"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa hendaklah ia yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

(Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:1-11)

“Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait
Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan
yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah
lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia
sedang berbuat zinah.Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari
perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu
untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di
tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit
berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Lalu Ia membungkuk
pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu,
pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya
tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di
manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya:
"Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum
engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."(Yoh 
8:2-11), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dimana cukup
banyak orang masih tertidur nyenyak, tiba-tiba dikumandangkan ‘suara adzan’
dari masjid, langgar atau surau: “Allahua Akbar...Allahua Akbar...Allahua
Akbar..”. Mendengar suara ini ada orang yang terbangun lalu marah-marah,
mengeluh atau menggerutu, tetapi juga ada yang kemudian berdoa  Begitulah 
kiranya yang terjadi pagi-pagi
benar di bait Allah para ahli Taurat dan orang Farisi berpikiran jahat,
menjebak Yesus, dengan mengajukan seorang perempuan yang tertangkap basah
berbuat zinah. Mereka minta pendapat Yesus: apakah perempuan tersebut dirajam 
sampai
mati sesuai hukum Taurat atau diampuni. Yesus tahu kejahatan hati mereka: jika
Yesus menjawab ‘silahkan dirajam sampai mati’ berarti Ia sama dengan mereka,
sebaliknya jika menjawab ‘ampunilah’ berarti Ia tidak taat pada hukum Taurat. 
Maka
 Ia diam saja, dan ketika mereka mendesak terus Yesus
menjawab: "Barangsiapa di antara
kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan
itu." . Mendengar jawaban ini pergilah mereka secara diam-diam ‘mulai dari yang 
tertua’. Memperhatikan
kisah ini berarti semakin tambah usia bertambah juga dosa-dosanya. Maka kami
berharap kepada siapapun yang merasa lebih tua dari sesamanya, hendaknya
menyadari dan mengimani bahwa dirinya lebih banyak dosa-dosanya serta
senantiasa mengampuni mereka yang bersalah atau berdosa, meneladan Yesus yang
bersabda: “Aku pun tidak menghukum
engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”.  Bagi kita 
semua kami berharap: hendaknya
pagi-pagi benar begitu terjaga atau terbangun dari tidur segera berdoa singkat,
bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan bahwa masih dianugerahi hidup dan
kesehatan. Mungkin dapat berdoa demikian: “Tak
berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap
pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat 3:22-23)
.Hendaknya begitu bangun dari tidur di pagi hari jangan mengeluh, mengesah,
menggerutu atau marah-marah.

·   "Baguslah
engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu
dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya membinasakan kamu!"(Dan 
13:59),
demikian kata Daniel kepada orangtua yang mendustai dirinya sendiri. Kami
berharap dan mendambakan para orangtua atau yang merasa lebih tua untuk tidak
mendustai diri atau berbohong; jangan menambahi dosa-dosa lagi. Jika berbuat
salah hendaknya jujur apa adanya. “Jujur
adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan serta rela berkorban
untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti
Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17). Para
orangtua yang tidak jujur pada anak-anaknya, para  pemimpin atau atasan yang 
tidak jujur pada
anggota atau bawahannya pada suatu kelak pasti akan dipermalukan, atau bahkan
dibinasakan. Sebenarnya jika anda bersduta atau berbohong tanpa dipermalukan
atau dihukum secara otomatis sudah terhukum dan malu; marasa dirinya terancam
dan tidak aman, sehingga senantiasa hidup dan bertindak ‘dalam kegelapan’,
tidak berani terang-terangan atau transparan. Pendusta atau pembohong pada
umumnya akan menyendiri atau bersembunyi, menjauhkan diri dari saudara dan
sesamanya. Sebaliknya jika anda jujur atau di jalan yang benar, jangan takut
dan gentar menghadapi aneka ancaman atau terror. 

 

“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan
aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke
air yang tenang;3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar
oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak
takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang
menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)

Jakarta, 30 Maret 2009

 




      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke