kasihan ya..
banyak yang belum sanggup menatap kebenaran.
banyak yang ga sanggup dikritik.
semoga kebenaran tetap menang.


--- Dom 17/5/09, MGR <indun...@yahoo.com> ha scritto:

Da: MGR <indun...@yahoo.com>
Oggetto: [zamanku] Download Buku "Ilusi Negara Islam"
A: islamlibe...@yahoogroups.com
Data: Domenica 17 maggio 2009, 22:08











    
            
            


      
      Salam,

Kami baru menerima berita dari Mas Ahmad Suaedy Direktur the Wahid Institute, 
toko-toko yang menjual buku "Ilusi Negara Islam" diteror: akan diserbu, dibakar 
melalui telepon-telepon tak dikenal. 

Di Gramedia pun buku ini belum sempat beredar. Anda mungkin akan kesulitan 
mendapatkan buku ini di pasaran. Syukur alhamdulillah, melalui jasa internet, 
pembredelan dan ancaman untuk sebuah karya tidak akan berhasil sempurna. Kini 
bagi siapa pun yang ingin membaca buku ini silakan mengunduhnya (download) 
melalui alamat berikut:

http://www.bhinneka tunggalika. org/galeri. html

-------

Untuk berita peluncuran buku ini Sabtu malam: http://oase. kompas.com/ 
read/xml/ 2009/05/17/ 15241171/ ilusi.negara. islam.diperbanya k.di.empat. 
negara


-----

Pers Release Peluncuran buku dan dvd
الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمورالدنيا والدين

والصلاة والسلام على أشرف الأنبيآء والمرسلين سيدنا مجمد وعلى أله وأصحابه ومن 
تبعهم بإحسان الى يوم الدين ، اما بعد



The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan The Maarif Institute





Tokoh Islam Moderat Meluncurkan Buku--"Ilusi Negara Islam: Ekspansi
Gerakan Islam Transnasional di Indonesia," dan dan Seri
TV/Video--"Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin," untuk
Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin



Jakarta, 16 Mei 2009





JAKARTA, INDONESIA (16 Mei 2009)—Tiga tokoh besar Islam moderat
meluncurkan buku dan seri video untuk melestarikan tradisi dan budaya
bangsa Indonesia yang santun dan toleran berdasarkan nilai-nilai luhur
agama, serta mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Program
ini juga bertujuan membantu dunia mengatasi krisis kesalahpahaman
tentang agama dan kesalahkaprahan pengamalannya yang mengancam
kedamaian di mana-mana.



Mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama
mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya),
dan tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus),
bersama-sama mengajak dan berusaha mengilhami masyarakat dan para elit
untuk bersikap terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa
memahami agama secara spiritual dan mendalam. Karena dengan cara
demikian pemahaman agama kelompok garis keras yang dangkal dan sempit
tidak akan bisa menginfiltrasi dan menghasut bangsa Indonesia untuk
mengkhianati nilai-nilai luhur ajaran agama serta tradisi dan budaya
bangsanya.



“Saya tidak khawatir terhadap non-Muslim atau siapa pun selama mereka
terus belajar; yang saya khawatirkan adalah ketika seseorang berhenti
belajar dan menganggap kebenaran sudah ada di tangannya dan kemudian
menganggap yang lain salah. Sebab, sabda Nabi saw., ‘Orang akan tetap
baik-baik saja, tetap pandai selama mau belajar. Ketika orang itu
berhenti belajar karena sudah merasa pandai, mulailah dia bodoh’,” (Gus
Mus).



Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi
salah satu medan pertarungan ideologi yang signifikan.
Kelompok-kelompok garis keras telah menggunakan simbol-simbol agama
untuk merekrut dukungan umat Islam. Dengan menggunakan bahasa yang sama
dengan umat Islam pada umumnya, mereka berusaha meraih dukungan atas
nama agama sebanyak-banyaknya. Padahal, makna yang mereka pahami jauh
berbeda dari makna yang lazim dipahami oleh umat Islam Indonesia.



Ketiga tokoh ini menegaskan pentingnya melestarikan Pancasila, UUD
1945, dan NKRI, serta nilai-nilai luhur agama yang menjiwai bangunan
bangsa dan negara Indonesia, yang kini dibayang-bayangi oleh infiltrasi
paham dan aksi-aksi gerakan transnasional yang meresahkan. Demi tujuan
ini, mereka menyerukan persatuan dan kerjasama semua pihak dan lapisan
masyarakat, karena kebenaran yang tidak terorganisai bisa dikalahkan
oleh kejahatan maupun kezhaliman yang terorganisasi.



The Wahid Institute, Maarif Institute, dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika
bersama-sama menerbitkan buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan
Islam Transnasional di Indonesia, yang merupakan hasil penelitian
lapangan dan konsultasi selama lebih dari dua tahun. Penelitian
lapangan yang meliputi 24 kabupaten di 17 propinsi ini melibatkan tak
kurang dari 30 peneliti yang kebanyakan berasal dari jaringan UIN/IAIN.
Mereka telah melakukan wawancara mendalam terhadap 591 responden yang
berasal dari 58 kelompok dan organisasi yang berbeda.



Buku ini juga dilengkapi dengan hasil konsultasi dengan para ulama,
intelektual, aktivis ormas Islam, para pengusaha, praktisi pendidikan,
dan pejabat pemerintahan yang merasa prihatin dengan perkembangan
gerakan Islam transnasional di Indonesia. Penelitian lapangan dan
konsultasi dengan para tokoh ini berhasil mengungkap asal-usul,
ideologi, agenda, dana, sistem, dan jaringan gerakan Islam
transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Di samping rekomendasi
untuk menghadapi dan mengatasi gerakan garis keras, buku ini juga
menyajikan counter teologis atas klaim-klaim telogis mereka.



“Studi ini kami lakukan dan publikasikan untuk mengbangkitkan kesadaran
seluruh komponen bangsa, khususnya para elit dan media masa, tentang
bahaya ideologi dan paham garis keras yang dibawa ke Tanah Air oleh
gerakan transnasional Timur Tengah dan tumbuh seperti jamur di musim
hujan dalam era reformasi kita,” tulis KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).



“Buku ini adalah salah satu buku yang bisa menggugah kesadaran kita,”
kata Prof. Dr. A. Syafii Maarif, yang juga merupakan salah seorang
narasumber dan penasehat seri televisi Lautan Wahyu.



Sedangkan seri video Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin
adalah hasil interview dengan para ulama dan intelektual dalam dan luar
negeri mengenai beberapa aspek ajaran Islam, terutama yang selama ini
telah dipahami dan dipraktikkan secara salah kaprah. Seri Lautan Wahyu
ini diharapkan bisa membuka pikiran dan hati serta memperluas wawasan
tentang ajaran Islam, agar tujuan utama Kanjeng Nabi Muhammad saw.
diutus, yakni sebagai wujud kasih-sayang Tuhan bagi seluruh makhluk
yang akhir-akhir ini seperti dibantah oleh aksi-aksi beberapa kelompok
umat Islam sendiri, bisa terwujud sebagaimana mestinya.



“Pesan al-Qur’an memang luar biasa, sebesar kesadaran manusia sendiri.
Kalau kesadaran manusianya barbarian, apalagi (al-Qur’an) hanya dibaca
untuk pembenaran berkelahi,” ungkap Moeslim Abdurrahman, maka Islam
tidak akan bisa menjadi rahmat bagi seluruh makhluk-Nya. Dan, “Setiap
dakwah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Qur’an (hikmah,
peringatan yang baik, perdebatan yang lebih baik), adalah dakwah yang
salah. Para ulama dan intelektual wajib mengingatkan pelaku dakwah yang
demikian, dan jika mereka menolak maka pemerintah wajib menangkap dan
menghukum mereka sesuai dengan aturan yang berlaku,” jelas Syeikh
al-Akbar al-Azhar, Dr. Muhammad Sayid Thanthawi, salah seorang
narasumber dan penasehat program Lautan Wahyu.



Buku dan seri TV/video ini menegaskan pentingnya melestarikan
nilai-nilai luhur agama, tradisi dan budaya bangsa yang santun serta
toleran, dan sekaligus menyajikan counter teologis atas idiom-idiom dan
term-term keagamaan yang selama ini sering digunakan oleh gerakan
extremis transnasional untuk merekrut simpati dan dukungan dari umat
Islam, seperti dakwah, amar ma‘rûf nahy munkar, Khilafah Islamiyah, dan
lain-lain. Secara khusus, dalam buku ini juga dilampirkan dokumen SKPP
Muhammadiyah No. 149/Kep/I.0/ B/2006 yang merupakan keputusan untuk
membela diri dari infiltrasi partai politik seperti PKS, dan Keputusan
Majlis Bahtsul Masa’il NU bahwa Khilafah Islamiyah maupun negara Islam
tidak mempunyai rujukan teologis baik di dalam al-Qur’an maupun hadits.
Dokumen-dokumen ini adalah peringatan tegas dan kuat bahwa gerakan
transnasional yang mengancam Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, serta
praktik dan tradisi keberagamaan bangsa Indonesia.



Usaha untuk mengatasai ancaman ini harus dilakukan secara damai dan
bertanggung jawab, khususnya melalui pendidikan dan pembinaan kebebasan
beragama dan berkeyakinan. Maka tanpa mengesampingkan pentingnya
pembangunan ekonomi, pengelolaan pendidikan dan aspek-aspek keagamaan
yang mengutamakan tradisi dan budaya bangsa Indonesia berdasarkan
nilai-nilai luhur agama, dalam jangka panjang merupakan hal yang sangat
penting bagi bangsa Indonesia.



Buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di
Indonesia dalam bentuk e-book dapat diperoleh secara gratis melalui
www.bhinnekatunggal ika.org


        Nama baru untuk Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 

Cepat sebelum diambil orang lain!
 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke