tidak terlepas dari kekuatan metode ini. 
 
Namun kita harus tahu, selain mempunyai kelebihan terhadap revolusi industri 
dan telekomunikasi, metode ini juga memiliki dua kelemahan vital, yaitu pertama 
; Metode eksprimental ini tidak mempunyai kemampuan untuk menguji hal-hal yang 
tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Yang kedua, metode ini juga 
tidak mampu untuk mengukur hal-hal yang terhalang dengan masa (zaman) seperti 
misalnya, kapankan alam semesta ini bermula dan dimanakah letak tempatnya alam 
semesta ini berakhir?
 
Belum ada satupun mikroskop atau laboratorium yang mampu memperlihatkan kepada 
kita bongkahan jawaban yang bisa dikenali oleh panca indra kita J
 
Setelah kita lihat garis besar dari ketiga metode diatas, sekarang kita lihat 
metode yang ke empat, yaitu metode hikmah dialektis.
 
Hikmah dialektis lebih menekankan kepada apa-apa yang disebut sebagai hal yang  
yang populer atau figurcentris mengenai berbagai permasalahan alam dan 
universal. Metode ini banyak menjadi perbincangan dikalangan logikawan karena 
melibatkan banyak premis-premis yang memerlukan rumusan tersendiri.. Pada 
metode ini banyak jawab menjawab terjadi antara ahli kalam (tawawuf) dengan 
filsuf. 
 
Disini pembicaraan lebih ramai di sekitar hal-hal yang esktemporal dengan 
popularitas sebagai tumpuan dalam menghasilkan pengetahuan hikmah dan filsafat. 
 
Misalnya kita mengetahui secara umum (sudah populer) bahwa menguap didepan umum 
atau didepan mertua adalah tidak baik J . Pendapat menguap ‘tidak baik’ ini 
adalah perkara yang populer, bukan pada hakikat hikmah.
 
Beda dengan hal yang ekstemporal, misalnya kita mengetahui bahwa jika si A dan 
si B sama dengan si C, maka ketiganya adalah sama. Maksudnya jika ada dua hal 
sama dengan hal yang ketiga, maka sebenarnya ketiganya adalah sama , atau kalau 
dalam rumus akan jadi begini : ‘sama dengan sama adalah sama.’




Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


      New Email names for you! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

Kirim email ke