“Timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia”

(Yer 11:18-20; Yoh 7:40-53)

“Beberapa orang di antara orang banyak,
yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar
nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias."
Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!
Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari
kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka timbullah pertentangan
di antara orang banyak karena Dia.Beberapa orang di antara mereka mau menangkap
Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya. Maka
penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab
penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang
itu!"Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga
disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya,
atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak
mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" Nikodemus, seorang dari
mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka:
"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan
sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"Jawab mereka:
"Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan
tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang,
masing-masing ke rumahnya” (Yoh 7:40-53), demikian kutipan Warta Gembira hari 
ini



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Setiap gerakan pembaharuan atau reformasi senantiiasa
menimbulkan aneka pertanyaan atau ketegangan, sebagaimana telah dan sedang
terjadi di Indonesia, antara lain pembaharuan dari sistem sentralisasi ke
desentralisasi pemerintahan, juga dengan gerakan demokrasi yang antara lain
ditandai munculnya partai-partai politik baru. Orang saling mempertanyakan
perihal gerakan pembaharuan atau reformasi tersebut. Dalam masa Prapaskah yang
sedang kita jalani saat ini kiranya juga diharapkan terjadi
pembaharuan-pembaharuan cara hidup dan cara bertindak untuk semakin sesuai
dengan kehendak Tuhan. Kiranya di sana-sini dilaksanakan aneka macam bentuk
percakapan iman, dan di dalam percakapan dalam iman tersebut pasti terjadi
pembaharuan-pembaharuan. Dalam percakapan iman dapat terjadi
pertentangan-pertentangan, namun hendaknya hal itu dijadikan wahana untuk
saling memperbarui diri dalam cara hidup dan cara bertindak. Sebagaimana besi
berkarat digosok terus-menerus akan ditemukan kemurnian besi tersebut, demikian
juga dalam saling menggosok atau bercakap-cakap dalam iman di antara kita akan
ditemukan kemurnian iman dan pribadi kita sebagai ciptaan Tuhan, gambar dan
citra Tuhan. Maka hendaknya di dalam aneka macam percakapan kita saling rendah
hati dalam mendengarkan maupun berbicara. Mungkin di tengah-tengah kita ada
orang yang memperoleh anugerah khusus dari Tuhan, sehingga apa yang ia katakan
dan lakukan sungguh menyentak dan menyentuh hati kita untuk berubah atau
memperharui diri, maka hendaknya juga tidak malu untuk berkomentar terhadap
orang ybs.: “dia benar-benar nabi yang
akan datang” 

·   “Aku dulu
seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa
mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku: "Marilah kita binasakan
pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri
orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!”(Yer 11:19), 
demikian kesaksian nabi Yeremia tentang dirinya.
Pembaharu atau Reformator memang bagaikan seorang nabi, yang datang dan hadir
untuk menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran-kebenaran atau kehendak dan
perintah Tuhan. Layaknya seorang nabi yang senantiasa menghadapi tantangan dan
ancaman berat, demikian pula halnya yang dihadapi oleh para Pembaharu atau
Reformator. Kita semua sebagai orang beriman dipanggil untuk menghayati
cirikhas kenabian iman kita di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga,
tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya. Dalam hidup beriman kita harus
tangguh, tegas dan tekun.  “Tangguh adalah sikap dan perilaku yang
sukar dikalahkan dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan
cita-cita…Tegas adalah sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam
keadaan sulit berani mengambil putusan yang pasti..Tekun adalah sikap dan
perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus
serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:
Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27-28).
Tantangan dan hambatan yang muncul dari kesetiaan hidup beriman meruakan wahana
untuk membuat iman kita semakin tangguh, tegas dan teguh, maka sikapi dan
hadapi dengan rendah hati dan lemah lembut aneka tantangan dan hambatan
tersebut. 

 

“Ya TUHAN,
Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang
mengejar aku dan lepaskanlah aku, supaya jangan mereka seperti singa menerkam
aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan  Perisai bagiku adalah 
Allah, yang
menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan
Allah yang murka setiap saat” (Mzm 7:2-3.11-12)

 

Jakarta, 28 Maret 2009




      Berselancar lebih cepat dan lebih cerdas dengan Firefox 3
http://downloads.yahoo.com/id/firefox/

Kirim email ke