http://www.ambonekspres.com/index.php?act=news&newsid=25236

      Minggu, 21 Dec 2008, | 1 

      Perbedaan Partai Islam dan Nasionalis Tipis  
     
      Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla mengatakan, Pemilu 2009 tidak 
lagi diwarnai perbedaan ideologi antar partai seperti pemilu sebelumnya.
      Pasalnya, partai-partai beraliran agama maupun nasionalis kini sudah 
cenderung mengaburkan identitas untuk meraup suara yang lebih besar. 

      ''Semua partai cenderung bergerak ke tengah, ingin merangkul semua pihak. 
Kalau dulu, partai Islam hanya merangkul orang Islam, partai nasionalis menjual 
ideologi untuk menggaet golongan nasionalis yang tidak terlalu religius,'' ujar 
Kalla dalam dialog publik di DPP Partai Golkar.

      Sejumlah pengamat politik dan praktisi komunikasi menjadi panelis dalam 
diskusi tersebut, antara lain, Eep Saefullah, Budiarto Sambazi, Daniel 
Sparingga, Indra J.Piliang, dan Bachtiar Ali. 

      Bukti tipisnya faktor ideologi pada pemilu mendatang, kata Kalla, PKS 
kini mulai meninggalkan ideologi kanan dengan menyanjung mantan Presiden 
Soeharto, PAN yang bermodal suara Muhammadiyah telah mencalonkan Alvin Lie yang 
berasal dari etnis Tionghoa, dan PDIP yang nasionalis kini mendekati pemilih 
religius dengan mendirikan organisasi sayap Baitul Muslimin. 

      ''Tantangan lain adalah media sangat terbuka sehingga makin mendekatkan 
ide dan pandangan. Kalau dulu partai hebat dinilai dari dana kampanye, dari 
banyaknya kaus dan spanduk, kini partai hebat itu yang bisa memberikan semua 
kebutuhan rakyat.

      Eep mengatakan, Golkar akan mengulang sukses bila berhasil keluar dari 
situasi defensif yang dilakukan Partai Demokrat dan situasi ofensif yang 
dilakukan PDI Perjuangan. ''Golkar tidak bisa mengklaim keberhasilan pemerintah 
karena pasti milik presiden, sementara Golkar tidak bisa ofensif seperti PDIP 
karena ketua umumnya wakil presiden. Ini simalakama,'' katanya. (NEO)  

Kirim email ke