Suciwati, istri Munir, tetap

                gigih mengenai kasus Muchdi



Seperti yang sudah diperkirakan oleh banyak orang, sekarang ternyatalah
bahwa kasus pembebasan mantan Mayor Jenderal Muchdi (mantan pimpinan BIN dan
komandan Kopassus, yang juga Wakil Ketua Umum partai Gerindra) sedang terus
mengundang banyak reaksi keras dari berbagai kalangan di Indonesia, bahkan
juga di luar negeri. Berikut adalah reaksi Suciwati, istri Munir, sebagai
bahan pelengkap dari tulisan “Muchdi mantan pimpinan BIN dibebaskan dari
kasus Munir” yang disiarkan juga dalam website
http://kontak.club.fr/index.htm.



Dari Tempo Interaktif, 5 Januari  2009



« PUTUSAN hakim terhadap Muchdi Purwoprandjono, Rabu pekan lalu, membuat
Suciwati, 37 tahun, syok. Muchdi, tersangka pembunuh suaminya, dibebaskan
hakim. ”Saya sakit hati,” ujarnya. ”Tapi saya harus rasional, tidak boleh
emosional.”

Kendati sejak awal Suciwati menyatakan sudah sangsi terhadap para hakim yang
mengadili kasus suaminya, ia tetap berharap mereka akan menghukum Muchdi.
Sjumlah fakta menyiratkan kaitan Muchdi dengan Pollycarpus, pilot yang
meracun suaminya dan kini diganjar 20 tahun penjara. Ia percaya, Pollycarpus
sekadar eksekutor, bukan otak pelaku.

Tidak hanya menemui Presiden Yudhoyono, ia juga meminta bantuan parlemen
sejumlah negara asing, antara lain Amerika Serikat, Australia, dan Kanada,
untuk mendesak pemerintah Indonesia serius mengungkap kematian suaminya. Ia
juga pernah berbicara di depan Komisi Hak Asasi Manusia PBB tentang tewasnya
Munir dan lambannya pengusutan kasus Munir.

Rabu pekan lalu, di kantor Kontras, lembaga yang didirikan almarhum
suaminya, ia menerima wartawan Tempo Munawwaroh untuk wawancara. ”Nanti
setelah sampai di rumah saya akan bercerita kepada anak-anak, Muchdi
dibebaskan. Perjalanan masih panjang,” ujar ibu dua anak, Alif Allende, 9
tahun, dan Diva Suukyi, 5 tahun, ini.



Apa pendapat Anda tentang putusan hakim yang membebaskan Muchdi?

Saya melihat ada ketidakseimbangan fakta yang dimunculkan. Dalam beberapa
hal, pertimbangan dari fakta yang diambil justru dari pihak mereka (Muchdi),
bukan dari pihak kami.

Banyak fakta yang tidak di-highlight oleh hakim, misalnya keterangan Indra
Setiawan (Direktur Utama Garuda), yang menjelaskan ada keterkaitan antara
Pollycarpus dan Muchdi dalam pembuatan surat untuk Indra. Demikian pula
keterangan Budi Santoso (agen Badan Intelijen Negara). Bahkan keterangan
saksi saya yang sebenarnya sangat krusial, yakni saya dan Munir mendapat
ancaman untuk diculik, juga tidak dimasukkan.



Anda sudah merasa hasil putusan itu akan seperti ini?

Sejak awal saya sudah merasa. Kredibilitas Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
itu kan buruk. Sejak awal kami melihat, aduh, Jakarta Selatan. Kemudian
hakimnya, aduh, hakim-hakim ini lagi. Ada yang memenangkan kasus Tommy
Soeharto, atau menolak gugatan praperadilan penghentian kasus Soeharto.
Hakim seperti inilah yang memegang kasus Munir…



Tapi Anda tetap optimistis ketika mengetahui siapa hakim yang mengadili
Muchdi itu?

Ya, saya harus menjaga harapan saya. Saya yakin, semua orang mempunyai
kesempatan untuk berubah. Mungkin dalam kasus lain begitu. Tapi, untuk kasus
Munir, karena mendapat sorotan internasional dan seluruh bangsa Indonesia,
mereka akan hati-hati. Tapi ternyata tidak.



Putusan sudah jatuh. Apa yang akan Anda lakukan kini?

Saya merasa tidak sendiri. Saya tetap akan memperjuangkan kebenaran kasus
ini. Banyak yang mendukung apa yang saya lakukan secara riil: datang ke
pengadilan, ikut berpanas-panasan di depan Istana Presiden, dan menyatakan
akan tetap mendukung apa pun yang terjadi. Itu asupan energi agar saya tidak
menyerah.



Anda melihat ada tekanan terhadap hakim sehingga putusannya seperti itu?

Kita bisa melihat sendiri, hari ini (para pendukung Muchdi) menguasai
pengadilan.



Anda tetap yakin, atasan Muchdi di BIN saat itu, Hendropriyono, terlibat
kasus ini?

Ya, sejak awal kami melihat fakta. Patma (agen BIN) memberikan kesaksian
bahwa dia pernah disuruh membunuh Munir lewat Deputi II dan Deputi IV.
Kemudian Pollycarpus dihukum karena melakukan pembunuhan berencana. Kita
bisa melihat kenapa Pollycarpus bisa jadi aviation security? Itu karena
permintaan BIN. Kemudian ada surat yang ditandatangani Wakil Kepala BIN.
Semua ini menunjukkan perlu jabatan yang lebih tinggi, mengingat
deputi-deputi itu kan kompartemen. Mereka tak mungkin berkoordinasi untuk
melakukan satu perintah, kecuali yang memerintah orang nomor satu.

(Dalam wawacara dengan Tempo pada Juli lalu, Hendropriyono membantah ada
operasi BIN untuk membunuh Munir. ”Dia bukan tipe orang yang membahayakan
negara,” kata Hendro).



Dengan bebasnya Muchdi, berarti dalam kasus ini Pollycarpus dikorbankan?

Tidak, dia itu eksekutor saja. Sejak awal kami tahu. Persoalannya, hakimnya
dan pengadilannya tak kredibel.



Yang pasti, jaksa kan meminta kasasi?

Ya, ini juga kami monitor, apakah dilakukan dengan benar atau tidak. Jaksa
memang bilang kasasi, tapi bisa saja kan luput dari kami.



Pihak Muchdi menyatakan akan menggugat pihak yang mencemarkan namanya,
termasuk Anda.

Silakan saja, ini negara hukum, ada prosesnya. Buat saya, itu untuk
mengalihkan isu saja. Kami akan tetap fokus, bagaimana cara mengungkap kasus
ini. Itu saja.



Anda masih optimistis, kasus ini akan bisa terungkap hingga ke otak
pelakunya?

Ya, itu tadi, nyala harapan itu harus dijaga. Kalau nyala itu mati, ya
sudah, saya tidak tahu lagi. Sekarang saya sedang menjaganya. » Demikian
Suciwati kepada Tempo



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.2/1874 - Release Date: 04/01/2009
16:32

Kirim email ke