Kalo ada peningkatan jumlah mahasiswa sains, lalu apa masa depan yang akan diberi oleh negara? Orang2 sains tentunya memiliki passion dalam bidang sains. MEreka akan berjingkrak2 jika diberi dana tak terbatas untuk melakukan berbagai percobaan. MEreka akan menari2 jika diberi laboratorium super canggih.
RI masih menyediakan sarana dan prasarana yg gegap gempita hanya untuk politikus, penjahat kerah putih, fpi dan fbr, dan banyak orang goblok lainnya. Bukan scientis. --- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Refleksi: . Mahasiswa sains ilmu duniawi al Kafirum tentunya berkekurangan karena tidak dibutukan di dunia seberang! > > Koran Tempo > > Edisi 04 November 2008 > > Indonesia Kekurangan Mahasiswa Sains > > > JAKARTA -- Indonesia masih kekurangan mahasiswa yang memilih bidang studi sains. Saat ini, kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, dari sekitar 4,3 juta jumlah mahasiswa di seluruh Indonesia, hanya 5 persen atau sekitar 215 ribu orang mahasiswa yang mengambil jurusan sains. > > Kurangnya peminat jurusan sains, Fasli menambahkan, juga terlihat dari hasil ujian masuk perguruan tinggi. Biasanya pendaftar jurusan sains jauh di bawah kapasitas yang disediakan oleh perguruan tinggi. "Hanya beberapa perguruan tinggi yang memang kapasitasnya terpenuhi," katanya. > > "Padahal, untuk mengembangkan daya saing bangsa di bidang sains, Indonesia butuh minimal 10 persen mahasiswa sains," kata dia setelah membuka Olimpiade Sains Nasional Tingkat Perguruan Tinggi Se-Indonesia 2008 di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok kemarin. > > Kemampuan sains pelajar Indonesia, ia melanjutkan, masih tergolong rendah karena terbatas pada hafalan, bukan menganalisis soal. Fakta itu terlihat dari hasil tes Program for International Student Assessment 2003 terhadap siswa kelas II sekolah menengah pertama di 58 negara yang menguji kemampuan berpikir anak-anak. > > "Hasilnya, pelajar Indonesia masih berada pada level 1-4 tingkat kecanggihan berpikir, yang artinya hanya sebatas menghafal," ujarnya. Itu juga berarti, pada bidang sains, pelajar Indonesia masih belum bisa mengaitkan sebuah teori untuk memecahkan masalah sehari-hari. > > "Fakta itu juga membuktikan bahwa pelajaran sains belum diajarkan secara kontekstual sehingga belum menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi anak," dia menambahkan. Untuk itu, kata Fasli, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif, aktif, dan menyenangkan. Departemen Pendidikan, ujarnya, akan meningkatkan kualitas guru sains dengan memberikan beasiswa. REH ATEMALEM SUSANTI >