100 Tahun Kebangkitan Nasional................ Mari merenungkan kembali sumbangan (dan menggali inspirasi dari sana) pers pergerakan yang dilakoni sang pemula (jurnalis sekaligus propagandis, guru, ideolog dan organisator) dalam perwujudan bangsa dan nation Indonesia….. lalu merefleksikan peran kita sebagai intelektual, jurnalis, guru, seniman, pengacara, organizer, kearah emansipasi dan proklamasi kemerdekaan kedua…. Mari kita baca (kembali) karya Razif seorang sejarawan muda, tentang sang pemula (pers pergerakan) pada zaman bergerak Salam Pembebasan Andreas Iswinarto ‘BACAAN LIAR’ : BUDAYA DAN POLITIK PADA ZAMAN PERGERAKAN oleh Razif sumber : http://members.fortunecity.com/edicahy/ "... More and mores writers will be drawn because of their simpathy with the working people and ideas of socialism, and not because of consideration of gain or personal ambition. It will be a literatur freedom, for instead of serving a few spoiled ladies or the fat and bored "upper ten thousand," it will be written for the millions of working people who a represent country's pride, its strenght and its future." Pengantar Tulisan ini akan menganalisa produksi bacaan kaum pergerakan yang sering disebut oleh negara kolonial sebagai "Bacaan Liar." Untuk itu akan dibahas bagaimana produksi "Bacaan Liar" tersebut tumbuh dan dikembangkan, disebarluaskan, sampai dengan kematiannya. Adalah sangat penting untuk melihat pergeseran dari bacaan yang belum dianggap 'liar' sampai pada tahap sebuah bacaan dianggap sebagai 'liar.' Sementara itu para pemimpin pergerakan sendiri memandang produksi bacaan mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari mesin pergerakan: untuk mengikat dan menggerakkan kaum kromo--kaum buruh dan kaum tani yang tak bertanah. Produksi bacaan dapat berbentuk surat kabar, novel, buku, syair sampai teks lagu. Bagi kaum pergerakan, bacaan merupakan alat penyampai pesan dari orang-orang atau organisasi-organisasi pergerakan kepada kaum kromo. Oleh spektrum revolusioner dan radikal dari kaum pergerakan, bacaan diisi pesan tentang jaman yang telah berubah dan penindasan kekuasaan kolonialisme. Tujuan dari pesan-pesan tersebut adalah agar dapat mengajak rakyat--kaum kromo--melawan penjajah, sebagaimana pernah dinyatakan Marco: "...kapitalist Europa, dia orang soedah sama bersepakat dengan bangsanya kapitalis alias membikin Maatschappij jang besar-besar, dan akalnja menggaroek oeang, jaitoe menghisap darahnja kromo, soedah amat pintar sekali." Penjelasan tersebut jelas berusaha agar kaum kromo sadar dan mengerti makna kolonialisme--karena mereka sadar bahwa pengetahuan tentang masyarakat koloni-negara kolonial merupakan persyaratan yang dimiliki bangsa pemenang atas bangsa yang dikalahkan. Selanjutnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tembok-dan-bunga.html