Bagi Muslim yang belajar agama ISLAM dengan baik, tidak sekedar ikutan apalagi 
ISLAM cuma Pengakuan, maka akan tahu Versi Al Qur'an.
 
Bacaan Al Qur'an memiliki 7 Versi yang disebut QIROATUS SAB'AH  artinya Bacaan 
tujuh.
 
7 Versi bacaan ini bukan berarti ada 7 redaksi, tetapi 7 cara membacanya 
misalnya dalam surat Addhuha ada 2 Versi. misalnya dibaca ' Waddhuha" dan ada 
yang dibaca " Waddhuhe" satu versi berakhir huruf A, dan satu Versi berakhir 
huruf E. Kenapa hal ini bisa terjadi ? karena ada perbedaan dialek SUKU, 
misalnya dialek Betawi dan Dialek Sunda
 
Tapi artinya dan maksudnya tetap sama yaitu DEMI WAKTU DHUHA.
 
ada juga dalam surat Al Fatikhah, pada ayat MAALIKI YAUMIDDIN, ada yang dibaca 
MAAAA panjang, ada yang MA pendek. Untuk yang ini memang secara harfiah ada 
perbedaan arti. MAAA yang panjang berarti APA YANG DIMILIKI, sedang MA pendek 
berarti RAJA.
 
Perbedaan Versi tetap bisa dirunut.
 
Adapun kenapa ZAID tidak termasuk di sebut 4 TOKOH Ahli Al Qur'an ? karena 
fungsi Zaid adalah SEKRETARIS/Penulis Al Qur'an, sedangkan 4 tokoh yang disebut 
ahli al Qur'an adalah tokoh yang memiliki EJAAN Al Qur'an paling bagus dan 
paling mengerti tafsir al Qur'an.
 
Salam,





From: [EMAIL PROTECTED] 
Date: Friday, September 19, 2008, 6:19 AM


Masih Aslikah Quran di Tangan Anda?

APA PROSES YANG DILALUI QURAN
SEBELUM MENJADI KITAB AUWLOH? 

Aku diajar beberapa cerita bagaimana Quran dibentuk. Dua keterangan yang paling 
terkenal adalah:
Muhammad menyusun Quran menjadi sebuah buku sebelum dia mati dan Kalifah 
lainnya, Abu Bakr, menyusunnya dari orang-orang yang telah menulis ayat-ayat 
Quran dan menghafalnya.

Meskipun begitu, aku diajari bahwa Quran yang sekarang ini persis sama dengan 
yang diberikan pada Muhammad dulu oleh malaikat Jibril. Setelah itu aku mulai 
mempelajari sumber-sumber Islam yang bisa dipercaya terutama Hadis yang Sahih 
(terpercaya) yang disusun oleh Bukhari untuk mengerti sejarah Islam.

Sewaktu aku mempelajari sejarah penyusunan teks Quran, aku sangat kaget ketika 
mengetahui bahwa Quran yang kita miliki hari ini ternyata melalui beberapa 
tahapan evolusi sebelum jadi yang standard seperti yang saat ini ada. Misalnya, 
aku menemukan ada tujuh cara yang berbeda untuk melafalkan Quran. Seorang dapat 
melafalkan dan mengingat Quran secara berbeda dan itu tetap diterima sebagai 
wahyu Auwloh. Kutipan dari Hadis Sahih Bukhari: 
Volume 3, Buku 41, Nomer 601: Dikisahkan oleh 'Umar bin Al-Khattab:
Aku dengar Hisham bin Hakim bin Hizam melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara 
yang berbeda dengan caraku. Rasul Auwloh telah mengajarkan padaku (dengan cara 
yang berbeda). Lalu, aku hampir saja ingin bertengkar dengan dia (pada saat 
sembahyang) tapi aku tunggu sampai dia selesai, lalu aku ikat bajunya di 
sekeliling lehernya dan kuseret dan kubawanya menghadap Rasul Auwloh dan 
berkata, Aku telah mendengar dia melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara yang 
berbeda dengan yang kau ajarkan padaku.

Sang Rasul menyuruhku melepaskan dia dan meminta Hisham melafalkannya. Ketika 
dia melakukan itu, Rasul Auwloh berkata, “Itu (Surat-al-Furqan ) dilafalkan 
begitu.” Sang Rasul lalu meminta aku melafalkannya. Ketika aku melakukannya, 
dia berkata, “Itu dilafalkan begitu.” Quran telah dinyatakan dalam tujuh cara 
yang berbeda, jadi lafalkan dengan cara yang mudah bagimu.

Karena itu dari sejak awal Quran, kutemukan bukan saja SATU melainkan TUJUH 
cara untuk melafalkannya. Ini berarti orang Muslim dapat menghafal Quran dalam 
tujuh cara yang berbeda, dan bukan hanya satu. Ini menimbulkan suatu masalah 
yang tadinya tidak terpikirkan bagiku. Jika Muhammad telah mengijinkan tujuh 
cara untuk melafalkan Quran, maka tentunya ada TUJUH VERSI QURAN.

Aku tidak pernah diajari bahwa ada tujuh buah Quran, aku hanya diberitahu satu 
Quran saja. Apakah memang betul ada tujuh buah dan semuanya itu asli? 
Ketika aku terus melanjutkan penelaahanku, kutemukan Hadis Sahih lain yang 
memperkuat dan memperluas paham bahwa Quran mungkin dikisahkan dalam tujuh cara 
yang berbeda. Contohnya Sahih Bukhari Volume 4, Buku 54, Nomer 442; V6, B61, 
N513; V6, B61, N514; V9, B3, N640.

Sewaktu aku mempelajarinya lebih lanjut, Hadis Sahih menegaskan bahwa Muhammad 
tidak menyusun tulisan Quran jadi satu koleksi, tapi ini untuk pertamakali 
dilakukan di bawah kekuasaan Khalifa Abu Bakr. Ternyata pada saat itulah qurra, 
yakni orang-orang yang menghafalkan Quran, terbunuh di Perang Yamama. Khalifa 
Abu Bakr memerintahkan untuk dibuat kumpulan ayat-ayat Quran, dan ini juga atas 
desakan Umar (Khalifa yang kedua). Kumpulan ayat ini disimpan oleh Khalifa Abu 
Bakr, dan setelah dia mati, lalu disimpan oleh Khalifa Umar dan diserahkan pada 
anak perempuan Umar yang bernama Hafsa, yang juga adalah janda Muhammad.

Ini diceritakan dengan jelas di Sahih Hadis of Bukhari: 
Volume 6, Buku 61, Nomer 509: Dikisahkan oleh Zaid bin Thabit:
Abu Bakr As-Siddiq memanggilku ketika orang-orang Yamama telah dibunuh 
(sejumlah pengikut sang Nabi yang bertempur melawan Musailama). (Aku pergi 
kepadanya) dan menemukan 'Umar bin Al-Khattab duduk dengannya. Abu Bakr lalu 
berkata (padaku), Umar telah datang padaku dan berkata: Banyak yang Qurra 
Quran(orang- orang yang hafal Quran di luar kepala) yang tewas di Perang Yamama 
dan aku takut akan lebih banyak lagi Qurra yang akan tewas di medan perang 
lain, sehingga sebagian besar Quranbisa hilang. Karena itu aku menganjurkan kau 
(Abu Bakr) memerintah agar ayat-ayat Quran dikumpulkan.

Aku berkata pada Umar, Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul Auwloh 
saja tidak lakukan? Umar berkata, Demi Auwloh, ini adalah usaha yang baik.. 
Umar terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Auwloh membuka hatiku 
dan aku mulai menyadari kebenaran usul ini.
Lalu Abu Bakr berkata (padaku). Kamu adalah anak muda yang bijaksana dan kami 
tidak curiga apapun padamu, dan kau biasa menulis Ilham Illahi bagi Rasul 
Auwloh. Maka kau harus mencari (ayat-ayat terpisah-pisah) Quran dan 
mengumpulkannya jadi satu buku. Demi Auwloh, jika mereka memerintahkanku untuk 
memindahkan satu dari gunung-gunung, ini tidak akan sesukar perintah 
mengumpulkan ayat-ayat Quran.

Lalu aku berkata pada Abu Bakr, Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul 
Auwloh saja tidak lakukan? Abu Bakr menjawab, Demi Auwloh, ini adalah usaha 
yang baik. Abu Bakr terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Auwloh 
membuka hatiku seperti Dia telah membuka hati Abu Bakr dan Umar. 
Lalu aku mulai mencari ayat-ayat Quran dan mengumpulkannya dari (yang ditulis 
di) tangkai-tangkai palem, batu-batu putih tipis dan juga orang-orang yang 
mengingatnya dalam hati, sampai aku menemukan ayat akhir dari Surat At-Tauba 
(Pertobatan) dari Abi Khuzaima Al-Ansari, dan aku tidak menemukan ayat ini pada 
orang lain.

Ayatnya berbunyi: Sesungguhnya telah datang bagimu seorang Rasul (Muhammad) 
dari antara kalian sendiri. Dia sedih melihat engkau harus menerima kecelakaan 
atau kesusahan (sampai akhir Surat-Baraa (At-Tauba) (9.128-129). Lalu 
naskah-naskah (salinan) lengkap Qurandisimpan Abu Bakr sampai dia mati, lalu 
disimpan Umar sampai akhir hidupnya, dan kemudian disimpan Hafsa, anak 
perempuan Umar.

Sewaktu aku mempelajari Hadis Sahih di atas dan Hadis yang lain yang sama 
pesannya, aku mendapatkan hal-hal yang penting.

Pertama, Umar khawatir jika Qurantidak ditulis, dan jika para penghafal Quran 
banyak yang mati, maka sebagian besar Quran akan hilang. Kedua, ini adalah 
tugas yang monumental (besar sekali) yang diberikan pada Zaid karena Muhammad 
sendiri tidak pernah melakukan hal ini, dan Zaid menjelaskan kekhawatirannya. 
Ketiga, perlu banyak usaha untuk mengumpulkan ayat-ayat Quran karena beberapa 
ayat hanya diingat oleh satu orang dan tidak ada orang lain yang menegaskan 
atau membenarkannya.

Ada beberapa Hadis Sahih lain yang juga mengatakan hal itu. Kejujuran Zaid 
membuatku waswas. Apakah betul ini adalah tugas yang sangat berat? Apakah 
memang dia orang yang tepat melaksanakan tugas itu? Aku mulai mencari dan 
menemukan bahwa Muhammad telah menganjurkan orang-orang lain dan bukan Zaid 
untuk mengajar Quran. Dari Hadis Sahih: 
Volume 6, Buku 61, Nomer 521: Dikisahkan oleh Masriq:
'Abdullah bin 'Amr mengingatkan 'Abdullah bin Masud dan berkata, "Aku akan 
mencintai orang itu selamanya, karena aku mendengar sang Nabi berkata, 
Belajarlah Quran dari empat orang ini: 'Abdullah bin Masud, Salim, Mu'adh dan 
Ubai bin Ka'b.

Aku sangat khawatir karena tidak seorang pun dari keempat orang yang 
direkomendasikan Muhammad untuk mengajar Quran diberi tugas untuk mengumpulkan 
atau menegaskan kebenarannya. Yang disuruh malah juru tulisnya Muhammad: Zaid 
bin Thabit. Dia juga khawatir bahwa tugas ini terlalu berat. Tapi baik Khalifa 
Abu Bakr maupun Umar pada saat itu tidak minta satu pun dari keempat orang di 
atas untuk memeriksa hasil kerja Zaid. 
Aku lanjutkan penyelidikanku dengan rasa agak bingung karena proses penyusunan 
ini ternyata melibatkan lebih banyak hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. 
Sayangnya, aku mendapatkan bahwa sejarah penyusunan Quran tidak berhenti pada 
saat itu saja. Dengan makin bertambah dan menyebarnya masyarakat Muslim, jadi 
bertambah sukar pula untuk mempertahankan keutuhan isi Quran karena tidak ada 
satu patokan isi Quran yang sah, tapi setiap guru agama punya salinan mereka 
sendiri. Ini mengakibatkan banyaknya ketidaksetujuan diantara masyarakat 
Muslim, dan karena itu, Khalifa Uthman diminta untuk berbuat sesuatu untuk 
menanggulangi hal ini. Harap ingat bahwa pada saat itu, naskah Quran yang 
dikumpulkan Zaid tidak disebarkan ke mana-mana, dan masih disimpan oleh Hafsa. 
Juga perhatikan apa yang dilakukan Khalifa Uthman seperti yang diterangkan di 
Hadis Sahih Bukhari berikut.

Volume 6, Buku 61, Nomer 510: Dikisahkan oleh Anas bin Malik: 
Hudhaifa bin Al-Yaman datang pada Uthman pada saat orang-orang Sham dan Iraq 
sedang mengadakan perang untuk menaklukkan Arminya dan Adharbijan. Hudhaifa 
takut akan perbedaan pelafalan Quranyang dilakukan mereka (orang-orang Sham dan 
Iraq), lalu dia berkata pada Uthman, ketua orang yang beriman! Selamatkan 
negara ini sebelum mereka bertentangan tentang Buku ini (Quran) seperti yang 
dilakukan orang Yahudi dan Kristen sebelumnya. Lalu Uthman mengirim pesan pada 
Hafsa yang isinya, Kirim pada kami naskah-naskah Quran sehingga kami bisa 
mengumpulkan bahan-bahan Qurandalam salinan yang sempuran dan mengembalikan 
naskah-naskah itu padamu. Hafsa lalu mengirimkannya pada Uthman. Uthman lalu 
memerintahkan Zaid bin Thabit, 'Abdullah bin AzZubair, Said bin Al-As dan 
'AbdurRahman bin Harith bin Hisham untuk menulis ulang naskah-naskah itu 
menjadi salinan yang sempurna. ‘Uthman berkata pda tiga orang Quraish, 
Andaikata kau tidak setuju dengan Zaid bin Thabit
tentang isi apapun dalam Quran, maka tulislah Quran dalam dialek Quraish, agar 
Quran dinyatakan dalam bahasa asli mereka. Mereka melakukan itu, dan ketika 
mereka telah menulis banyak salinan, Uthman mengembalikan naskah-naskah yang 
asli pada Hafsa. Uthman mengirim satu salinan Quran ke setiap propinsi Muslim, 
dan memerintahkan semua tulisan-tulisan Quran lain, baik yang ditulis di 
beberapa naskah atau seluruh buku, dibakar. Said bin Thabit menambahkan, “Satu 
ayat dari Surat Ahzab hilang dariku ketika kita menyalin Quran dan aku biasa 
mendengar Rasul Auwloh menceritakannya. Maka kami mencarinya dan menemukannya 
pada Khuzaima bin Thabit Al-Ansari. (Ayat ini berbunyi): ‘Diantara 
orang-orang yang Beriman ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka 
janjikan kepada Auwloh.” (33.23).

Dari mempelajari kisah di atas dan juga Hadis Sahih lain yang pesannya serupa, 
aku perhatikan ada beberapa kumpulan Quran yang berbeda-beda yang tersebar saat 
itu. Ini adalah bagian kumpulan Quran yang dibuat oleh keempat guru-guru Quran 
yang direkomendasikan Muhammad seperti yang ditulis di Hadis terdahulu, yakni 
salah satunya Ubai bin Ka'b. Lagi-lagi aku merasa terganggu dengan hal-hal 
berikut.

Pertama, ada banyak ketidaksetujuan diantara para Mauslim tentang apa yang 
seharusnya ada dalam Quran. Karena itu, Khalifa Uthman memerintahkan 
naskah-naskah Quran yang disimpan Hafsa untuk disalin dan disebarkan dan 
ditunjuk sebagai salinan Quran yang sah. Kedua, jika ada banyak ketidaksetujuan 
diantara ahli-ahli tulis yang menyalin Quran tentang bagaimana melafalkan suatu 
ayat, Uthman menyuruh mereka menulisnya dalam dialek Quraish. Aku merasa kecewa 
ketika tahu Khalifa Uthman memerintahkan perubahan kata-kata Quran ke dalam 
dialek Quraish. Apakah perubahan bagian dari tujuh versi Quranyang berbeda? Aku 
tidak menemukan penjelasan ini di Hadis Sahih. Yang terakhir, aku kaget sekali 
ketika Khalifa Uthman memerintahkan penghancuran Quran-quran yang lain tidak 
peduli apakah seluruhnya atau sebagian saja. Ini sangat mengganggu. Aku 
bertanya dalam hati: mengapa? Mestinya karena Quran-quran lain yang beredar 
saat itu begitu berbeda dengan yang dimiliki
Khalifa sehingga dia sampai-sampai mengeluarkan perintah yang begitu keras. 
Ingat saat Al-Yaman bertemu Uthman untuk memintanya menyelamatkan negara karena 
mereka berbeda pendapat tentang Quran. Sekarang Khalifa Uthman memerintahkan 
disebarkannya salinan yang dimiliki Hafsa, padahal versi ini belum pula 
disahkan oleh guru-guru Quranterbaik untuk jadi patokan Quranyang sah.

Sewaktu aku menyelidiki apa kemungkinan perbedaannya yang ada, aku menemukan 
contoh kata Bismillah yang hilang pada awal Surah 9, ayat perajaman yang hilang 
yang berhubungan dengan perzinahan, dan lalu ayat ini dihapus, ditarik kembali, 
dibatalkan atau dilupakan. Aku telah membicarakan hal ini dalam penelitianku 
tentang ayat-ayat yang dibatalkan. Aku menjumpai bahwa meskipun perintah 
penghancuran diberikan, beberapa bagian dari versi Quran lain ternyata selamat, 
mungkin karena orang-orang Muslim hafal akan variasi lain dari Quran. 
Contohnya, dari terjemahan Quran oleh Abdullah Yusuf Ali dan dari catatan kaki 
kutemukan Qiraat (bacaan Quran) lain, dari Ka’b yang direkomendasikan Muhammad 
sebagai satu dari empat guru terbaik untuk mengajar Quran. Dia menulis ada 
kata-kata tambahan bagi Surah 33:6. Aku dulu diajari bahwa tidak ada satu titik 
pun yang diubah, dan inilah seluruh kalimat yang hilang yang ditandai dengan ** 
di bawah di catatan kaki 3674 dari
Abdullah Yusuf Ali.

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka 
sendiri, ** dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang 
mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam 
Kitab Auwloh daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali 
kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang 
demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Auwloh) . Surah 33:6

** Catatan kaki 3674: Di beberapa Qiraats, seperti yang dimiliki Ubai ibn Ka’b, 
muncul pula kata-kata ini “dan dia adalah ayah bagi mereka, yang mengartikan 
bahwa hubungan spiritualnya dan hubungannya dengan kata-kata dan 
isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.

Ini bukan berita baik bagiku. Tidak ada guru Muslim yang bahkan mengisyaratkan 
kenyataan bahwa naskah akhir Quran yang diperintahkan oleh Khalifa Uthman untuk 
disebarkan sebenarnya punya sejarah yang penuh perubahan, pertentangan dan 
penghancuran.

Dengan menyesal aku mengambil kesimpulan pengertian mengenai penyusunan Quran 
bahwa: 
Muhammad tidak pernah mengumpulkan bahan-bahan Quran menjadi satu naskah Quran 
tunggal. Dia merekomendasikan empat guru untuk mengajar bahan-bahan Quran. Dia 
juga menegaskan bahwa Quran dapat dilafalkan dalam tujuh cara.

Khalifa Abu Bakr memerintahkan Zaid bin Thabit, salah satu juru tulis, dan 
bukan empat guru yang direkomendasikan Muhammad, untuk menyusun bahan-bahan 
Quranjadi satu naskah tunggal, ketika para qurra mulai berguguran di medan 
perang.

Dalam beberapa tahun, versi Quran yang berbeda-beda muncul dan menyebabkan 
banyak masalah diantara masyarakat Muslim. Khalifa Uthman memerintahkan 
penyebaran salinan dari versi Quran yang dibuat oleh Zaid bin Thabit yang 
disimpan oleh anak Khalifa Umar, yakni Hafsa. Dia lalu memerintahkan 
penghancuran Quran-quran yang telah disusun orang lain.

Sebagian Muslim tentunya tidak suka dengan kesimpulan ini karena mereka percaya 
bukan ini yang terjadi. Akan tetapi, tulisan sah yang diakui dalam sejarah 
Islam adalah dari Hadis Sahih, Sirat (riwayat hidup Muhammad) dan dari Tafsir 
Quran. Tidak ada sumber sejarah Islam lain yang bisa menjelaskan dengan sah 
tentang masalah ini. Dari semua sumber yang lain, kesaksian yang ada juga mirip 
seperti yang telah aku jabarkan dengan menggunakan Hadis Sahih Bukhari sebagai 
sumber keterangan yang utama. Quran yang kita miliki sekarang jauh dari 
kumpulan Quran yang sempurna dan berwenang seperti yang dulu diajarkan padaku 
bahwa kita punya Quran asli dari Muhammad.

Sumber:
www.indonesia. faithfreedom. org/forum/ viewtopic. php?t=566
http://answering- islam.org. uk/Authors/ FarooqIbrahim
 














      

------------------------------------

Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke