[zamanku] CSFTS : Renungan Situ Gintung
Renungan Situ Gintung Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas jalur Jalan Raya Ciputat Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol Bintaro maupun Gerbang BSD. Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu - Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal menembus kemacetan jalur BSD. Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini banyak anak yatim dan janda-janda baru. Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang dibawah permukaan tanah. Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik mempersiapkan kehidupan dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak berdaya bila kematian datang? Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian adalah bagian kehidupan, sama seperti kelahiran! Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT. Salam, http://ferrydjajaprana.multiply.com
[zamanku] CSFTS: Renungan Situ Gintung
Renungan Situ Gintung Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas jalur Jalan Raya Ciputat, Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol Bintaro maupun Gerbang BSD. Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu - Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal menembus kemacetan jalur BSD. Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini banyak anak yatim dan janda-janda baru. Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang dibawah permukaan tanah. Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik mempersiapkan kehidupan dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak berdaya bila kematian datang? Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian adalah bagian kehidupan, sama seperti kelahiran! Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT, jadi renungan saya hentikan. Salam, http://ferrydjajaprana.multiply.com