W = Berikut yg bisa saya update belief system saya sendiri dari
hasil-hasil mencermati/ mendialektikakan posting-posting di Milis SI,
dan terima kasih atas posting-posting dari rekan-rekan yg mencerahkan.



L = So, the judul is updating belief system, you have been updating
your belief system. What a wonderful deed you do! Jarang-jarang ada
orang yg mao update belief system-nya sendiri. Kebanyakan orang tidak
mau using his or her brain, dan cuma mengambil alih segala macam
nonsense yg diajarkan oleh guru-guru agama as well as guru-guru
motivasional (oops!). Akhirnya mereka jadi beo saja, bisa berbunyi tapi
menirukan saja. 



W = Dari masalah politheisme, saya menyadari bahwa rupanya dulu ketika
diterangkan Mas Doel saya masih belum konek, karena belief system saya
masih menganggap bahwa sesuatunya di alam semesta ini ter-central.



Namun pelan-pelan mengikuti posting monotheisme politheisme, menurut
hemat saya agama monotheisme tidak perlu dianalisis menggunakan sudut
pandang politheisme, demikian juga konsep politheisme jangan ditarik ke
dalam sudut pandang monotheisme, bagi saya jadinya malah semakin
membingungkan. Saya justru lebih bisa menikmati ketika menyadari bahwa
ternyata ada konsep politheisme yang menarik disamping konsep
monotheisme. Belief system saya saat ini justru meng-accept keduanya
brilian/ cerdas dan menjadi sebuah konsep dan akan saya jadikan sistem
analisis/ sudut pandang. 



Jadi membandingkan monotheisme dan politheisme bagi saya seperti
menjalankan dialektika, yaitu dari thesis politheisme di anti thesis
monotheisme, keduanya masih dalam rangkaian rumus dialektika. Keduanya
mempunyai posisi dan konsep masing-masing yang tidak perlu dinilai
salah dan benar, dan tidak perlu dipaksakan dicari kesamaannya tapi
saya kira keduanya justru sebatas disadari keberadaannya saja, keduanya
benar-benar exist konsepnya, keduanya telah saya tanamkan saja kedalam
belief system baru saya bahwa ternyata ada metode lain dalam cara
analisa daripada satu konsep monotheisme saya yg lama.



L = That's good. Monotheisme dan politheisme itu cuma konsep saja.
Kalau azas tunggal maka namanya monotheistik, kalau azasnya banyak maka
politheistik. Politheisme itu sistem plural atau majemuk, yg bisa
menerima perbedaan. Dalam politheisme ada banyak sudut pandang yg
semuanya valid saja. Tidak ada yg benar dan salah, yg ada cuma posisi
mana yg paling cocok untuk suatu saat tertentu. Dunia modern dan bahkan
masa POST modern dimana kita hidup saat ini bersifat politheistik,
artinya kita menerima dan mengakui bahwa ada banyak sudut pandang yg
sah.



Bhinneka tunggal ika itu sistem politheistik, artinya mengakui bahwa
ada banyak Tuhan, Tuhan mana disini diartikan sebagai Suku, Ras, Agama,
Golongan, Usia, Jenis Kelamin, dan Orientasi Seksual. Theism artinya
mengakui Tuhan. Monotheisme mengakui satu Tuhan, dan Politheisme
mengakui banyak Tuhan. Monotheistik adalah sistem yg hanya mengakui
satu Tuhan seperti mungkin dipraktekkan di Arab Saudi, dan politheistik
adalah sistem yg mengakui BANYAK Tuhan seperti di Indonesia, walaupun
ada juga usaha-usaha untuk meng-Arab-Saudi-kan Indonesia seperti
membasmi tari jaipongan dari Jawa Barat karena dianggap tidak sesuai
dengan syariat Islam. 



Mereka yg ingin membasmi jaipongan berpendapat bahwa Indonesia harus
monotheistik mengikuti paham Wahabi yg dipraktekkan secara murni dan
konsekwen di negara Arab tertentu, hal mana tentu saja tidak bisa
dilaksanakan karena Indonesia dibangun berdasarkan prinsip politheisme,
ada banyak Tuhan.



Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya mengakui banyak Tuhan, tetapi juga
satu Tuhan. So, segala macam Tuhan yg ada di Indonesia, baik itu Suku,
Agama, Ras, Golongan, Jenis Kelamin, Usia, dan Orientasi Seksual,...
ternyata diakui sebagai bagian dari Tuhan yg satu. Walaupun ada banyak
Tuhan, ternyata semuanya bagian dari Tuhan yg satu. Itu arti dari
Bhinneka Tunggal Ika, suatu sistem politheistik yg sekaligus juga
monotheistik. Mengakui banyak Tuhan, tetapi juga menerima kenyataan
bahwa semua Tuhan-Tuhan itu ternyata merupakan bagian dari Tuhan yg
SATU. Karena semuanya merupakan bagian dari Tuhan yg satu itu, akhirnya
diskriminasi menjadi hal yg haram.



Yg halal adalah menerima perbedaan sudut pandang, dan yg haram adalah
membedakan perlakuan terhadap manusia karena sudut pandangnya berbeda,
atau sukunya berbeda, atau agamanya berbeda, atau jenis kelaminnya
berbeda, atau orientasi seksualnya berbeda. 



Tentu saja Bhinneka Tunggal Ika adalah sistem yg lebih oke dibandingkan
dengan sistem monotheistik yg dipraktekkan di Arab Saudi dimana
diskriminasi di segala bidang dipraktekkan. Kalau anda berpandangan
beda, atau agama anda beda, atau jenis kelamin anda wanita, atau
orientasi seksual anda homo, maka akan HALAL bagi anda untuk
didiskriminasi di Arab Saudi karena mereka disana tidak mengenal
Bhinneka Tunggal Ika. Mereka monotheistik sedangkan kita di Indonesia
politheistik sekaligus monotheistik.



Politheistik sekaligus monotheistik merupakan sistem yg relatif baru,
dimulai oleh Amerika Serikat yg menggunakan motto "E Pluribus Unum",
suatu ungkapan dalam Bahasa Latin yg artinya "berbeda-beda tetapi
satu", yaitu arti yg sama persis seperti dikandung oleh motto Bhinneka
Tunggal Ika dari RI.



Indonesia jelas lebih dekat dengan Amerika Serikat dibandingkan dengan
Arab Saudi. Kita menganut sistem politheistik dan monotheistik
sekaligus, sama seperti AS. Bahkan slogan Bhinneka Tunggal Ika yg kita
pakai merupakan tiruan langsung dari slogan E Pluribus Unum yg dipakai
oleh AS, walaupun ada juga mitos yg bilang bahwa slogan itu sudah ada
di Nusantara sejak jaman Majapahit. Garuda Pancasila yg kita pakai juga
merupakan tiruan langsung dari simbol negara AS, the American Bald
Eagle. 

 

The American Bald Eagle membawa slogan E Pluribus Unum di paruhnya.
Garuda Pancasila membawa Bhinneka Tunggal Ika di kakinya. Artinya sama
saja, berbeda-beda tapi satu, tanpa diskriminasi walaupun jalan ke arah
sana berlika-liku. Di AS masa lalu juga ada segala macam diskriminasi
berdasarkan SARA, tetapi mereka menghadapinya satu persatu, sampai
akhirnya Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS. 

 

Obama didukung oleh the Rainbow Coalition yg berasal dari segala macam
kelompok dalam masyarakat AS yg selama ini merasa terpinggirkan,
termasuk kelompok-kelompok sempalan agama, kulit berwarna, gays,
lesbians, segalanya. Obama is politheistik dalam arti mengakui bahwa
segala perbedaan itu sah adanya, dan wajib dilindungi, namanya
perlindungan HAM. Perlindungan HAM dan Rule of Law merupakan sisi
monotheistik dalam masyarakat majemuk di AS. 

 

HAM merupakan nilai yg dibela oleh E Pluribus Unum di AS dan harusnya
juga dibela oleh Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia. Presiden AS Barack
Obama pertama-kali belajar membaca dan menulis dalam sebuah sekolah
dasar Indonesia, dan kalau dia bisa mengapa kita tidak?



W = Dari posting mengenai love and happines, saya dialektik-kan kepada
Buddha saya baru mengerti juga bahwa love itu adalah sebuah magnet daya
tarik untuk menyeimbangkan matter/benda. Buddha mengajarkan no
kemelekatan, atau melepaskan segala ikatan, tapi di tengah hiruk pikuk
masyarakat yang terkena faham positivisme, ini terkesan individual dan
kurang realistis. Di sini baru saya sadari ilmunya Nabi Isa tentang
Love/Kasih, itu gunanya untuk menjaga relationship dan me-maintain
hubungan-hubungan termasuk benda-benda mati, karena love is energy
positive untuk menyeimbangkan energi negative/konflik.



L = Buddha dan Isa, atau Sidharta Gautama dan Yesus, ajaran mereka
memang mirip sekali. Kalau dilepaskan dari segala macam kemelekatan
terhadap institusi-insitusi agama, maka ajaran Buddha dan Yesus itu
sama, yaitu bahwa KESADARAN di diri setiap manusia merupakan bagian
dari kesadaran tunggal. Ada kesadaran di diri setiap manusia, di anda,
di saya, dan di diri siapa saja. Kita bisa masuk ke dalam kesadaran
kita dengan cara meditasi atau doa, masuknya tanpa kemelekatan dan
tanpa rasa bersalah yg merupakan produk dari segala macam conditionings
dalam masyarakat.

 

Masyarakat di masa Sidharta Gautama (2,500 tahun lalu) maupun di masa
Yesus (2,000 tahun lalu) tetap memiliki ciri sama dengan masyarakat
sekarang, yaitu adanya ajaran-ajaran masa lalu yg dibawa oleh agama dan
tradisi, yg bukannya membuat manusia menjadi lebih manusiawi, tetapi
malah semakin runyam. Kemelekatan terhadap status, materi, kenyamanan
dan sebagainya merupakan ciri yg ada di jaman Sidharta Gautama, dan
masih ada di jaman kita. Rasa bersalah karena tidak menikah dengan
lawan jenis merupakan ciri yg ada di masyarakat di masa Yesus, dan itu
masih ada di masyarakat kita. 

Tetapi Sidharta Gautama tahu bahwa KESADARAN di diri kita itu tetap
suci murni kalau saja kita mau melepaskan segala macam kemelekatan yg
merupakan conditionings dari budaya kita. Lepaskan saja segala
kemelekatan itu, dan rasakan kesadaran kita ternyata tetap satu dengan
kesadaran Buddha. Yesus tahu bahwa walaupun menikah dengan sesama jenis
ataupun tidak menikah dan kumpul kebo belaka dengan non muhrimnya, kita
ini tetap tidak berdosa. We are innocent to begin with, and remain
innocent. Makanya Yesus bilang bahwa segala dosa-dosa itu diampuni.
Lepaskanlah perasaan bersalah, dan rasakan bahwa kesadaran kita
ternyata tetap satu dengan kesadaran Bapa. Yesus menyebut Yehovah
Elohim sebagai Bapa. Sidharta Gautama menyebut kesadaran tinggi sebagai
Buddha. Dan setiap orang dari kita merupakan bagian dari Yehovah Elohim
atau Buddha yg cuma merupakan istilah-istilah saja. 

 

Intinya cuma satu, yaitu kesadaran tiap manusia itu tetap, ada karena
selalu ada. Segala macam manifestasi datang dan pergi, dan kesadaran
kita tetap. Ada politheisme juga di sini, yaitu pengakuan bahwa kita
bisa tercebur kesana kemari, bisa enjoy ini dan itu, dan semuanya itu
tidak salah. Tetapi, walaupun kita enjoy ini dan itu, kita juga tetap
SATU dengan yg namanya Buddha atawa Yehovah Elohim. We are guiltless,
kata Sidharta Gautama. You are sinless, kata Yesus. So?



W = Teori dialektika menyebutkan bahwa A tetap stabil berposisi
terhadap B karena ada dua gaya sekaligus yg seimbang, yaitu gaya tarik
dan gaya tolak. Disini konflik bisa saya labelkan sebagai gaya tolak
atau gaya menjauh, dan love/kasih digunakan untuk gaya mendekat/gaya
tarik.



L = Ya, itu benar. Sidharta Gautama mengajarkan Jalan Tengah, artinya
kita menyeimbangkan kiri dan kanan, atas dan bawah, depan dan belakang.
Kalau jahat jangan terlalu jahat, dan kalau baik jangan terlalu baik,
itu artinya di tengah. Yesus mengajarkan prinsip "I am the way, the
truth, and the life". Siapa the way? I am. Siapa the truth? I am. Siapa
the life? I am also. Dan I am yg disebut oleh Yesus tidak lain dan
tidak bukan adalah diri anda sendiri. Anda menunjuk kepada diri anda
dan bilang I am. Saya menunjuk kepada diri saya dan bilang I am. Semua
orang menunjuk kepada dirinya sendiri dan bilang I am. 

 

Karena I am, maka kita akan stabil, kita akan berada di tengah saja,
dan tidak pergi kemana-mana. Kita tidak akan pergi kepada ulama-ulama
itu dan minta diajari segala macam syariat which is useless karena yg
akan membawa kita kepada Yehovah Elohim alias Allah SWT cuma I am, diri
kita sendiri saja.

 

Sidharta Gautama yg menjadi Buddha Sakyamuni dan Yesus yg menjadi
Kristus merupakan dua orang manusia luar biasa yg membawa perubahan
cara berpikir ratusan juta manusia di masa lalu dan bahkan sampai
sekarang. So? 



W = Mungkin disitulah menariknya saya pahami bahwa seorang katholik
secara hukum agama tidak boleh bercerai karena cerai itu akibat gaya
tolak/konflik yang lebih tinggi dari jumlah gaya tarik/love/kasih.
Faham mereka, konflik harus diimbangi dengan melebarkan threshold
kasih/love, sehingga hubungan A dan B tetap stabil terjaga karena
adanya kasih. Kalau seorang katholik bercerai pasti nasehatnya karena
kasihnya yg kurang sehingga disarankan mengasah/memperlebar threshold
kasih terus menerus. Disini bisa saya gambarkan bahwa kasih memang
merupakan obat penawar konflik/daya tolak.



L = Saya sendiri merasa bahwa Gereja Katolik telah menginjak-injak HAM
manusia untuk menentukan hidupnya sendiri. Menikah dan bercerai
merupakan domain pribadi manusia, dan gereja tidak berhak untuk ikut
campur secara legal. Kalau mau memberikan saran, then it's ok, tetapi
kalau mau melarang maka itu sudah melanggar HAM. Di negara-negara
Barat, gereja sudah banyak ditinggalkan karena tidak bisa mengikuti
perkembangan jaman dimana manusia sudah bisa berpikir bagi dirinya
sendiri. Segala macam dogma atau ajaran yg tidak boleh dipertanyakan
mungkin ada gunanya di masa lalu ketika manusia masih hidup di
pedesaan, belum ada teknologi, belum ada internet, belum ada facebook.
Tetapi kemudian Gereja Katolik menjadi keterlaluan dalam mempraktekkan
Syariat Katolik. Yg menentang dibunuh, dibakar, di-ban,... dan banyak
sekali kezoliman seperti yg saat ini kita saksikan di negara Arab
tertentu. 



Saya selalu bilang bahwa agama-agama itu kelakuannya sama saja. Kita
harus STOP agama-agama itu melakukan pelecehan HAM. Kalau ada agama yg
masih petantang petenteng sebagai pembawa kebenaran, cara satu-satunya
mungkin adalah ditinggalkan saja. Tinggalkan saja. Segala pelarangan
itu cuma berlaku bagi mereka yg mau menundukkan diri di bawah
agama-agama. Kalau anda sudah bisa berpikir dan tidak mau lagi
mengikuti pembodohan massal dari agama-agama itu, apalagi dengan
mengatas-namakan Allah, maka anda BERHAK untuk meninggalkan agama,
tinggalkan saja.



Yg menikah atau tidak menikah itu anda dan bukan segala macam ulama,
pendeta, pastor, pedanda, bhikku, dan sebagainya. You have to think and
decide for yourself.



W = Kalau kita melatih love terus menerus maka sebenarnya kita
mempunyai kekuatan magnet tinggi,menurut saya, love yang tinggi hanya
bisa terasah dengan konflik-konflik yg semakin tinggi, ini cara pandang
hukum alam saja.



L = Ya, memang seperti itu. Saya sendiri selalu menyeimbangkan kiri dan
kanan ketika berbicara atau menulis. Untuk stay balanced, kita harus
seimbang. Seimbangkan saja. Kalau kita ke kiri terlalu banyak, maka
kita harus ke kanan dalam jarak yg sama, that's the way to stay
balanced.



W = Namun kadangkala kita memang kecapekan sendiri menyeimbangkan
relationship, atau menarik/ menjaga kestabilan posisi benda-benda di
sekitar kita dengan love/kasih. Ada kalanya kita gagal mempertahankan
kemelekatan dan kita terkena energy negative hasil dari kehilangan
benda/ matter/ hubungan. Mungkin disitulah saatnya menggunakan ilmu-nya
Buddha, bahwa apa yg ada di sekitar kita adalah kemelekatan dan tidak
pantas untuk dilekatkan secara abadi. Ada kalanya kita musti kehilangan
dan tidak bisa menariknya kembali.



L = Posisi "kehilangan" merupakan suatu ruang kosong yg akan terisi
kembali. Kalau anda tidak kehilangan, maka anda tidak akan bisa
memperoleh yg lebih sesuai untuk anda. Kalau anda sudah melangkah
terlalu "tinggi", maka segala sesuatu yg lebih "rendah" otomatis akan
terlepas dari kehidupan anda, betapapun anda berusaha untuk
mempertahankannya. Ini memang alamiah.



W = Jadi saya kira hidup seperti main bermain saja, bermain tarik
menarik dan tolak menolak/konflik dengan love/kasih, dan juga bermain
ala Buddha dengan no-mind-nya untuk menetralisir kegagalan tarik
menarik dan tolak menolaknya saja.



L = Shakespeare bilang: life what is it but a dream?



Leo

@ Komunitas Spiritual Indonesia 
<http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.



The
Great Seal dari Amerika Serikat darimana lambang negara RI meniru
habis. RI menyebut lambang negara sebagai Garuda Pancasila, yg kakinya
memegang slogan Bhinneka Tunggal Ika. The American Bald Eagle memegang
slogan E Pluribus Unum di paruhnya. Artinya sama, Bhinneka Tunggal Ika
= E Pluribus Unum.


      Get your new Email address!
Grab the Email name you&#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke