“Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu
itulah mereka akan berpuasa”

(Yes 58:1-9a; Mat 9:14-15)

 

“Kemudian datanglah murid-murid Yohanes
kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi
murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah
sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama
mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada
waktu itulah mereka akan berpuasa”
(Mat 9:14-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.   

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Ketika sedang berpesta perkawinan atau menghadiri
pesta perkawinan pada umumnya orang menghadirkan diri secantik atau setampan
mungkin, antara lain memakai pakaian baru, perhiasan, bedak atau minyak wangi
yang harum, dst.. Hidangan dalam pesta pun diusahakan sebaik mungkin sehingga
semuanya dapat menikmati hidangan dengan ceria, gairah dan gembira. Namun dalam
hidup sehari-hari mereka kiranya tidak senantiasa ceria, gariah atau gembira,
tetapi sarat dengan aneka macam masalah yang dapat membuat orang mudah
mengeluh, menggerutu atau marah-marah, yang berarti mereka berharap dipisahkan
atau dijauhkan dari aneka macam masalah dan tantangan tersebut. Hidup dan
bertindak setia pada panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban memang tidak
akan terlepas dari aneka masalah dan tantangan. Ingatlah, sadarilah dan
hayatilah bahwa masalah dan tantangan yang lahir dari kesetiaan adalah jalan
keselamatan dan kebahagiaan sejati, maka hendaknya disikapi dan dihadapi juga
dengan ceria, gairah dan gembira alias bersama dengan atau di dalam Tuhan.
Bersama dengan atau di dalam Tuhan kita akan mampu mengatasi atau menghadapi
aneka masalah dan tantangan yang lahir dari kesetiaan kita, sebagaimana telah
dihayati oleh Yesus, Guru dan Tuhan kita, yang rela menderita dan wafat di kayu
salib demi keselamatan atau kebahagiaan kita semua. Dengan kata lain
sebagaimana di dalam doa kita senantiasa mengawali dengan membuat ‘tanda
salib’, maka hendaknya dalam menghadapi masalah dan tantangan buatlah ‘tanda
salib’sambil berkata “Dalam Nama Bapa,
Putera dan Roh Kudus”. Demikian juga ketika anda merasa ingin marah,
menegor atau mengritik orang lain awalilah dengan membuat ‘tanda salib’ agar
apa yang akan anda lakukan dalam atau bersama dengan Tuhan. Bersama dengan atau
dalam Tuhan memang senantiasa akan dalam keadaan ceria, gairah dan gembira, dan
dengan demikian juga akan senantiasa memperoleh cara atau jalan untuk mengatasi
dan menghadapi aneka masalah dan tantangan. 

·   “Berpuasa
yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan
melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan
mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar
dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau
melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak
menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri” (Yes 58:6-7) 
Kutipan ini kiranya dapat menjadi renungan atau refleksi kita dalam
menjalani puasa. (1) Dalam berpuasa pertama-tama kita dipanggil untuk ‘membuka
aneka macam bentuk kejahatan’ serta memberantasnya. Kejahatan yang masih marak
pada masa kini antara lain kebohongan, manipulasi dan korupsi. Kiranya
panggilan ini pertama-tama dan terutama dihayati dalam keluarga atau komunitas
kita masing-masing, antara lain dengan membiasakan pada diri anak atau generasi
muda untuk tidak berbohong, manipulasi atau korupsi, dan tentu saja perlu
teladan dari orangtua atau orang dewasa. (2) Selain memberantas aneka kejahatan
kita juga dipanggil untuk bertindak atau hidup sosial, tumbuh berkembang
menjadi ‘man or woman with/for others’.  Kita dipanggil untuk memperhatikan dan 
solider
pada mereka yang lapar atau telanjang 
alias mengalami kekurangan dalam hal kebutuhan pokok: makan dan minum
serta perlindungan diri. Untuk itu kami mengajak anda sekalian untuk melihat
dan memperhatikan saudara-saudari kita yang kiranya setiap hari kita lihat atau
jumpai, terutama mereka yang ‘lapar dan telanjang’: mereka yang tinggal dan
hidup dalam satu RT atau RW atau kelurahan, mereka yang bekerja dengan atau
bersama kita, dst.. Jika kita mampu dan terbiasa solider terhadap mereka yang
‘lapar dan telanjang’ yang dekat dengan kita, maka untuk solider terhadap
mereka yang jauh serta kurang atau tidak kita kenal akan dengan mudah kita
laksanakan. Sebaliknya jika kita tidak solider pada yang dekat dengan kita,
solider terhadap yang jauh rasanya adalah permainan sandiwara atau kebohongan. 

 

“Engkau tidak berkenan kepada korban
sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan
remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm 51:18-19)

 

Jakarta, 27 Februari 2009




      Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman 
ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke