wah..... wah...... wah.........
Rupanya orang Islam sebentar lagi akan memiliki Pahlawan baru...........
ribuan orang simpatisan Amrozi cs berdatangan memberikan dukungan bagi ketiga 
teroris tersebut, yang menurut umat islam adalah pahlawan. ribuan orang 
tersebut berasal dari FPI dan FUI, entah apa sebenarnya maksud sesungguhnya 
dari mereka, sebab selama ini mereka tampaknya sangat suka jika tampil di media 
massa.

mungkinkah aksi simpati mereka terhadap keluarga amrozi benar benar adalah 
dukungan mereka atau mereka (FPI dan FUI) hanya parasit yang memanfaatkan 
moment ingin tampil di media massa, seperti diketahui bahwa saat ini pusat 
perhatian media massa sedang tertuju kepada ketiga teroris tersebut, hal ini 
dibuktikan dengan kehadiran para wartawan baik wartawan lokal maupun 
internasional di tiga titik berbeda, yaitu cilacap, lamongan dan serang.

kalau memang benar kehadiran mereka (FPI dan FUI) adalah murni untuk memberikan 
dukugan pada tiga teroris, artinya pemerintah harus mulai lebih intensif 
melakukan pengawasan pada mereka, sebab bagaimanapun juga orang yang mendukung 
teroris, secara tidak langsung pastilah memiliki sifat seperti layaknya orang 
yang didukungnya.

dan kalau mereka datang hanya ingin tampil di media massa berkedok dukungan 
membuktikan bahwa mereka sebenarnya adalah orang orang yang haus akan perhatian.




________________________________
Dari: Sunny <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Terkirim: Minggu, 9 November, 2008 10:14:58
Topik: [zamanku] Eksekusi Trio Teroris Bom Bali Tertunda Hujan


Refleksi. Senapan buatan Pindat kena air bujan bisa bengkok jadi kalau 
tembak tidak kenal sasarannya, begitupun kalau panas terik tidak baik, mau 
dilakukan  malam hari lampu mati. Jadi...?
 
-----
Jawa Pos
 
 
[ Sabtu, 08 November 2008 ] 
 
Eksekusi Trio 
Teroris Bom Bali Tertunda Hujan 
 
CILACAP - Butuh keberanian ekstra 
bagi pihak berwenang untuk mengeksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali 
-Amrozi, Ali Ghufron (Mukhlas), dan Imam Samudra. Rencana eksekusi yang sudah 
disusun matang tadi malam akhirnya kembali harus tertunda karena alasan sepele. 
Ironisnya, penundaan dilakukan hanya beberapa jam dari waktu yang telah 
direncanakan.

Seharian kemarin seluruh pihak yang berkepentingan dengan 
eksekusi ketiganya sudah siap. Pagi sekitar pukul 07.00 Direktur Upaya Hukum 
Eksekusi dan Eksaminasi pada JAM Pidum Kejagung B.D. Nainggolan sudah berangkat 
ke Cilacap. Kejagung juga sudah menyiapkan personel untuk menyampaikan siaran 
pers setelah eksekusi. Para awak media juga sudah memenuhi gedung Kejagung, 
lengkap dengan kru televisi yang siap siaran langsung. Namun, sekitar pukul 
20.00, ada kabar bahwa eksekusi ditunda hingga malam ini.

Di Lapas 
Nusakambangan, persiapan tak kalah sibuk. Sejak kemarin dini hari handphone 
sipir dirazia.. Para nelayan juga dilarang melaut sejak sehari 
sebelumnya. Begitu pula pasukan Brimob yang bertugas mengeksekusi terpidana 
kemarin siang sudah masuk Nusakambangan, lengkap dengan perlengkapannya. 

Ikut repot adalah keluarga terpidana. Di Tenggulun, Lamongan, kampung 
halaman Amrozi dan Mukhlas, persiapan penyambutan jenazah secara besar-besaran 
telah dilakukan dengan membentuk panitia khusus. Paginya, petugas dari kejari, 
polres, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mendatangi rumah Tariyem, 
ibu 
Amrozi dan Mukhlas, untuk memberitahukan pelaksanaan eksekusi.

Namun, 
semua persiapan itu buyar ketika kawasan Nusakambangan diguyur hujan deras tadi 
malam. Dua malam terakhir di kawasan itu selalu turun hujan deras disertai 
angin 
kencang.

''Karena itu, tim eksekutor yang awalnya sudah diplot langsung 
ke Nirbaya (lokasi eksekusi, Red), begitu datang tadi (kemarin, Red) harus 
melakukan geladi bersih pagi ini,'' ujar sumber Jawa Pos.

Situasi 
lokasi eksekusi memang ekstrem karena tidak berada di lapangan tanah datar yang 
setiap saat dirawat dan dipangkas rumputnya. Seperti diberitakan (Jawa 
Pos, 2/11), untuk sampai ke lokasi itu kendaraan harus mengoper ke gigi satu 
melewati perbukitan menanjak yang berada persis di depan wisma tamu Wismasari 
yang kini dijadikan markas empat kompi Brimob. Jalanan itu hanya selebar truk 
dalmas polisi dan tak mungkin untuk bersisipan. 

Masalahnya, tak semua 
akses itu beraspal mulus, tetapi masih didominasi jalan berbatu dan berlumpur. 
Apalagi jika hujan tiba seperti dua hari belakangan ini. Ban truk bisa selip 
jika dipaksakan. Lokasi eksekusi yang sebenarnya telah siap sejak Rabu lalu 
(5/11) itu umumnya berupa padang ilalang yang sebagian telah dibuka menjadi 
kebun jeruk. Ada sebuah gubuk kecil yang digunakan penggarap jeruk 
beristirahat. 
''Ini force majeure. Bukan di kota, Bung,'' tambahnya.

Persiapan 
terhadap eksekusi sebenarnya dimulai sejak pukul 14.00 kemarin (7/11). Itu 
terjadi saat dua truk polisi bernopol 2093 IX dan 2099 IX berisi sekitar 100 
personel Brimob datang dari Purwokerto. Mereka itulah penembak jitu yang selama 
ini dilatih untuk melaksanakan eksekusi di lapangan tembak Sekolah Polisi 
Negara 
(SPN) Purwokerto. Selain kedua truk tersebut, sebuah truk yang berisi 
perlengkapan eksekusi, seperti lighting bernopol R 8481 L juga 
diberangkatkan. Ketiga kendaraan tersebut menyeberang ke Nusakambangan sekitar 
pukul 14.30.

Bukan hanya itu. Perkembangan terakhir, jalur komunikasi GSM 
ke arah Nusakambangan di-jammed.. Harapannya, tak ada informasi yang 
bocor. Siapa pun yang masuk Nusakambangan, kecuali perwira dan pejabat tinggi, 
harus rela meninggalkan ponselnya, termasuk anggota Brimob. 

Hal yang 
sama juga berlaku bagi sipir yang bekerja di Nusakambangan yang diminta untuk 
menyerahkan ponselnya sebelum memasuki pulau yang bisa diseberangi dengan 
perahu 
compreng selama 10 menit itu. Hingga pukul 17.00, satu unit helikopter juga 
telah standby di helipad belakang Lapas Batu. 

Sementara Amrozi 
dkk yang sejak Jumat pekan lalu (31/10) telah diisolasi, menurut sumber koran 
ini, tidak diperbolehkan untuk mengikuti salat Jumat bersama-sama dengan jamaah 
lain di Masjid At-taubah. Mereka salat Jumat di tempat khusus bersama sipir dan 
keluarga sipir.

Saat dikonfirmasikan ke koordinator khatib salat Jumat di 
Nusakambangan KH Sahlan Nasir sesudah turun dari Nusakambangan, dia menjawab 
diplomatis. ''Tentu umat Islam wajib mengikuti salat Jumat. Namun, saya tidak 
tahu karena saya tidak (jadi imam) salat Jumat di Lapas Batu, melainkan di 
Lapas 
Pasar Putih,'' tutur Sahlan.

Dari Jakarta dilaporkan, petugas sebenarnya 
telah membuat jadwal eksekusi.. Waktunya antara tadi malam pukul 23.00 hingga 
01.00 dini hari tadi.

Kejaksaan Agung juga mengakui persiapan 
eksekusi sudah matang. "Perintah dari pimpinan sudah ada. Tinggal 
pelaksanaannya 
di lapangan," kata Wakil Jaksa Agung Muchtar Arifin usai salat Jumat di masjid 
Baitul Adli, Kejagung, kemarin (7/11). Namun Muchtar bungkam tentang waktu 
pasti 
eksekusi. "Tunggu saja jam per jam dan harinya," kilahnya.

Di 
bagian lain, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa kemarin menyatakan belum 
menerima surat dari keluarga Amrozi. Surat kepada presiden, apalagi melalui 
pos, 
kata Hatta, pasti akan dikirm melalui sekretariat negara. ''Saya belum terima 
suratnya. Meja saya clean desk,'' kata Hatta di Istana Negara kemarin 
(7/11).

Karena belum menerima surat dari keluarga Amrozi, Hatta 
menyatakan tidak bisa memberikan komentar. ''Saya tidak bisa merespon sesuatu 
yang belum saya baca, belum saya terima. Apalagi bapak presiden,'' kata 
Hatta.

Sementara itu, kemarin, Tim Pembela Muslim (TPM) mendatangi Komisi 
III DPR untuk menyampaikan protes. Mereka meminta eksekusi Amrozi cs ditunda. 
Rombongan ini diterima anggota Komisi III Nur Syamsi Nurlan dari PBB (Partai 
Bulan Bintang).

''Kami minta penundaan eksekusi. Soalnya, masih ada yang 
meragukan Amrozi cs sebagai pelaku (tunggal, Red) bom Bali. Apalagi, ada 
perhatian dari lembaga amnesti internasional yang juga menyatakan keraguannya, 
'' 
kata Koordinator TPM Achmad Michdan.

Pengacara TPM lain, Mahendra Data, 
meminta DPR, khususnya Komisi III, untuk mendesak Kejaksaan agar konsisten 
dengan aturan perundang-undangan. Salah satunya mengenai grasi. 

Mahendra 
mengakui Amrozi cs memang sudah menolak untuk mengajukan grasi. Namun, UU 
No.22/2002 tentang Grasi memberi hak pengajuan grasi tidak hanya kepada 
terpidana, tetapi beberapa orang lainnya.

''Orang lain ini pengertiannya 
keluarga. Keluarga ini juga tidak satu saja. Bisa saudara kandung atau orang 
tua 
kandung,'' tegasnya. Faktanya, lanjut dia, keluarga Amrozi baru saja mengirim 
surat kepada Presiden SBY. ''Presiden yang harus menyampaikan apa isinya,'' 
ujar 
Mahendra. (ano/naz/fal/ tom/pri/nw    


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke