“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya”

(Ibr 13:15-17.20-21;
Mrk 6:30-34)

 

“Jadi jika demikian Allah mendandani
rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia
akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu
janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu 
memerlukan
semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan
hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari." (Mrk
6:30-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Cari pekerjaan atau cari uang? Berlomba merebut
kedudukan dan jabatan untuk melayani atau menguasai? Hendak belajar atau cari
nilai?, Dst.. Sikap mental materialistis dan bisnis yang menjiwai hampir di
semua bidang kehidupan bersama masa kini rasanya telah menjungkir-balikkan
banyak hal, antara lain: karya-karya sosial, keagamaan, pendidikan dst. berubah
menjadi karya bisnis. Apa yang terjadi masa kini rasanya merupakan buah karya
pendidikan dimana entah para pengelola sekolah, guru maupun peserta didik lebih
mengusahakan dan mengutamakan keunggulan ‘nilai/angka’ alias kecerdasan
intelektual daripada kecerdasan spiritual. “Carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”, 
demikian
pesan atau sabda Yesus. Pesan atau sabda ini dapat kita laksanakan atau
wujudkan dengan bekerja baik bukan hanya cari uang, melayani bukan menguasai,
belajar bukan cari nilai, dst.. Maka kepada para pelajar atau mahasiwa kami
ingatkan dan ajak untuk belajar sebaik mungkin, sehingga terampil dalam
belajar, kepada pekerja hendaknya bekerja sebaik mungkin sehingga terampil
bekerja, kepada para pejabat hendaknya melayani sebaik mungkin bukan menguasai,
dst.. Semangat atau jiwa ramah dan lemah lembut serta gembira hendaknya
dihayati oleh para dokter dan tenaga medis di rumah sakit dalam melaksanakan
tugas pekerjaan dan pengutusannya. Para pengelola
sekolah, guru maupun para peserta didik hendaknya lebih mengusahakan dan
mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembanng menjadi manusia yang
baik, yang berbudi pekerti luhur. Tidak ketinggalan kami ingatkan para orangtua
maupun penentu kebijakan hidup bersama hendaknya mengutamakan pendidikan dan
pembinaan anak-anak atau generasi muda.  

·   “Sebab itu
marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,
yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat
baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan
kepada Allah” (Ibr 13:15-16). “Janganlah
lupa berbuat baik dan memberi bantuan”, inilah yang harus kita hayati atau
laksanakan dalam hidup dan tugas pekerjaan setiap hari. Jika kita jujur dan
terbuka mawas diri rasanya kita semua telah menerima kabaikan dan bantuan
melimpah ruah dari orang lain sebagai perwujudan kasih mereka kepada kita.
Begitu banyak orang telah mempersembahkan diri/korban bagi hidup dan
kebahagiaan kita, sehingga kita dapat hidup, tumbuh berkembang sebagaimana
adanya saat ini. Maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih atas
semuanya itu dan mewujudkan syukur dan terima kasih dengan berbuat baik dan
memberi bantuan kepada orang lain; dengan demikian hidup bersama akan ditandai
atau diwarnai dengan saling berbuat baik dan saling membantu atau 
bergotong-royong.
Maka baiklah sebagai warganegara Indonesia marilah dengan bergotong-royong kita 
wujudkan sila
kelima dari Panca Sila ini: “Keadilan
Sosial  Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sekali lagi 
kami ingatkan dan ajak para pengusaha dan penentu kebijakan hidup bernegara
dan berbangsa untuk senantiasa berpihak pada dan bersama dengan rakyat,
lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan; jauhkan aneka bentuk
keserakahan dan hidup berfoya-foya atau memperkaya diri sendiri. Ingat bahwa
kekayaan yang anda miliki dan kuasai saat ini adalah berasal dari rakyat, maka
selayaknya dikembalikan kepada rakyat. Salah satu tanda kesuksesan atau
keberhasilan pemerintahan antara lain kesejahteraan dan kebahagiaan semua
warganegara. 

 

“TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing
aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang
benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku
tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang
menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)

 

Jakarta, 7 Februari 2009




      Berselancar lebih cepat dan lebih cerdas dengan Firefox 3
http://downloads.yahoo.com/id/firefox/

Kirim email ke