Sejak Desember tahun lalu, 60 gay terbunuh.
Adegan mengenaskan yang direkam melalui sebuah telepon seluler itu telah 
menyebar ke seantero Ibu Kota Bagdad, Irak. Isinya, seorang bocah lelaki tampak 
ketakutan dan merengek minta belas kasihan kepada sekumpulan lelaki dewasa. Gay 
cilik itu dipaksa melucuti beha dan celana dalam perempuan yang ia kenakan di 
balik jubahnya.
“Kenapa kamu berpakaian seperti perempuan?” tanya seorang lelaki sambil 
mengacungkan tongkat ke arah bocah yang sedang melepas kutangnya tersebut. Anak 
lelaki yang berusia sekitar 12 tahun itu mengaku disuruh keluarganya berdandan 
seperti perempuan untuk mencari uang.
Kejadian itu berlangsung di sebuah kantor polisi. Karena itulah, para pegiat 
hak asasi mengklaim telah terjadi pembunuhan dan pelecehan secara sistematis 
terhadap kelompok homoseksual di Irak. Sejak Desember tahun lalu, kata mereka, 
60 homo terbunuh.
Kaum homo di Bagdad dan wilayah lain di Irak memang hidup serba ketakutan. 
Selain dilecehkan, mereka menjadi incaran pembunuhan, baik oleh keluarga, 
polisi, maupun milisi bersenjata yang bertebaran di Negeri Dua Sungai itu. 
Nama-nama mereka dipampangkan di sepanjang tembok pemisah di Kota Sadr, kawasan 
kaum Syiah di wilayah timur Bagdad.
Mereka yang masuk daftar bersembunyi. Kebencian terhadap kalangan homo ini kian 
menjadi lantaran pesan para ulama. Syekh Jassim al-Mutairi biasa memanfaatkan 
khotbah saban Jumat di Kota Sadr untuk mengecam mereka. Ia menyeru kepada 
seluruh keluarga agar mencegah anak-anak muda mereka berlaku seperti perempuan.
Menurut seorang gay Bagdad, kampanye pembunuhan terhadap kelompoknya yang 
berlangsung sejak 2004 makin kejam. Ia mengaku 16 rekannya tewas. “Rasanya 
seperti hidup di neraka. Percayalah, seperti neraka. Ke mana pun saya pergi, 
ada pos pemeriksaan. Ketika mereka (polisi) mengetahui siapa saya, mereka ingin 
menyentuh dan menganiaya saya,” kata dia, yang mengaku bernama Surur, kepada 
BBC.
Seorang gay yang kabur dari Irak pekan lalu mengungkapkan pernah dipukuli 
selama tiga pekan di tahanan polisi. Nyawanya selamat setelah teman-temannya 
memberikan uang suap US$ 5.000 atau lebih dari Rp 50 juta untuk membebaskan dia.
Namun, para pejabat pemerintah Irak membantah tudingan melancarkan kampanye 
antigay. Menurut Brigadir Diah Sahi, kepala bagian investigasi kejahatan 
kepolisian Irak, pihak Kementerian Dalam Negeri tidak mengeluarkan kebijakan 
untuk menangkapi para homo. “Itu masalah psikologi. Menangkap dan memenjarakan 
orang-orang seperti itu tidak akan mengubah apa pun,” ia menegaskan.
Pihak berwenang boleh saja memberikan bantahan. Yang pasti, kaum gay di Irak 
seolah dikejar maut. BBC | FAISAL ASSEGAF

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/27/Internasional/krn.20090427.163658.id.html

Kirim email ke