[zamanku] Adakah Dzikir Untuk Pengobatan? (Finish)

2008-11-12 Terurut Topik Verri DJ


Quantum Dzikir Untuk Kesehatan
Seri ke 2 - Finish


Oleh : Ferry Djajaprana


Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)



Tahap Psikoterapi Doa

1. Tahap kesadaran Sebagai Hamba
Pada tahap ini adalah tahap pembangkitan kesadaran. Kesadaran sebagai hamba 
dan kesadaran kelemahan manusia. Sebelum berdoa seorang hamba diharuskan 
untuk merendahkan diri kepada Allah. Pada kesadaran ini  seseorang 
disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit sebagai bagian diri 
kemudian dimintakan kesembuhan kepada Allah.


2. Tahap Kesadaran Akan Kekuasaan Allah
Kesadaran akan kekuasan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang 
memberi Kesembuhan akan sesuatu penyakit. Tahap ini menumbuhkan keyakinan 
kita kepada Allah atas kemampuan Allah dalam menyembuhkan.


3. Tahap Komunikasi
Berkomunikasi dengan Allah adalah suatu hal yang penting, tahap ini bisa 
berupa pengakuan dosa. Dengan hati yang bersih maka kontak dengan Allah 
akan lebih jernih.
Pengungapan kegundahan hati dan kesulitan yang dihadapi  akan menumbuhkan 
rasa dekat dengan Allah.
Permohonan doa kesembuhan terhadap apa yang dialami, jangan memaksakan 
kehendak agar Allah mengabulkan.
Tahap menunggu dan diam, namun hati tetap mengadakan permohonan kepada 
Allah. Pada tahap ini kita pasrah kepada Allah dan mengikuti kemauannya 
Allah dan apa kehendak Allah. Maka dengan sikap ini diharapkan akan dapat 
menangkap jawaban Allah.


Proses Terapi Doa

1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk disembuhan oleh Allah.
2. Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada 
ketegangan otot.
3. Sadari kesalahan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan 
kesadaran bahwa kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
4.Sadari kebesaran Allah melalui alam ciptaan-Nya, Dia yang memberi hidup 
dan mati, Dia yang memberi sembuh dan sakit.

5. Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah.
6. Mintakan kesembuhn kepada Allah
7. Tetap rilek dan masih pada posisi memohon kepada Allah
8. Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa 
yang dipanjatkan.

9. (Menunggu jawaban doa, diam namun tetap ingat memohon kepada Allah)

Proses Relaksasi Dzikir untuk Mengobati Insomnia

1. Ambil posisi tidur telentang yang paling nyaman
2. Pejamkan mata dengan perlahan-lahan, jangan dipaksakan agar otot 
disekitar mata tidak tegang.
3. Lemaskan semua otot. Mulai dari kaki, betis, paha dan perut. Gerakkan 
bahu beberapa kali agar rileks.
4. Bernafas dengan wajar, dan ucapkan dalam hati frase yang akan diulang, 
umpamnya Subhanallah.
Pada saat mengambil nafas ucapkan Subhanallah dalam hati, setelah selesai 
keluarkan nafas dengan mengucapkan Allah dalam hati. Sambil terus 
melakukan no, 4, lemaskan seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah kepada 
Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasip yang diperlukan dalam relaksasi, 
dari sikap pasip ini akan memunculkan efek relaksasi ketenangan yang luar 
biasa.


Selamat mencoba..

Note : Ref. Buku  Quantum Dzikir,  Abu T. Segara, Lafal, Yogyakarta

Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com







[zamanku] Adakah Dzikir Untuk Pengobatan ?

2008-11-02 Terurut Topik Verri DJ

Quantum Dzikir Untuk Kesehatan

Oleh : Ferry Djajaprana


Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)

Berdasarkan penelitian Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard 
University menjelaskan bahwa  ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki 
lebih pengaruh baik kepada manusia. Menurut Benson tidak ada keimanan yang 
banyak memberikan kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 
Menurutnya, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk 
percaya kepada Allah.
Menurut penelitian David B. Larson dan timnya dari The American National 
Health Research,  menjelaskan perbandingan yang taat beragama dengan yang 
tidak taat beragama untuk  sakit jantung ternyata 60% lebih rendah 
dan  bunuh diri 100% lebih rendah dari pada yang tidak taat beragama.


Sementara itu Prof. Dr.  Dadang Hawari, dari  Fakultas Kedokteran 
Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan 
bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit 
atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi 
psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang 
paling penting selain obat dan tindakan medis.


Berkaitan dengan itu, doa dan dzikir merupakan komitmen keimanan seseorang. 
Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir 
adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.


Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya 
dalam bentuk yang  meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, 
membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan 
dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim. Dalam arti 
khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan 
memenuhi tatatertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh 
Allah dan rosulnya.


Dzikir dibagi tiga. Pertama, dzikir atas dzatnya, yakni pengucapan laa 
ilaaha illallaah. Kalimat ini untuk menyeimbangkan  dan menselaraskan hati 
dengan Sang Pencipta. Kedua dzikir atas ilmunya, yakni pengucapan 
Muhammadar Rosuulullah. Allah memberikan pengetahuan dengan perantaraan 
Rosul SAW. Melalui beliau dituturkan kepada yang berhak mendapatkan 
petunjuk. Ali R.A. adalah penghubungnya atau wasilah, sesuai hadits Aku 
adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya. Ketiga, dzikir atas 
af'al-Nya, yakni pengucapan Fi kulli lamhatin wa nafasin Adada maa 
wasi'ahuu 'Ilmullah (sebanyak kedipan dan nafas mahluk, serta seluas Ilmu 
Allah).


Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas penciptaan 
Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh mahluk-Nya baik yang tidak 
terlihat. Penghayatan dzikir ini sesuai dengan firman Allah Yakni 
orang-orang yang berdzikir kepada  Allah dengan berdiri, duduk dan 
berbaring dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. (QS. Ali 
Imran: 191)


Konsep penghayatan dzikir tidak berhenti pada pengucapan dan pelantunan 
dzikir semata, tetapi sentuhan jiwa kepada Allah Yang Rahman dan Rahim 
menjadi cermin utama dalam menyikapi berbagai keadaan dalam kehidupan.


Allah SWT yang menjadi obyek pada saat kita dzikir akan berubah menjadi 
subyek, ketika perwujudan dan sifat-sifat Allah yang tampak pada setiap 
ciptaan-Nya mengambil tempat pada sikap dan perilaku yang berdzikir. Dengan 
bertafakkur pada kondisi demikian, kesadaran terhadap luasnya ilmu Allah 
akan tampak begitu nyata.


Dzikir kepada Allah bukan hanya semata-mata mengucapkan Asma Allah didalam 
lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah 
adalah ingat kepada Asma, Dzat, Sifat dan Af'al-Nya. Kemudian memasrahkan 
kepada-Nya hidup dan mati, sehingga tidak ada lagi rasa khawatir, takut 
maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan.


Berserah diri menjadi kata kunci dalam memasuki pengalaman untuk 
mendekatkan diri kepada-Nya. Berserah diri tidak mungkin bila kita masih 
memiliki ego tentang diri kita masing-masing.


Hati bagaikan cermin. Setiap kali kita melakukan dosa maka ibarat debu yang 
menempel pada cermin. Ketika hati kita sudah bersih, alampun menyambut 
dengan seluruh aliran energi yang ada di permukaannya. Pada akhirnya 
masalah bukan lagi hal yang menakutkan, akan tetapi justru menjadi bumbu 
yang harus diramu menjadi energi untuk hisup. Energi yang mengalir dengan 
benar maka akan membawa keselarasan dalam hidup kita. Energi yang kita 
alirkan pada arah yang keliru, akan menghasilkan kerusakan seluruh dimensi 
kehidupan kita.


Psikoterapi Dzikir dan Doa

Psikoterapi dzikir dan doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan 
keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah 
metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa 
dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. 
Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang,  tenteram dan 
bahagia.


Note : Ref. Buku  Quantum Dzikir,  Abu T. Segara,