Quantum Dzikir Untuk Kesehatan
Oleh : Ferry Djajaprana
Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)
Berdasarkan penelitian Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard
University menjelaskan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki
lebih pengaruh baik kepada manusia. Menurut Benson tidak ada keimanan yang
banyak memberikan kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah.
Menurutnya, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk
percaya kepada Allah.
Menurut penelitian David B. Larson dan timnya dari The American National
Health Research, menjelaskan perbandingan yang taat beragama dengan yang
tidak taat beragama untuk sakit jantung ternyata 60% lebih rendah
dan bunuh diri 100% lebih rendah dari pada yang tidak taat beragama.
Sementara itu Prof. Dr. Dadang Hawari, dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan
bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit
atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi
psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang
paling penting selain obat dan tindakan medis.
Berkaitan dengan itu, doa dan dzikir merupakan komitmen keimanan seseorang.
Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir
adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.
Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya
dalam bentuk yang meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa,
membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan
dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim. Dalam arti
khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan
memenuhi tatatertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh
Allah dan rosulnya.
Dzikir dibagi tiga. Pertama, dzikir atas dzatnya, yakni pengucapan laa
ilaaha illallaah. Kalimat ini untuk menyeimbangkan dan menselaraskan hati
dengan Sang Pencipta. Kedua dzikir atas ilmunya, yakni pengucapan
Muhammadar Rosuulullah. Allah memberikan pengetahuan dengan perantaraan
Rosul SAW. Melalui beliau dituturkan kepada yang berhak mendapatkan
petunjuk. Ali R.A. adalah penghubungnya atau wasilah, sesuai hadits Aku
adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya. Ketiga, dzikir atas
af'al-Nya, yakni pengucapan Fi kulli lamhatin wa nafasin Adada maa
wasi'ahuu 'Ilmullah (sebanyak kedipan dan nafas mahluk, serta seluas Ilmu
Allah).
Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas penciptaan
Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh mahluk-Nya baik yang tidak
terlihat. Penghayatan dzikir ini sesuai dengan firman Allah Yakni
orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri, duduk dan
berbaring dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. (QS. Ali
Imran: 191)
Konsep penghayatan dzikir tidak berhenti pada pengucapan dan pelantunan
dzikir semata, tetapi sentuhan jiwa kepada Allah Yang Rahman dan Rahim
menjadi cermin utama dalam menyikapi berbagai keadaan dalam kehidupan.
Allah SWT yang menjadi obyek pada saat kita dzikir akan berubah menjadi
subyek, ketika perwujudan dan sifat-sifat Allah yang tampak pada setiap
ciptaan-Nya mengambil tempat pada sikap dan perilaku yang berdzikir. Dengan
bertafakkur pada kondisi demikian, kesadaran terhadap luasnya ilmu Allah
akan tampak begitu nyata.
Dzikir kepada Allah bukan hanya semata-mata mengucapkan Asma Allah didalam
lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah
adalah ingat kepada Asma, Dzat, Sifat dan Af'al-Nya. Kemudian memasrahkan
kepada-Nya hidup dan mati, sehingga tidak ada lagi rasa khawatir, takut
maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan.
Berserah diri menjadi kata kunci dalam memasuki pengalaman untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Berserah diri tidak mungkin bila kita masih
memiliki ego tentang diri kita masing-masing.
Hati bagaikan cermin. Setiap kali kita melakukan dosa maka ibarat debu yang
menempel pada cermin. Ketika hati kita sudah bersih, alampun menyambut
dengan seluruh aliran energi yang ada di permukaannya. Pada akhirnya
masalah bukan lagi hal yang menakutkan, akan tetapi justru menjadi bumbu
yang harus diramu menjadi energi untuk hisup. Energi yang mengalir dengan
benar maka akan membawa keselarasan dalam hidup kita. Energi yang kita
alirkan pada arah yang keliru, akan menghasilkan kerusakan seluruh dimensi
kehidupan kita.
Psikoterapi Dzikir dan Doa
Psikoterapi dzikir dan doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan
keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah
metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa
dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya.
Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang, tenteram dan
bahagia.
Note : Ref. Buku Quantum Dzikir, Abu T. Segara,