KH. Bisyri Musthofa, Rembang – Jawa Tengah

Orator, Muallif dan Pengasuh Pesantren

14/06/2010



[image: Bisri Musthofa 1.jpg]



Sebuah berita interlokal dari Drs. M. Zamroni di Semarang, mengabarkan bahwa
KH Bisyri Musthofa wafat di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Serangan
jantung dan tekanan darah tinggi ditambah gangguan pada paru-paru yang
menyebabkan proses kematiannya begitu cepat, hanya tiga hari saja. Musibah
itu terjadi dua minngu setelah meninggalnya KH Muhammad Dahlan, mantan
Menteri Agama. Keduanya adalah  ulama besar, keduanya tenaga-tenaga penting
dalam perjuangan. Kepergiannya adalah suatu kehilangan amat besar. Yang
patah memang bisa tumbuh, yang hilang dapat terganti. Tetapi, penggati itu
bukan lagi Bisyri Musthofa…..!


Seminggu sebelumnya, di Jakarta, Bisri menyelesaikan kebarangkatan puteranya
ke Arab Saudi, melanjutkan sekolah ke Riyadh. Menyelesaikan pula beberapa
urusan dengan Majelis Syuro Partai Persatuan. Pulang dari Jakarta terus ke
Jombang untuk suatu urusan dengan Rois ‘Aam KH Bisyri Syansuri. Sebenarnya
telah terasa juga bahwa kesehatannya mulai terganggu, namun dipaksakan juga
untuk mengajar para santri dalam pondok pesantren yang dipimpinnya di
Rembang.


Selain itu, Bisri masih juga dipaksakan untuk menghadiri harlah partai,
karena tak sampai hati menolak undangan mereka. Selesai menghadiri harlah
partai, Bisri benar-benar tak sanggup lagi untuk menghadiri beberapa
undangan yang memang padat direncanakannya sebelumnya.


KH Bisyri Musthofa memerintahkan puteranya untuk memanggil dokter, suatu hal
yang dirasakan agak luar biasa karena beliau memang tidak biasa datang
kepada dokter. Tekanan darahnya amat tinggi, keletihannya yang menumpuk
menyebabkan timbulnya komplikasinya demikian berat hingga jantung dan
paru-parunya tidak normal lagi. Kesanggupan tim dokter telah sampai di batas
kemampuan mereka sebagai manusia sekalipun mereka bekerja keras. Allah SWT
Maha Berkehendak lagi Maha Kuasa. Hari Rabu 16 Pebruari menjelang waktu
‘Ashar, KH Bisyri Musthofa 64 tahun, dipanggil keharibaanNya dalam *husnul
khatimah. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raji’un!***



Disembahyangi lebih dari duapuluh gelombang


Pak Idham Chalid Presiden Partai Persatuan dan Ketua Umum PBNU menugaskan
saya untuk mewakili  DPP dan PBNU menghadiri pemakaman KH Bisyri Musthofa di
Rembang esok harinya. Rembang kota di mana Ibu RA Kartini disemayamkan 73
tahun yang lampau, diliputi suasana mendung, kelabu hujan air mata. Puluhan
ribu rakyat Jawa Tengah dan Jawa Timur membanjiri bekas ibu kota keresidenan
itu dengan wajah-wajah murung menahan duka dan kesabaran. Tanggul kesabaran
itu tiba-tiba jebol begitu pekikan ratap tangis para santri menyambut
kedatangan mobil jenazah guru dan pemimpin mereka yang amat tercinta.


Musholla di tengah pesantren itu tidak mungkin bisa menanpung begitu banyak
Umat Islam yang hendak menyembahyangkan almaghfurlah satu gelombang, dua
gelombang, tiga gelombang dan seterusnya hingga lebih dari duapuluh
gelombang jama’ah menyembahyangkan jenazah KH Bisyri Musthafa. Sejauh 1 km
dari rumah kediaman menuju makam, jenazah itu dibiarkan diusung ribuan
tangan tanpa bandosa tertutup, Ummat seolah-olah hendak meyakinkan kepada
dirinya bahwa jasad yang membujur dalam kain kafan itu adalah benar-benar KH
Bisyri Musthofa, seorang mubaligh yang jika diatas podium, kata-kata
mutiaranya itu mengikat ratusan ribu hadirin hadirat menjadi satu, bukan
lagi ratusan ribu manusia, tetapi Cuma satu. Satu dalam asas, satu dalam
akidah, dan satu dalam tujuan.


Berpuluh-puluh ulama terkemuka, diantaranya KH Arwani dari Kudus, KH Ali
Ma’sum dari Yogyakarta, KH Alwi dari Magelang, KH Muntaha dari Wonosobo, KH
Sulaiman dari Purworejo, KH Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, KH Muslih dari
Mranggen Semarang, dan masih banyak lagi yang memimpin doa, Surat Yasin dan
Tahlil yang diikuti oleh berpuluh-puluh ribu umat sepanjang jalan hingga ke
makam (kuburan).


Gubernur Jawa Tengah Suparjo Rustam melepas jenazah dari Semarang, adapun
Muspida setempat mewakili pemerintah daerah dalam upacara pemakaman. Tak
satupun ulama yang sanggup menyelesaikan pidato sambutannya karena rasa haru
yang mencekam menahan musibah dalam kesabaran.


*Profil seorang mubaligh***


Seorang orator, ahli pidato yang mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit
menjadi begitu gamblang, mudah diterima oleh baik orang-orang kota maupun
desa. Hal-hal yang berat menjadi begitu ringan, yang membosankan menjadi
mengasyikkan, yang kelihatanya sepele menjadi amat penting, begitulah jika
diuraikan olah KH Bisyri Musthafa. Kritik-kritiknya mengenai hal-hal
fundamental,  yang orang lain jarang yang sanggup mengungkapkannya. Akan
tetapi oleh KH Bisyri Musthofa dengan amat mudah diutarakan dalam senda
gurau yang menyegarkan. Pihak yang terkena tidak marah, karena disadarkan
secara sopan dan menyenangkan. Tidak terasa penat mengikuti pidato-pidatonya
sekalipun sudah berlangusung tiga jam.


Hadirin yang terdiri dari berbagai golongan, penguasa, pemimpin masyarakat,
ulama, orang hartawan, pemuda, terpelajar, wanita, orang awam, masing-masing
memperoleh bagian yang mereka harap-harapkan dari pidato-pidato KH Bisyri
Musthafa. Tone (bunyi suaranya) dalam pidato sangat enak untuk didengar,
berkumandang mengalun naik dan turun mengikuti arti kalimat-kalimat yang
diutarakan dengan jelas. Bahasanya selalu dipilih secara baik tetapi amat
mudah dimengerti, sopan dan selalu menghindari kalimat-kalimat yang tajam
apalagi kotor. Baliau seorang sastrawan, tetapi tidak tele-tele, sasarannya
terarah, dihiasi oleh irama baik sya’ir maupun ayat-ayat Al-Qur’an dengan
lagu yang indah mempesonakan. Ilmu pengetahuannya memang banyak dan
mendalam, pemandangannya luas dan pendiriannya sangat teguh.


Memang KH Bisyri Musthofa seorang orator, profil seorang mubaligh yang
sempurna. Perawakannya yang besar, tinggi, dan gagah memang modal utama
karunia Allah untuk menimbulkan kesan meyakinkan tetapi menyenangkan!


*Musibah menjelang kampanye pemilu***


Kepergiannya amat dirasakan sangat berat justru masa kampanye pemilu tinggal
satu minggu. Sudah menjadi kebiasaan KH Bisyri Musthafa, bahwa untuk bisa
memenuhi keinginan sebanyak mungkin masyarakat yang mengundang beliau untuk
ceramah, pengajian, harlah, dan sebagainya, hari-hari selama 4 atau 5 bulan
di muka itu sudah penuh dengan acara-acara undangan siang maupun malam.


Seorang yang boleh dibilang bisa bicara mengenai segala hal, bermacam-macam
situasi dan kondisi. Berbicara tentang ilmiyah, tentang kemasyarakatan,
tentang keruwetan dan penderitaan, tentang suasana gembira, tentang politik,
tentang kepartaian, dan terutama tentang kampenye pemilu. Hal itu dialami
semenjak pemilu tahun 1955 dan tahun 1971. Pidato-pidatonya begitu saja
meluncur dari perbendaharaan otak dan hatinya, tanpa konsep dan tanpa teks.
Hadirin senatiasa merasa bahwa  pidato-pidatonya senantiasa mengetengahkan
masalah-masalah yang baru, hampir tidak pernah mengulang pidato-pidatonya
yang pernah diberikan. Pidato-pidatonya dalam bahasa Indonesia maupun Arab
sama baiknya dengan pidato-pidatonya dalam bahasa Jawa.


Akhir-akhir ini sedang membiasakan pidato dalam bahasa sunda dan Madura,
karena semakin banyaknya undangan-undangan dari daerah itu. Tadinya orang
mengira, bahwa KH Bisyri Musthofa hanya sanggup berbicara di forum desa dan
paling-paling kota kabupaten. Akan tetapi dua kali pidato di Mauludan di
tempat kediaman KH Dr Idham Chalid yang dikunjungi selosin menteri, jenderal
dan diplomat, ternyata sukses dan hadirin “ketagihan” minta lain kali KH
Bisyri Musthofa didatangkan lagi!


Sudah direncanakan, bahwa masa kampanye pemilu yang akan dimulai tanggal 24
Februari yang akan datang KH Bisyri Musthofa akan memenuhi
undangan-undangan. Selain di Jawa termasuk ibukota, juga daerah-daerah di
luar Jawa. Akan tetapi Allah SWT mentaqdirkan lain. Wafatnya menjelang
kampanye pemilu 1977 dirasakan sebagai suatu musibah.


Namun, Imam dan Taqwa ini ridha akan segala qadha dan qadar Ilahi. Antara
harap dan cemas (roja’ wal khauf) yakin benar bahwa tiap musibah mengandung
hikmah, dan Allah SWT yang maha Tahu. Allahumma haawalaina wa laa’alainaa!!!


Jama’ah di daerah-daerah telah banyak memiliki rekaman pidato-pidato dan
ceramah-ceramah KH Bisyri Musthofa. Sebagai seorang ulama dan pengarang
(muallif), beliau meninggalkan begitu banyak kitab-kitab karangan serta
terjemahan mengenai berbagai bidang, seperti *Tafsir Al-Qur’an “Al Ibriz” 30
Juz, terjemahan “Alfiyah Ibnu Malik” *dan lain-lain termasuk pedoman studi
yang banyak sekali penggemarnya, baik di pesantren maupun kursus-kursus
pemuda.


Semoga wafat KH Bisyri Musthofa membangkitkan para mubaligh dan angkatan
muda untuk segara tampil, agar kepergiannya tidak menimbulkan kekosongan
dalam Amar Ma’ruf nahi Munkar dan Dakwah pada umumnya.


Kita memohon kepada allah SWT semoga musibah ini bukanlah suatu bencana.
Apapun yang terjadi adalah Ke Maha Kuasaan Allah yang Maha Lembut Kasih
sayangNya. *Allahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu…………………!***


Oleh: KH Saifuddin Zuhri dalam Secercah Dakwah


-- 
yasir wa la tu’asir

<<clip_image001.jpg>>

Kirim email ke