Model Komprehensif tentang Kebahagiaan
--Anwar Holid

The 7 Laws of Happiness - Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa, September 2008
Halaman: 428 
ISBN: 978-979-1284-20-2
Harga: Rp 72.500,- 


KITA kerap mendengar orang berkata, "Semoga hidupmu bahagia" atau dengan nada 
emosional mengucapkan, "Saya rela miskin, asal bahagia." Sesungguhnya, bahagia 
seperti apa yang dia maksud? Apa bahagia itu identik dengan senang? Bagaimana 
bila dibandingkan dengan perasaan sejenis, misalnya beruntung, sukses, mujur, 
dan puas? 

"Bahagia itu rentang waktunya panjang, sementara senang itu berjangka pendek," 
demikian pernyataan awal Arvan Pradiansyah dalam The 7 Laws of Happiness. Buku 
ini berusaha secara meyakinkan dan mudah dipahami membahas salah satu aspek 
terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu kebahagiaan. Sebagai seorang ahli 
sumber daya manusia dan pembicara publik, Arvan  telah menghasilkan empat buku 
bertema manajemen kepemimpinan (leadership) dan manajemen kehidupan (life 
management.) The 7 Laws of Happiness termasuk kategori manajemen kehidupan, 
terutama karena ia secara persuasif mengajak agar pembaca menemukan dan 
membukakan jalan hidup yang bahagia.

Arvan menggunakan pendekatan neurosains dan Psikologi Positif untuk membukakan 
wawasan tentang  meraih kebahagiaan. Neurosains ialah studi saintifik terhadap 
sistem saraf, terutama sekali sistem jaringan otak. Sebagian ahli otak 
mengatakan bahwa pusat manusia ada pada akal, yaitu proses berpikir yang 
terjadi di dalam otak. Arvan yakin bahwa kunci kepribadian dan watak manusia 
berada pada otaknya (hal. 41.)

Psikologi Positif lahir dari kegalauan Martin E. P. Seligman ketika menjadi 
presiden American Psychological Association (APA) pada 1998. Dia secara 
komprehensif menuliskan landasan teori dan praktik cabang  psikologi ini dalam 
bukunya yang sangat berpengaruh dan terkemuka, Authentic Happiness. Beberapa 
koleganya merasakan kecenderungan serupa, dan akhirnya saling mendukung dan 
mengisi gagasan  tersebut hingga menjadi disiplin yang padu. Psikologi ini 
lebih berusaha menekankan pada kesehatan  mental. Aliran ini merupakan generasi 
baru Psikologi Humanistik yang berhasil membangun dukungan bukti empirik, 
menyediakan landasan sainstifik kuat bagi studi tentang kebahagiaan manusia dan 
fungsi optimal manusia, menambah sisi positif dari psikologi yang terlalu 
dikuasai sisi negatif manusia.

Sesuai hasil penelitian neurosains, Arvan berpendapat bahwa kunci bahagia 
manusia itu ada dalam pikirannya. "Kekuatan terbesar manusia ada dalam memilih 
pikiran," ungkapnya. Dengan pikiran, orang bisa memilih keputusan apa pun untuk 
hidupnya. Arvan merancang buku ini secara komprehensif agar pembaca bisa cukup 
terlatih untuk memulai mengambil keputusan demi kebahagiaan hidupnya. 
Pendekatan  penulisannya juga termasuk menarik. Sambil berargumen mengungkapkan 
bagaimana prinsip-prinsip  kebahagiaan bisa berlangsung dalam kehidupan 
manusia, dia menjabarkan pemikiran dengan bahasa mudah dipahami, ditambah 
petikan kisah (kebanyakan kisah nyata), dan sejumlah praktik tes psikologi. Lay 
out buku  ini, baik dari pilihan font, desain, dan ilustrasi membuat kenyamanan 
membaca jadi makin maksimal.

Salah satu prasangka umum terhadap bahagia yang dipatahkan Arvan ialah anggapan 
bahwa orang bisa bahagia meskipun ia tak punya apa-apa, seakan-akan bahagia 
tidak butuh materi apa pun. "Anggapan ini terdengar bagus, tapi sangat tidak 
realistis," tulis Arvan. Bagaimana mungkin kita bisa bahagia tanpa memiliki apa 
pun padahal kita ini masih merupakan makhluk fisik juga? (hal. 32), demikian 
ungkap Arvan retorik. Dia menyatakan, meski ada faktor yang dapat mempengaruhi 
kebahagiaan, penentunya tetap  pikiran. Secara faktual, orang sehat dengan 
pikiran damai akan lebih bahagian daripada orang sakit dengan  pikiran damai. 
"Pikiran itu mirip kebun, bila dipupuk dengan baik, hasilnya tentu kebaikan." 

Untuk memupuk dan melatih pikiran agar terbiasa melahirkan kebahagiaan, Arvan 
mengajukan tujuh syarat. Tiga syarat pertama ialah Intrapersonal Relation, 
merupakan syarat bahagia untuk diri sendiri, terdiri dari  sabar, syukur, dan 
sederhana (kemampuan menangkap esensi). Tiga syarat kedua ialah Interpersonal 
Relation, merupakan kebahagiaan terkait dengan orang lain, terdiri dari kasih, 
memberi, dan memaafkan.  Puncaknya ialah Spiritual Relation, berupa kemampuan 
berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan (pasrah.) Arvan memberi 
contoh dan inspirasi nyata betapa meraih kebahagiaan puncak itu tidaklah hadir 
sekonyong-konyong, tetapi dengan disiplin, perjuangan, dan pelatihan berat.

SELINTAS The 7 Laws of Happiness tampak sama dengan tipikal buku self-help dan 
motivasi (pengembangan diri)  yang  kerap dituduh menyederhanakan masalah 
serius dengan pendekatan instan, sejenis cara jawaban gampang bagi masalah 
kehidupan yang terlalu sukar. Pengkritik self-help mengindikasikan bahwa buku 
seperti itu sejenis pseudosains yang cenderung malah menyesatkan alih-alih 
memberi jawaban manjur. Mereka terutama kerap menyerang klaim dan buku karya 
orang yang bergerak di bidang ini.

Arvan Pradiansyah membangun argumen dari sumber nan luas, terutama dari 
literatur Psikologi Positif, studi  perilaku terbaru, neurosains, ditambah dari 
tradisi agama-agama dan ajaran moral, dan ilmu sosial. Bukunya menawarkan 
universalitas yang kaya. Audifax  Prasetya, peneliti psikologi asal Surabaya 
telah menguji kadar keilmuan The 7 Laws of Happiness. "Gagasan Arvan memiliki 
fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pemikiran yang brilian. 
Saya melihat pemikiran Arvan bisa dikembangkan lebih jauh ke hal-hal yang 
aplikatif dan berguna bagi banyak orang. Buku ini mengajak orang untuk melihat 
secara mendalam melalui sebuah kajian teoretis yang  dibangun secara serius."

Boleh jadi karena itu, pendengar tertentu yang mengenal maupun terpengaruh oleh 
Arvan sebagai pembicara publik, fasilitator, dan trainer, mantan dosen FISIP UI 
ini bukanlah tipe motivator yang gegap gempita dan bombastik dalam menyampaikan 
pendapatnya. Bersama lembaga pelatihan dan konsultasi sumber daya manusia yang 
sekarang dia pimpin, Institute for Leadership & Life Management (ILM), dia 
lebih banyak mengeluarkan issue kemanusiaan---misalnya kejujuran, persahabatan, 
dan memaafkan. Pada sejumlah pertemuan, dia menekankan rendah hati, menemukan 
misi hidup bagi diri sendiri, bersikap empatik dan positif, alih-alih 
semata-mata sukses finansial, kesejahteraan luar biasa, maupun puncak karir. 
Tanpa kebahagiaan dan kepuasan hakiki, semua itu akan sia-sia. 

Tiga buku karya Arvan sebelumnya secara kontinu meneruskan pencarian manusia 
terhadap kebahagiaan, seiring dinamika pengalaman hidupnya. The 7 Laws of 
Happiness merupakan puncak pemikirannya; dia mengambil sari-sari berbagai 
pemikiran dan menggunakannya untuk mengungkap sebuah konsep komprehensif 
mengenai model kebahagiaan.[]

ANWAR HOLID, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bekerja sebagai editor & 
penulis freelance.

KONTAK: war...@yahoo.com | Tel.: (022) 2037348 | HP: 085721511193 | Panorama II 
No. 26 B Bandung 40141 

Resensi ini awalnya dimuat di rubrik RESENSI Bisnis Indonesia Minggu, 8 
Februari 2009.

Copyright © 2009 oleh Anwar Holid

Situs terkait: 

http://www.mizan.com
http://www.ilm.co.id
http://www.arvanpradiansyah.com (under construction)

Hubungi Arvan Pradiansyah via http://www.facebook.com


      

Kirim email ke