Mg Biasa II : 1Sam
3:3b-10.19; IKor 6:13c-15a.17-20; Yoh 1:35-42

"Marilah dan kamu akan melihatnya.”

 

Sebut saja namanya ‘Harjo’
(samaran). Pak Harjo adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal di
daerah  pedesaannya, ia berdagang aneka
kebutuhan hidup sehari-hari di pasar dan memang usaha atau dagangannya sangat
diminati banyak orang/para pembeli. Dari rumah ke pasar dan sebaliknya setiap
hari Pak Harjo menumpang ‘andong’(kereta berkuda), sarana kendaraan yang umum
di daerah tersebut. Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari pasar ke
rumah, ketika sendirian menumpang ‘andong’, pak Harjo terkesan pada kusir
‘andong’ yang senantiasa nampak ceria dan gembira, padahal ia tidak kaya akan
harta benda /uang seperti dirinya. Nama kusir tersebut ‘Pak Suto’ (samaran). 
“Pak Suto, saya perhatikan sejak tadi bapak
nampak ceria dan gembira terus menerus, apa sedang memperoleh hadiah besar?
Atau apa rahasianya kok nampak ceria dan gembira tersebut menerus?”, demikian
pertanyaan Pak Harjo kepada Pak Suto. “Kalau
mau tahu rahasianya, besok Jum’at sore silahkan datang ke rumah saya, ada orang
yang dapat membuat saya bahagia dan ceria seperti ini”, jawaban Pak Suto.
Jawaban Pak Suto ini mirip dengan jawaban Yesus atas pertanyaan para murid 
”Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau
tinggal?": “Marilah dan kamu
akan melihatnya”.  Hari Jumat sore,
sebagaimana dikatakan pak Suto,  Pak
Harjo datang ke rumah Pak Suto, dan ternyata di rumah pak Suto telah hadir
beberapa orang dan seorang pastor berkebangsaan Belanda, yang dengan fasih
berbahasa Jawa, sedang mengajar agama alias menjelaskan Kabar Baik, Injil atau
ajaran Yesus. Pak Harjo begitu terkesan atas apa yang sedang terjadi, dan pada
suatu saat Pak Harjo mohon kepada pastor tersebut ke rumahnya untuk semua
anggota keluarganya. Tidak lama kemudian memang Pak Harjo dan semua anggota
keluarga mohon dibaptis, menjadi murid-murid atau pengikut-pengikut Yesus.
Rahasia hidup damai , bahagia, ceria dan gembira telah diperolehnya, yaitu
Yesus, yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Kesaksian hidup Pak Suto
memang menjadi ‘sarana merasul’ yang baik, sehingga mereka yang melihatnya
tergerak untuk lebih lanjut ingin mengenal dan mengikuti Yesus, yang
diimaninya.

 

"Marilah dan kamu akan melihatnya.” (Yoh
1:39) 
     

 

Ketika Yesus lewat Yohanes
Pembaptis memberitahu kepada  dua
muridnya sambil berkata: “Lihatlah Anak
domba Allah!", maka dua murid itupun, antara lain Andreas, tergerak
untuk mengikutiNya.  Andreas akhirnya
hidup bersama dengan Yesus dan kemudian berceritera kepada saudaranya, Simon,
dan kepada Simon yang juga tergerak mengikutiNya, Yesus bersabda: “Engkau 
Simon, anak Yohanes, engkau akan
dinamakan Kefas (artinya: Petrus).". Melihat, tertarik, terpesona dan
akhirnya tergerak hidup bersama dengan serta menjadi murid-murid Yesus itulah
yang terjadi. Kita semua dipanggil untuk meneladan Yesus, dimana mereka atau
siapapun yang melihat cara hidup dan carta bertindak kita juga tergerak untuk
menjadi murid-murid Yesus. 

 

Kita semua dipanggil untuk
menjadi ‘anak-anak domba Allah’, yaitu orang-orang yang taat dan setia kepada
kehendak dan perintah Allah alias setia pada panggilan, tugas pengutusan dan
pekerjaan kita masing-masing. “Setia
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas
perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr.Edi Sedyawati/edit.: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Maka
marilah kita ingat, kenangkan dan refleksikan aneka perjanjian yang telah kita
ikrarkan. Salah satu janji yang mendasari hidup dan panggilan kita sebagai
murid-murid Yesus adalah janji baptis, dimana kita pernah berjanji ‘hanya mau 
mengabdi Tuhan Allah saja serta
menolak aneka macam godaan setan’. Godaan-godaan setan pada masa kini ada
di mana-mana, di dalam hidup sehari-hari, di dalam keluarga, tempat kerja
maupun masyarakat pada umumnya, antara lain masalah seksual, maka baiklah kita
renungkan dan refleksikan apa yang diingatkan oleh Paulus kepada umat di
Korintus di bawah ini.

“Tubuh
bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Allah,
yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. Tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus” (1Kor 6:13-15a)

 


“Selingkuh di kalangan
selebritis atau kelas menengah atas sudah sering didengar, bahkan hal itu
dianggap bagian dari gaya
hidup. Akan tetapi ternyata jumlah perselingkuhan lebih banyak dilakukan 
masyarakat
kelas bawah daripada masyarakat menengah dan atas”  
(http://artikelselingkuh.blogspot.com/
2005/09/ selingkuh-masyarakat-kelas-bawah.html),

Masing-masing
dari kita diciptakan dalam dan oleh kasih Allah melalui orangtua/bapak-ibu kita
masing-masing serta menjadi gambar atau citra Allah, maka Paulus mengingatkan
bahwa “tubuh bukanlah untuk percabulan,
melainkan untuk Tuhan, …dan tubuhmu adalah anggota Kristus”. Maka marilah
kita menjaga dan merawat tubuh kita agar tetap bersih dan suci, dan untuk itu
kiranya penting sekali menjaga kesucian indera penglihatan dan pendengaran
disamping indera-indera lainnya. 

 

Yang
terkait dengan indera penglihatan antara lainnya aneka gambar atau hiasan
rumah, dinding, kantor, dst..; hendaknya dipasang gambar-gambar atau hiasan
yang mendidik dan membina suara hati agar tetap jernih dan bersih, jauhkan dan
hindari pemasangan gambar atau hiasan yang berbau porno, yang mengundang orang
untuk berpikiran dan berbuat jahat. Senada dengan penglihatan atau yang dilihat
adalah pendengaran atau yang didengar; hendaknya tidak omong-omong atau
berbicara yang menyerempet atau berbau porno, tetapi sopan. Menghadirkan diri
baik dalam dan melalui kata-kata maupun phisik hendaknya juga sopan, hindari
cara berpakaian yang mengundang atau merangsang orang lain untuk berpikir dan
bertindak jahat. 

 

Apa
yang dilihat dan didengarkan orang akan sangat mempengaruhi kwalitas
kepribadian yang bersangkutan atau kedewasaan baik jasmani atau rohani.
Pengalaman Samuel dalam mendengarkan suara atau kehendak Tuhan kiranya dapat
menjadi pelajaran bagi kita semua; di mana dalam tidur ia mendengarkan
panggilan atau suara Tuhan. Apa yang terjadi dalam diri Samuel adalah
kejernihan dan kebersihan suara hati atau hati nurani, yang menjiwai kebersihan
dan kesucian tubuhnya juga. Karena kebersihan dan kesuciannya “Samuel makin 
besar dan TUHAN menyertai dia
dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur” (1Sam
3:9)  Firman Tuhan bagi kita semua antara
lain ada dalam aneka rumus janji-janji yang pernah kita ikrarkan: janji baptis,
janji perkawinan, janji imamat, kaul, sumpah jabatan dst… Jika apa yang pernah
kita janjikan atau ikrarkan tidak kita biarkan gugur atau luntur, maka Tuhan
senantiasa menjertai kita dan dengan demikian tubuh kita seutuhnya untuk Tuhan,
dalam keadaan bersih dan suci. 

 

Secara
konkret saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia pada jati diri
dan panggilan kita masing-masing, tidak selingkuh atau menyeleweng. Memang
persilingkuhan atau penyelewengan panggilan atau tugas pengutusan dapat terjadi
pada umumnya karena tidak setia dan taat dalam hal pengurusan atau pengelolaan
uang / harta benda. Jika terhadap uang dan harta benda tidak bersih dalam
pengurusan atau pengelolaannya, kiranya dapat diduga yang bersangkutan juga
tercemar dalam hal panggilan maupun tugas pengutusan, entah selingkuh dalam hal
seksual atau kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya yang dapat merusak tubuh.

 

“Engkau tidak berkenan kepada korban
sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban
bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata:
"Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku
suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku
mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, 
Engkau
juga yang tahu, ya TUHAN “ (Mzm 40:7-10)

 

Jakarta,
18 Januari 2009




      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke