[zamanku] CSFTS : Renungan Situ Gintung

2009-04-02 Terurut Topik Verri DJ

Renungan Situ Gintung

Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas 
jalur Jalan Raya Ciputat Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. 
Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol 
Bintaro maupun Gerbang BSD.


Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah 
menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif 
dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah 
berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu 
- Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal 
menembus kemacetan jalur BSD.


Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ 
Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya 
belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak 
yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak 
sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal 
adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan 
memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa 
puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini 
banyak  anak yatim dan janda-janda baru.
Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu 
menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang 
dibawah permukaan tanah.


Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang 
dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik 
mempersiapkan kehidupan  dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum 
pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita 
harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak 
berdaya bila kematian datang?


Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian 
adalah bagian kehidupan,  sama seperti kelahiran!


Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan 
merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri 
ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya 
kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya 
harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak 
BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT.


Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com




[zamanku] CSFTS: Renungan Situ Gintung

2009-03-31 Terurut Topik Verri DJ

Renungan Situ Gintung

Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas 
jalur Jalan Raya Ciputat, Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. 
Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol 
Bintaro maupun Gerbang BSD.


Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah 
menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif 
dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah 
berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu 
- Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal 
menembus kemacetan jalur BSD.


Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ 
Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya 
belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak 
yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak 
sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal 
adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan 
memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa 
puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini 
banyak  anak yatim dan janda-janda baru.
Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu 
menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang 
dibawah permukaan tanah.


Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang 
dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik 
mempersiapkan kehidupan  dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum 
pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita 
harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak 
berdaya bila kematian datang?


Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian 
adalah bagian kehidupan,  sama seperti kelahiran!


Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan 
merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri 
ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya 
kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya 
harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak 
BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT, jadi renungan saya hentikan.


Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com