126 Tahun Terkubur, Dokumen Letusan Krakatau Diterbitkan

Rabu, 30 Desember 2009 | 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan 
Pariwisata RI, Sapta Nirwandar, menyambut baik diterbitkannya dokumen klasik 
tentang dahsyatnya letusan Krakatau tahun 1883. Sebab, dokumen yang telah 126 
tahun terkubur dalam lautan naskah kuno dan ditemukan terpisah di enam negara 
itu, sekarang sudah bisa dibaca bangsa Indonesia. 

"Dokumen klasik bernama Syair Lampung Karam ini adalah karangan Muhammad Saleh, 
yang mengaku mengalami dan menyaksikan sendiri letusan Krakatau yang amat 
dahsyat di tahun 1883. Saking dahsyatnya, bunyi letusannya dapat didengar 
sejauh Manila, Cololbo, Papua Nugini, dan pedalaman Australia," kata Sapta 
Nirwandar di Jakarta, Rabu (30/12/2009).

Syair Lampung Karam tentang dahsyatnya letusan Krakatau hasil penelitian 
Suryadi, --peneliti dan dosen di Leiden University ini, menurut Sapta, teks 
syairnya bisa direvitalisasi untuk berbagai kepentingan, misalnya di bidang 
akademik, budaya, dan pariwisata. Salah satunya adalah kemungkinan untuk 
mengemaskinikan teks syair tersebut dalam rangka agenda tahunan Festival 
Krakatau.

Syair yang aslinya ditulis dalam aksara Arab-Melayu (Jawi) ini juga dapat 
direvisi dan diperkenalkan untuk memperkaya dimensi kesejarahan dan penggalian 
khasanah budaya dan sastra daerah Lampung khususnya dan Indonesia umumnya.

"Dengan terbitnya dokumen langka hasil catatan pribumi satu-satunya tentang 
letusan Krakatau 1883 itu, bangsa Indonesia mendapat kesempatan untuk 
mengetahui sebuah dokumen yang ditulis oleh para pendahulu kita," papar Sapta.

Naskah klasik yang merupakan kekhayaan khasanah budaya Indonesia ini menarik 
dikaji karena di dalamnya mengandung banyak informasi penting menyangkut 
bahasa, budaya, dan sejarah Indonesia. 

Kirim email ke