"Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba
siapa pun.”

(Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)

“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang
percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar
adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan
tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan
merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak
tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila
Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu,
bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku
karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada
Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang
kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah
Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak
Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.
Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang
mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah;
pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan
pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari
zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau
Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari
Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang
mengutus Aku.”(Yoh 8:31-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Para
penganut agama-agama besar di dunia ini, misalnya: Yahudi, Kristen/Katolik dan
Islam kiranya menyatakan diri sebagai kuturunan Abraham, bapa umat beriman,
namun sungguh sayang dan memprihatinkan bahwa ada sementara orang, kelompok
atau golongan yang menyombongkan diri serta melecehkan atau merendahkan yang
lain atas nama agama atau ajaran dari yang dianutnya. Hal itu nampak dalam
kelompok-kelompok ekstrim dan fanatik sempit yang sering melakukan kekerasan
atau membuat  kekacauan di dalam hidup
bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama. "Jikalau 
sekiranya kamu anak-anak
Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.”,
demikian sabda Yesus. “Mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham”  antara lain berarti senantiasa 
melaksanakan
kehendak dan perintah Tuhan, dengan mempersembahkan yang terbaik dan terkasih
demi keselamatan atau kebahagiaan sesama, ‘bonum
commune’ , bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok/golomgan sendiri.
Hemat saya sebagai tanda atau gejala sebagai keturunan Abraham adalah
senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dengan segenap hati, segenap
jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh. Kasih tidak pernah terbatas
atau tak dapat dibatasi oleh SARA, sebagaimana diajarkan oleh Paulus bahwa 
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”
(1Kor 13:4-7)  

·   "Terpujilah
Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan
melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan
melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak
mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka” (Dan  3:28),
demikian kata raja Nebukadnezar, yang mengimani Allah yang benar, yang disembah
dan dipuji serta dilayani oleh orang-orang yang sungguh beriman. Orang yang
sungguh beriman dibakar tidak akan terbakar, tetapi justru semakin kuat dan
murni imannya. Karena taat- setia pada iman, ada kemungkinan kita juga akan
‘dibakar’ tetapi tidak sebagaimana dialami oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, 
melainkan lebih ringan antara lain
berupa ancaman, terror, ejekan, caci maki, pelecehan atau aneka tantangan dan
hambatan lainnya. Hayati atau imani bahwa semuanya itu merupakan konsekwensi
ketaatan dan kesetiaan iman kita dan demikian menjadi wahana pemurnian dan
peneguhan iman kita, sehingga kita semakin layak disebut sebagai keturunan
Abraham. Orang sungguh beriman bagaikan emas murni ketika dibakar tidak hancur,
melainkan semakin nampak kemurniannya. Dalam kesempatan ini kami juga
mengingatkan kepada mereka yang masih menyembah atau berbakti kepada
‘berhala-berhala’, termasuk berhala modern dalam bentuk ‘harta benda/uang,
kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi’: bertobatlah, dan kembalilah
berbakti, memuji dan mengabdi Tuhan sebagaimana dilakukan oleh raja
Nebukadnezar. 

 

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah
nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya.
terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan
selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau
patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas
takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya.
Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas
kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah
Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan
selama-lamanya” (Dan 3:52-56).



Jakarta, 1 April 2009  




      Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke