Ah...jadi lucu ingat slogan SBY dan DEMOKRAT jaman dulu
   
  'Berilah kami kesempatan..'
   
  Anda sudah diberikan kesempatan..tapi apakah anda memberikan kesempatan?
   
  Ketika ratusan orang didaerah sumur lapindo berteriak2 menuntut hak mereka 
yang hilang karena kecerobohan perusahaan Mereka sibuk menangkal di tataran 
pemerintahan
   
  Ketika mereka datang kejakarta, Yusuf kalla lebih pintar..menerima mereka 
duluan dan memberikan janji2 kosong
   
  SBY pun jelas tak mau kalah...langsung lah ia menerima mereka...meniru 
cara-cara yusuf kala namun ditambah adegan 'menitikan air mata'' sambil tidak 
lupa merapalkan mantra2 kosong penyejuk kalbu sebagai upah datang bertemu 
PRESIDEN
   
  Hingga saat ini, mereka masih bersinetron...dengan pura2 marah....tapi jelas 
mereka TIDAK PEDULI 100%...buat apa? 
   
  TOH PEMILU SUDAH DEKAT!
   
  Betulkah Bakrie bangkrut?
   
  Kalau ya, maka SBY sudah menendangnya dari KABINET dan menjadikannya BATU 
LONCATAN untuk memenangi PEMILU!
   
  Apa yang kamu tanam itu yang kamu petik!
   
  Sunny <am...@tele2.se> wrote:
            Jawa Pos
    [ Jum'at, 12 Desember 2008 ] 
   
   
  Harta Bakrie Menguap Hampir 90 Persen 
  
  Dari Orang Terkaya, Kini Nomor Sembilan 
  

JAKARTA - Aburizal Bakrie kini bukan lagi orang paling kaya di negeri ini. 
Merujuk laporan terbaru majalah bisnis Forbes Asia, Menko Kesra Kabinet 
Indonesia Bersatu itu terlempar dari peringkat satu ke posisi sembilan daftar 
orang terkaya di Indonesia. Harta Bakrie menguap hampir 90 persen akibat 
turbulensi pasar finansial.

Saat ini kekayaan Bakrie tercatat tinggal USD 850 juta (Rp 9,35 triliun). Tahun 
lalu Bakrie, yang menjadi orang pribumi pertama paling kaya di tanah air, masih 
punya harta USD 5,4 miliar (Rp 59,4 triliun). Kemerosotan kekayaan itu adalah 
yang terbesar dalam daftar yang dirilis Forbes Asia tahun ini.

Ical -sapaan karib Aburizal Bakrie- tak menyangkal bahwa krisis finansial telah 
menggerogoti kekayaannya. Secara terbuka dia juga mengakui bukan lagi menjadi 
orang terkaya di Indonesia. ''Pokoknya, sekarang di bawah sekali,'' kata Ical 
kepada wartawan di Jakarta kemarin (11/12).

Dia menyebut, lebih dari 90 persen kekayaannya menyusut tajam sejalan dengan 
merosotnya harga saham. ''Ya, masih ada sekitar 10 persen,'' ujarnya. 

Mengenai kepemilikan saham di PT Bumi Resources Tbk -tambang uang utama 
Bakrie-, dia menyebut masih punya meski dalam skala kecil. ''Masih ada, tapi 
kecil. Nggak dihabisin semua,'' tambahnya seraya tersenyum.

Perjalanan bisnis keluarga Bakrie memang mengalami pasang surut. Pada 2007, 
kekayaan Bakrie melonjak lebih dari empat kali lipat dalam tempo setahun. 

Harta Bakrie berlipat ganda dari lonjakan harga saham PT Bumi Resources Tbk. 
Harga saham perusahaan batu bara terbesar di tanah air itu melesat dari Rp 
800-an menjadi Rp 6.000-an per lembar.

Bahkan, pada pertengahan 2008 harga saham Bumi sempat nangkring di Rp 8.500 per 
lembar. Namun, akibat terlalu agresif menumpuk utang, harga saham Grup Bakrie 
langsung tumbang dihantam krisis global. Saat ini harga saham Bumi tinggal Rp 
1.000 per lembar dan Bakrie dililit utang USD 1,3 miliar (Rp 14,3 triliun). 
Untuk menutupi utang-utangnya, Bakrie dengan terpaksa melepas saham-sahamnya.

Dalam laporan Forbes Asia, Sukanto Tanoto yang pernah bertengger di puncak pada 
2006, tahun ini mendapatkan kembali titelnya. Kekayaan bersih bos Raja Garuda 
Mas (RGM) itu mencapai USD 2 miliar (Rp 22 triliun). Meski menjadi orang 
terkaya, harta taipan kertas dan sawit itu sebenarnya juga anjlok 57 persen 
dibanding tahun lalu yang masih USD 4,7 miliar (Rp 51,7 triliun).

Secara rinci, Forbes menyebut kekayaan neto konglomerat Indonesia merosot 
drastis daripada tahun sebelumnya. Hal itu akibat terjunnya harga saham, 
merosotnya harga komoditas, dan lemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Total 
kekayaan bersih 40 orang paling tajir di Indonesia kini hanya USD 21 miliar 
atau drop separo ketimbang tahun lalu yang mencapai USD 40 miliar.

Di antara sekian banyak konglomerat yang hartanya menguap, Forbes mencatat ada 
beberapa pengusaha yang asetnya melesat. Antara lain bos Grup Para yang juga 
pemilik Trans TV Chairul Tanjung. Kekayaan Chairul Tanjung meningkat drastis 
dari USD 450 juta (Rp 4,95 triliun) pada 2007 menjadi USD 650 juta (Rp 7,15 
triliun) tahun ini. Angka itu menempatkan Chairul Tanjung di posisi 13.

Habiskan Rp 4,5 T 

Di bagian lain, Ical menyatakan telah berusaha maksimal demi menuntaskan 
pembayaran ganti rugi terhadap korban lumpur Lapindo Brantas. Bahkan, dia 
sampai menggunakan uang keluarga. ''Karena Lapindo Brantas sudah tidak bisa 
lagi menghasilkan uang,'' ungkapnya.

Selaku kepala keluarga, dia sendiri yang mengambil keputusan untuk membayar 
ganti rugi dengan uang hasil usaha Grup Bakrie. Sejak 2006 hingga kini, uang 
keluarga Bakrie telah tersedot Rp 4,5 triliun untuk mengganti kerugian korban 
Lapindo.

''Itu (ganti rugi) bukan uang Lapindo. Keluarga yang menanggung itu semua. 
Karena saya sebagai pemimpin keluarga Bakrie, teringat pesan Ibu yang 
mengatakan, salah atau benar, berilah keuntungan yang kalian punya untuk yang 
membutuhkan,'' ujar Ical.

Triliunan rupiah yang telah digelontorkan tersebut merupakan keputusan keluarga 
secara utuh. Jika dikalkulasi secara detail, uang ganti rugi Grup Bakrie kepada 
warga Sidoarjo jumlahnya bervariasi. Yakni, antara Rp 150 juta hingga Rp 6,5 
miliar untuk tanah dan rumah mereka yang terendam lumpur. ''Tapi, karena 
perusahaan tidak boleh memiliki tanah dan gedung, hak miliknya tetap 
pemerintah. Lapindo hanya punya hak guna,'' ujarnya.

Bahkan, sampai saat ini setiap bulan keluarga Bakrie harus menyisihkan sebagian 
keuangan mereka untuk menanggung kerugian luapan lumpur Lapindo. Dia mengaku 
mengucurkan Rp 100 miliar sampai Rp 200 miliar setiap bulan. Pengeluaran tetap 
itu akan terus dianggarkan hingga tiga tahun mendatang. ''Keluarga kami masih 
harus mengeluarkan dana Rp 1,5 triliun-Rp 2,5 triliun hingga pembayaran 
tuntas,'' paparnya.

Pekan lalu negosiasi antara perwakilan Bakrie dan pemerintah diputuskan agar 
pembayaran ganti rugi 80 persen diselesaikan dengan cara mencicil Rp 30 juta 
per bulan. Ketika itu Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meminta pihak 
korban dapat menerima secara terbuka. Pertimbangannya, perusahaan Bakrie tidak 
mampu membayar tunai kekurangan 80 persen kepada korban Lapindo.

Sementara itu, korban lumpur Lapindo tak bosan-bosan mendatangi ibu kota. 
Setelah awal Desember lalu warga yang desanya masuk dalam peta berdampak sesuai 
kesepakatan 22 Maret 2006 mendatangi Jakarta, kali ini giliran mereka yang 
desanya belum masuk peta. Mereka selama ini merasa hak-haknya diabaikan.

''Saya sebagai petani tambak tak bisa produksi udang dan bandeng lagi karena 
tambak saya dan 865 hektare yang lain tercemar,'' ujar Mundir D.I., warga Desa 
Permisan, dalam jumpa pers di kantor Kontras kemarin (11/12).

Menurut dia, peta terdampak yang dibuat pada 22 Maret itu hanyalah akal-akalan 
Lapindo untuk mengurangi tanggung jawab. ''Saya juga gagal panen,'' ungkap M. 
Irsyad dari Desa Besuki Timur. (Reuters/zul/naz/agm

  

                           

       

Kirim email ke