Reffleksi: Rupanya Pertamina msih jauh sekali untuk sembuh dari  penderitaan 
penyakit gulanya yang dikerumi semut marabunta.

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=4734

2009-02-13 
Bubarkan Badan Impor Pertamina



[JAKARTA] Sejumlah Anggota DPR meragukan peran badan impor, Integrated Supply 
Chain (ISC), yang dibentuk PT Pertamina (Persero), dapat berjalan dengan 
efektif dan efisien. Untuk itu mereka minta ISC dibubarkan.

Hal tersebut terungkap dalam rapat Panitia Hak Angket BBM DPR dengan agenda 
mendengar kesaksian mantan Dirut Pertamina Arie H Sumarno dan Senior Vice 
President ISC Pertamina Sudirman Said di Jakarta, Kamis (12/2).

Anggota Pansus BBM dari Fraksi BPD Nizar Dahlan mendesak Dirut Pertamina yang 
baru, Karen Agustiawan segera membubarkan ISC. Karena, selain tidak efisien 
juga melanggar UU No 5 Tahun 1999 tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha 
Tidak Sehat dan AD/ART Pertamina sendiri.

Karena kerugian negara yang diakibatkan oleh keberadaan ISC cukup besar, maka 
Nizar Dazhlan mendesak KPK dan BPK segera melakukan audit dan penyelidikan agar 
kasus itu tidak menguap begitu saja. 

Selain itu, Sudirman Said juga harus dicopot dari jabatan Ketua 
IRC.''Berdasarkan informasi yang masuk ke saya, biaya sewa konsultan asing 
(ISC) sebesar 15 juta dolar AS atau setara dengan Rp 140 Miliar. Ini jelas 
pemborosan dan merugikan negara,'' kata Nizar Dahlan .

Anggota Pansus lainnya, Drajat Wibowo juga meragukan kemampuan ISC menjadikan 
proses pengadaan Pertamina menjadi lebih efisien.

Menurut dia, ISC seperti pisau bermata dua, di satu sisi bisa mengakibatkan 
efisiensi, namun bisa pula kontra produktif. 

"Jika tidak dikelola dengan baik maka ISC bisa kemasukan virus yang merusak 
seluruh organ Pertamina. Selain itu, mekanisme cek dan balance juga harus 
berjalan dengan baik," katanya seperti dikutip Antara.

Bambang Wuryanto meragukan, kemampuan Sudirman sebagai pimpinan ISC, sebab 
bisnis minyak merupakan bisnis yang kompleks. Sedang Tjatur Sapto Edy 
mengatakan, seharusnya ISC tidak langsung berada di bawah Dirut, namun berada 
di bawah Dewan Direksi. "Kalau langsung di bawah Dirut, berarti sejajar dengan 
posisi direksi," katanya.


Belum Efisien

Di tempat terpisah, pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto juga menilai, ISC 
belum efektif. "Faktanya, besaran alpha Pertamina tahun 2009 masih tetap, 
tinggi sekitar 15 persen. Kalau telah efisiensi, maka mestinya alpha hanya 7-8 
persen dengan Pertamina sudah dapat margin yang wajar," katanya.

Menurut dia, ISC sebaiknya dibubarkan dan dikembalikan ke direktorat yang 
selama ini telah menangani dengan tentunya memperkuat pengawasannya. "Saya 
khawatir, ISC ini hanya akan melahirkan sarang-sarang KKN baru," kata Direktur 
Eksekutif ReforMiner tersebut.

Menangggapi hal itu, baik Ari maupun Sudirman membantah jika iSC berjalan tidak 
efektif. "Sejauh ini ISC terbukti membuat proses pengadaan bisa lebih efisien," 
ujar Ari.

Ia mengatakan, ISC didirikan dengan mengacu pada perusahaan migas besar seperti 
British Petroleum (BP).

Menurut Sudirman, ISC hanyalah pelayan bagi dua unit pengadaan, yakni 
pengolahan dan pemasaran. "Kami berbelanja sesuai keinginan unit pengolahan dan 
pemasaran," ujarnya. 

Kirim email ke