sumber: http://riyn.multiply.com/journal/item/40

 Tujuh keajaiban baru di dunia baru saja diumumkan pekan lalu. Terjadi
perubahan. Kepentingan bisnis diduga di balik itu. Kota kuno itu berwarna
merah muda bila terkena sinar matahari. Petra, kota peninggalan Romawi itu,
memang luar biasa. Jordan Times mencatat, dua bulan menjelang berakhirnya
tahun 2006, 56 ribu orang mengunjunginya, atau 25 persen lebih sedikit
dibanding tahun sebelumnya. Tapi segalanya berubah setelah Yayasan
New7Wonders pimpinan Bernard Weber mengumumkan Petra sebagai salah satu
tujuh keajaiban dunia, Senin pekan lalu. "Kami sangat bangga dan mendukung
penuh pilihan Petra sebagai peninggalan yang mengagumkan di Timur Tengah,"
ujar juru bicara yayasan terkait perusahaan Nissan Timur Tengah itu, Saleh
Jafar Ratu Rania Abdullah dari Yordania sangat senang dengan hasil
pengumuman itu. Saat pemilihan dia termasuk yang aktif menganjurkan agar
rakyat Yordania memilih Petra sebagai salah satu keajaiban dunia. Dari 11
juta suara yang diperoleh Petra, tujuh juta pemilih berasal dari Yordania.
Ada 100 juta orang di dunia yang mengakses situs ini. Menurut sejarah, dari
Petra inilah orang Arab Mekkah mengenal berhala-berhala, putri-putri tuhan
Lata, Uzza, dan Manat. Sekitar enam jam perjalanan dari ibu kota Yordania,
Amman, Petra terletak tak jauh dari Wadi (danau) Musa. Selain Petra, mereka
juga memilih Tembok Raksasa di Cina, Patung Yesus di Brasil, Machu Pichu di
Peru, Chichen Itza di Meksiko, Koloseum di Roma, dan Taj Mahal di India.



Sebenarnya ide menyusun ulang tujuh keajaiban dunia muncul dari Weber,
petualang asal Swiss pada 1999. Lebih dari 200 nama tempat muncul dari
usulan para juri yang terdiri atas arsitek terkemuka, termasuk bekas
pimpinan UNESCO, Federico Mayor. Jumlah tersebut diciutkan menjadi 77, lalu
dipersempit lagi hingga 21 tempat lewat sebuah pemungutan suara global
sepanjang 2006. Nah, "21 besar" inilah yang kemudian diadu lewat pemungutan
suara final melalui telepon, pesan pendek (SMS), dan klik internet sejak
Januari lalu. Pilihan persis model American Idol atau Indonesian Idol yang
sedang tren ini menyisihkan 14 kandidat, antara lain Masjid Hagia Sophia di
Turki, Masjid Alhambra di Spanyol, Kuil Angkor Wat di Kamboja, Patung
Liberty di AS, gedung opera Sydney di Australia, Kuil Kiyomizu di Jepang,
Katedral Basil dan gedung Kremlin di Rusia, Kapel Neuschwanstein di Jerman,
Timbuktu di Mali, serta Stonehenge di Inggris. Sabtu, tanggal yang istimewa
07-07-07, digunakan untuk mengumumkan hasil pilihan itu, yang mirip
penyerahan Piala Oscar, di Lisabon, Portugal.



Tapi setelah pengumuman yang disiarkan dan ditonton 1,6 miliar orang di
seluruh dunia itu, kritik bermunculan. Metodenya dianggap tidak valid,
bahkan daftar nama yang disodorkan para juri dinilai tak lepas dari unsur
subyektivitas. Padahal, UNESCO memiliki daftar 850 monumen yang disebut
situs peninggalan dunia. Ternyata, lembaga dunia itu tak dilibatkan dalam
proyek Weber itu. ''Tujuh Keajaiban Dunia yang baru itu hanyalah hasil dari
sebuah inisiatif pribadi. Ini takkan memberi kontribusi signifikan terhadap
pemeliharaan situs tersebut,'' demikian pernyataan resmi UNESCO. Tujuh
Keajaiban Dunia terhampar di wilayah Mediterania dan Timur Tengah, seperti
manuskrip Tujuh Keajaiban Dunia yang pertama kali ditulis pada abad ke-2
sebelum Masehi oleh petualang Yunani kuno, Antipater dari Sidon. Meliputi
Taman Gantung Babilonia, Patung Zeus di Olimpia, Kuil Artemis di Ephesus,
Makam Halicarnassus, Colossus dari Rhodes, dan Rumah Cahaya Pharos di
Alexandria. Pemerintah Indonesia termasuk pihak yang keberatan pada hasil
jajak pendapat tersebut. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam rapat
dengar pendapat di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, dua hari
setelah pengumuman, Senin pekan lalu, melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Drajat, menyatakan,
kriteria yang digunakan dalam penentuan daftar Tujuh Keajaiban Dunia yang
baru itu tidak jelas. ''Hasil polling itu hanyalah persepsi internasional
mengenai keajaiban dunia. Keajaiban dunia itu tidak sama dengan warisan
dunia. Borobudur masih masuk dalam warisan penting di dunia," katanya. Meski
begitu, menurut Hari, hasil dari jajak pendapat tersebut perlu menjadi
pelajaran bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi baru dalam politik
kebudayaan dan bisnis. Dengan adanya strategi yang bagus, dia berharap
kebudayaan yang ada di negeri ini tetap dapat terpelihara dan dikenal secara
luas.



Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengaku telah mendengar kabar
dikeluarkannya Candi Borobudur dari salah satu keajaiban dunia sejak tahun
lalu. Ia sempat minta klarifikasi kepada UNESCO. "Memang, pernah ada bekas
pegawai UNESCO yang membuat angket tentang mana saja di dunia ini yang bisa
menjadi keajaiban dunia. Hasilnya Borobudur bukan termasuk tujuh besar
keajaiban dunia," katanya. Namun, menurut Menteri Jero Wacik, cara penilaian
terhadap peninggalan dunia yang menjadi keajaiban dunia seharusnya tidak
dilakukan dengan cara seperti itu. "Di mata kami dan UNESCO, Borobudur tetap
salah satu keajaiban dunia. Angket bisa berubah, mana yang populer dan
tidak," ujarnya. Karena itu, Indonesia tetap optimistis untuk mempromosikan
Candi Borobudur dan candi-candi lainnya, seperti Prambanan dan Mendut.
"Sebab candi-candi itu adalah milik bangsa yang harus dibanggakan, "katanya.


Bukan hanya Indonesia yang tak mengakui jajak pendapat Weber, pejabat Mesir
marah dan tersinggung ketika Piramida Giza, satu-satunya keajaiban dari
Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih tersisa, dimasukkan sebagai salah satu
dari 21 kontestan. Kemarahan Mesir ini akhirnya membuat New7Wonders sebagai
organisasi penyelenggara kontes menarik Giza dari jajak pendapat dan
mengangkatnya sebagai kandidat kehormatan. Bukan cuma Mesir yang menolak
kontes ini. Vatikan menuding penyelenggara kontes dengan sengaja mengabaikan
monumen Kristen. Kepala Komisi Budaya dan Arkeologi Kepausan Vatikan Uskup
Agung Mauro Piacenza menyatakan tidak diikutsertakannya karya fresco
Michelangelo di Sistine Chapel, "Sangat mengejutkan. Tidak dapat dipahami
dan mencurigakan." Namun, semua kritik dan protes itu tak membuat Weber,
mundur. Petualang Swiss itu mengaku sulit bagi semua orang memilih hanya
tujuh monumen yang layak menjadi keajaiban dunia baru. "Semua proses
dilakukan secara demokratis lewat pemungutan suara terbanyak," kata Weber.
"Kecuali untuk memilih 21 finalis, yang dilakukan oleh dewan juri yang
dipimpin bekas Direktur Jenderal UNESCO Frederico Mayor Zaragoza lewat
kriteria keindahan, kompleksitas, nilai historis, hubungan kebudayaan, dan
makna arsitekturalnya."


Tujuh Keajaiban Dunia ternyata tak hanya dikeluarkan Weber, banyak versi
Tujuh Keajaiban Dunia lainnya.
Surat kabar Amerika, USA Today, misalnya, pada November tahun lalu
mengeluarkan daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Ketujuh tempat itu adalah Potala
Palace (Tibet), kota tua Yerusalem, kubah es (kutub), Monumen Nasional
Kelautan Papahanaumokuakea (Hawaii), reruntuhan Mayan (Mesoamerica), Great
Migration of Serengeti and Masai Mara (Tanzania dan Kenya), serta internet.
Munculnya daftar tujuh keajaiban dunia baru versi Weber diduga sarat dengan
urusan bisnis. Negeri tempat terdapat situs yang disebut itu akan diserbu
turis di seluruh dunia. Iklan kampanye, rute penerbangan, dan pendukung
bisnis wisata lainnya akan meningkat drastis. Weber tak banyak berharap. Dia
hanya mengharapkan situs Buddha yang dihancurkan Taliban di Bamiyan,
Afganistan, dibangun kembali dan dilindungi. (AFP, The Herald, Antara dan
Wikipedia) sumber : Majalah Tempo, edisi 16 Juli 2007

Kirim email ke