http://antimui.wordpress.com/2008/07/16/siapa-merusak-citra-citra-islamsiapa-merusak-citra-islam/

Oleh Peter Rosler Garcia
Adakah pelaku-pelaku tertentu dari luar negeri yang mau merusak citra
baik Islam dengan merekrut putra-putra Islam menjadi teroris? Siapa
mereka? Untuk membongkar identitas pelaku misterius itu harus dilacak
aliran dana kelompok teroris itu hingga tiba di tangan penerima pelaku
teror setempat di Indonesia. Semua teroris membutuhkan dana besar
untuk membiayai kegiatan mereka. Dengan mengikuti aliran dana yang
mencurigakan, pemerintah Thailand misalnya bisa menangkap Hambali.
Sudah jelas juga, bahwa kelompok teroris harus menggunakan sistem
perbankan internasional. Tetapi di mana terletak sumber-sumber dana
teroris itu?

Negara-negara semacam Irak (dulu), Iran, Suriah sulit sekali bisa
menjadi sumber dana teroris. Mereka ketat diawasi dinas-dinas rahasia
beberapa negara. Aliran dana yang berasal dari negara itu pasti terus
dicurigai. Itu alasannya, sumber dana teroris harus dicari di negara
lain. Satu nama yang berulang kali didengar tentu saja Saudi Arabia.
Warga negara sekutu AS itu menanam modal di mana-mana, termasuk di AS
dan di Jerman, menyimpan dana di mana-mana dan memindahkan dana ke
seluruh dunia secara bebas sekali.

Negara itu cocok juga dari segi lain. Di Saudi Arabia ada banyak
pengikut ekstremisme Islam bernama Wahabisme. Mereka melawan siapa
saja yang tidak mau ikut tafsiran AlQuran mereka, apalagi ”orang
kafir”. Kebanyakan teroris Islam ternama, termasuk Osamah Bin Laden,
datang dari Saudi Arabia. Organisasi-organisasi Wahabi, yang sangat
kaya US-Dollar, hasil ekspor minyak bumi, mengirimkan dana ke seluruh
dunia Islam untuk membangun masjid, pesantren, madrasah dan lain-lain.
Tetapi dolar itu tidak hanya berbau minyak bumi, juga berbau hasutan
darah kerusuhan agama. Sang penerima uang diminta mendukung Syariah
dan mengakhiri toleransi agama. Itu dibuktikan di beberapa negara
Afrika, Asia dan bekas Uni Soviet. Mungkin saja, dengan menerima dana
organisasi-organisasi itu, beberapa masjid dan pesantren di Indonesia
sudah kena ekstremisme Wahabi itu.

Sudah jelas bahwa Saudi Arabia merupakan sarang terorisme paling
berbahaya di dunia. Dengan begitu, Wahabisme-kah yang mau merusakkan
citra baik Islam? Mengapa? Mereka mau benturan antarperadaban Barat
dan Islam? Mengapa AS sampai sekarang mendukung Saudi Arabia? Dan
mengapa AS menyerbu Irak yang punya resim sekuler dan tidak punya
senjata pembunuh massal, dan bukan sumber utama terorisme di dunia,
yaitu Saudi Arabia? Mengapa pemerintah AS melindungi Saudi Arabia yang
nyata-nyata merupakan negara asal pembajak 9/11? Mengapa Washington
merahasiakan bagian laporan Komisi Kongres Penyidik 9/11 yang
membuktikan keterlibatan Saudi Arabia dalam peristiwa berdarah itu?
Begitu banyak pertanyaan – dan tiada jawaban.

Bisa diduga, di sini ada udang di balik batu, tetapi udang berwajah
iblis. Pasti dukungan AS kepada Saudi Arabia punya motif kurang baik.
Mungkin hanya minyak bumi Saudi Arabia yang penting untuk Washington.
Atau peran Saudi Arabia sebagai sarang terorisme lebih menguntung AS
daripada merugikan AS. Apa saja alasannya, pemerintah AS sudah menjadi
pendukung utama sumber terorisme nomor satu di dunia. Walaupun begitu,
yang sangat sulit bisa dibuktikan adalah satu master plan (rencana
strategis) Washington untuk merusakkan citra baik Islam. Pemerintah AS
juga tidak berusaha keras untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel di
Timur Tengah, walaupun konflik itu juga adalah sumber terorisme
internasional yang maha penting. Timbul kesan, pemimpin AS memang
lebih dungu atau lebih culas daripada yang bisa dibayangkan.

Tetapi siapa saja pihak di luar negeri yang mau merusak citra baik
Islam tidak bisa berhasil tanpa dukungan kelompok pelaku di dalam
negeri. Ekstremisme ideologi atau agama adalah tanah paling subur
untuk terorisme. Dan ekstremisme bisa muncul di seluruh partai atau
agama. Sejarah sudah membuktikan bahwa tiada kekecualian satu pun dari
paradigma itu. Juga tiada umat agama apa saja yang bisa menghindarkan
hal itu. Alasannya, umat terdiri dari kaum manusia, dan setiap orang
bisa keliru atau salah memahami hakikat agama. Itulah esensi kaum
manusia. Dialah yang memikirkan bahwa kaum manusia bisa mengerti
hakikat agama tanpa kekeliruan ingin menyamakan orang dengan Allah.
Dan itu satu dosa besar di semua agama.

Dalam sejarah Kristen, misalnya, dari abad ke-12 sampai abad ke-18
terjadi ”Inquisitio”: Kelompok ekstremis Kristen merajalela di 
banyak
wilayah Eropa, melarang ilmu pengetahuan alam, menindas kaum Kristen
liberal, mengusir orang Islam dan Yahudi, membunuh ribuan ”orang
bida’ah”. Tetapi kebanyakan korban itu bukan orang bida’ah 
nyata,
mereka hanya dituduh ”bida’ah” oleh musuh pribadi mereka. Hal 
itu
mirip dengan situasi di Indonesia setelah G30S: Siapa saja bisa
dituduh anggota atau simpatisan PKI. ”Inquisitio” adalah hasil
tafsiran picik kata-kata buku suci yang tidak punya hubungan apa pun
dengan hakikat agama Kristen yang berdasarkan atas cinta kepada orang
lain.

Ekstremis juga ada di antara umat Yahudi. Dalam tahun 1995 mereka
membunuh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Kelompok Yahudi
ortodoks mau mengusir orang Arab dari Palestina dan mengambil alih
semua tanah mereka. Mereka sedang membangun gedung-gedung baru di
tanah orang Palestina, dan mereka bertanggung jawab atas rencana
pemerintah Israel yang mau memasukkan koloni-koloni Yahudi ortodoks di
tanah Palestina ke dalam perlindungan tembok Israel. Mereka merasa
berhak untuk bersikap begitu atas interpretasi agama Yahudi yang hanya
berdasarkan kata-kata tetapi tidak atas inti buku-buku suci Yahudi.

Juga agama Islam tidak bebas dari tafsiran buku-buku suci yang
harafiah. Terkadang di negara Islam, musik, foto dan film dilarang.
Juga, ilmu pengetahuan alam atau sosial didiskriminasikan sebagai
”perbuatan Barat” yang kurang cocok dengan pemikiran Islam. 
Ekstremis
Taliban di Afganistan melanggar kebanyakan hak asasi manusia bangsa
mereka dan meledakkan patung Budha di Bamian, yang menjadi milik
budaya seluruh kaum manusia. Beberapa kelompok Islam, misalnya, Wahabi
di Saudi Arabia, merasa berhak membunuh ”kafir” tanpa 
memperhitungkan
bahwa semua orang adalah sesama manusia. Kelompok ekstremis Al Qaeda
sudah mengotori citra baik agama Islam di seluruh dunia dengan
membantai ribuan orang tidak berdosa.

Dini hari sampai pemimpin-pemimpin Saudi Arabia lebih sadar bahwa
citra baik Islam diancam oleh ekstremisme Islam. Di Konferensi Dewan
Masjid Se-Dunia ke-19 di Makkah, Raja Saudi Arabia Fahd bin Abdul Aziz
Ali Suud menyerukan para ulama Islam perangi pemikiran Islam ekstrem.
Fahd menyebutkan bahwa masalah kebodohan yang dialami para pemuda kaum
Muslimin telah dimanfaatkan oleh jaringan teroris untuk merekrut
mereka. Jaringan apa? Pemerintah Saudi Arabia telah memecat lebih dari
700 imam masjid dan melarang 1.500 tokoh Islam lainnya untuk memberi
pelajaran di masjid karena diduga ekstremis.

Dari segi itu penting sekali pemikiran aliran Islam di Indonesia yang
menolak arabisme, wahabisme dan puritanisme, dan yang berpendapat
bahwa Islam harus menerima budaya lokal sehingga tidak terkesan kaku
dan rigid. Sesuai dengan pendapat mereka, upaya menjiplak Islam
seperti yang berkembang di Timur Tengah amat tidak mungkin. Juga,
Islam adalah ajaran yang toleran, inklusif, pluralis dan terbuka
terhadap isu-isu kontemporer. Konsepsi Islam itu bisa menjadi
perlindungan paling efektif kepada segala macam ekstremisme dari luar
negeri. (Hamburg, 5 Oktober 2003).

Peter Rosler Garcia, Ahli Politik dan Ekonomi Luar Negeri, Hamburg,
Jerman.


Kirim email ke