SECARA historis batik telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak abad
ke-7 silam. Dahulu medianya berupa daun lontar dan motifnya didominasi
oleh gambar binatang serta tamanan. Kemudian, motif-motif itu
berkembang menjadi motif yang sifatnya abstrak: menyerupai awan,
wayang, relif candi dan lain-lain. Dari sini, batik terus berkembang.

Pada jaman Majapahit, kerajinan membatik semakin populer di kalangan
masyarakat dan lalu berlanjut pada kerajaan-kerajaan setelahnya. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Surakarta dan
Yogyakarta. Pada mulanya, batik dikerjakan hanya terbatas dalam
keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya. Karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar
keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan
dikerjakan di tempatnya masing-masing. Lambat laun kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan
kaum perempuan dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Dari sini, kegiatan membatik semakin meluas. Sampai awal abad ke-20
batik yang dihasilkan semuanya batik tulis. Batik cap mulai dikenal
sekitar tahun 1920-an.

Ada dua pendapat dari ahli sejarah yang saling bertentangan tentang
asal muasal batik ini. Pendapat pertama datang dari seorang ahli
sejarah asal Belanda yang pernah meneliti batik, G.P. Rouffaer.
Menurutnya, batik Indonesia berasal dari India. Lebih lanjut, Rouffaer
mengatakan, kain indah itu dibawa para saudagar sekitar abad ke-12.
Tapi dugaan G.P. Rouffaer ini dibantah oleh seorang peneliti lain,
Prof. DR. Sutjipto Wirjo Suparto. Sutjipto mengatakan, batik adalah
hasil karya orisinal bangsa Indonesia. Menurutnya, sebelum saudagar
India datang, masyarakat Indonesia telah mampu menenun dan membuat
batik sejak masa kerajaan Sriwijaya pada abad ke-8. Terlepas dari itu
semua, batik kini toh telah identik dengan bangsa kita. Secara
harfiah, batik berasal dari bahasa Jawa, yakni amba yang artinya
menulis dan titik. Istilah batik merujuk pada kain dengan corak yang
dihasilkan oleh bahan malam. Kemudian diaplikasikan ke atas kain,
sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Mulanya, batik cuma
diterapkan di serat alam saja, seperti katun dan sutera. Namun, dengan
perkembangan teknologi, batik pun mulai diterapkan pada serat
sintetik, seperti polyester, polymide, bahkan lycra. Saat ini dikenal
empat macam batik, yakni batik tulis, batik cap, batik printing, dan
batik kombinasi.

Dilihat dari jenisnya, batik di Indonesia terbagi menjadi enam macam,
yakni batik kraton, batik sudagaran, batik petani, batik belanda,
batik cina, dan batik jawa hokokai. Jenis batik yang disebutkan
terakhir, menarik untuk dikemukakan. Ternyata, situsi politik dan gaya
hidup masyarakat pendukung sangat erat memengaruhi perkembangan seni
batik di Indonesia, terutama Jawa. Terbukti, pada masa pendudukan
Jepang (1942-1945) lahir batik jawa hokokai. Jenis batik ini mengambil
nama dari organisasi bentukan pemerintah militer Jepang, yaitu Jawa
Hokokai. Jawa Hokokai atau yang dalam bahasa Indonesia berarti
Himpunan Kebaktian Jawa, didirikan pada 1 Maret 1944 oleh Panglima
Tertinggi Keenambelas, Jendral Kumakici Harada, sebagai pengganti
organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Jawa Hokokai mempunyai
anggota istimewa yang terdiri atas Fujinkai (organisasi wanita), Boei
Engokai (tata usaha pembantu prajurit Peta dan Heiho), Keimin Bunka
Shidosho (Pusat Kebudayaan), serta beberapa Hokokai perusahaan.
Batik-batik itu awalnya dipesan oleh orang dari lembaga Jawa Hokokai
untuk orang-orang Indonesia yang dianggap berjasa dalam propaganda
Jepang. Kemudian batik seperti ini menjadi mode dan banyak orang
Indonesia kaya yang ikut membeli batik dengan ciri tersebut.

Batik jawa hokokai dihasilkan dengan teknik tulis. Batik ini berupa
kain panjang yang dipola pagi-sore (dua corak dalam satu kain) sebagai
solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Maklum, karena
zaman itu zaman yang susah. Pengaruh batik ini sangat terasa pada
batik-batik di pesisir utara Jawa Tengah. Lazimnya, batik jenis ini
dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing mempunyai
peranan dalam hal proses pembatikan yang berbeda.

Dalam buku A Play of Light and Shades, Iwan Tirta mengemukakan bahwa
para juragan batik memperkenalkan batik jawa hokokai sebagai tanda
“penyesuaian” kepada penguasa baru, dalam hal ini Jepang, supaya
mereka mendapat tempat. Motif yang dominan ditampilkan adalah
kupu-kupu dan kuncup bunga sakura dengan latar belakang corak Jawa
tradisional, seperti parang, kawung, dan sidomukti. Ada yang berbentuk
burung merak yang mengembangkan bulu ekor yang indah. Motif ini
terkenal dengan sebutan merak ngigel. Semuanya dibentuk dari arsir
garis halus dalam corak dan bentuk yang dikerjakan dengan sentuhan
yang sangat halus.

Menurut informasi, meskipun motif-motif ini digunakan untuk batik jawa
hokokai, namun sebenarnya motif-motif itu telah ada sebelum Jepang
datang. Motif bunga, ternyata telah dikerjakan pada 1940. Di sebuah
bengkel kerja kepunyaan orang peranakan Tionghoa di Kudus serta Solo,
sudah menggunakan motif buketan yang berulang: disebut buketan
Semarangan. Selain itu, Hermen Veldhuisen dalam Fabric of Enchantment,
Batik from the North Coast of Java, menyebutkan bahwa motif kupu-kupu
juga bukan merupakan pengaruh Jepang. Menurutnya, kupu-kupu adalah
pengaruh juragan Cina yang membuat batik di bengkel-bengkel mereka.
Kain batik pagi-sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif
yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan
merupakan ciri khas batik hokokai, karena kain pagi-sore ada kain
pagi-sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Pada 1950-an,
batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik jawa hokokai,
yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen (latar belakang)-nya tak
serapat batik hokokai. Terlepas dari itu semua, batik jawa hokokai,
bagaimanapun asal muasalnya itu, telah menambah kekayaan ragam batik
di tanah air. Batik adalah kekayaan budaya kita yang mesti kita jaga
bersama. ***

Dimuat indonesia art news, edisi Kamis 25 Februari 2010.


------------------------------------

Ingin bergabung di zamanku? Kirim email kosong ke: 
zamanku-subscr...@yahoogroups.com

Klik: http://zamanku.blogspot.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/zamanku/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    zamanku-dig...@yahoogroups.com 
    zamanku-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    zamanku-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke