Habib yang ada kaitannya dengan kelompok Sayid sering disebut-sebut. Siapakah 
mereka?

Sumber:

http://www.eramuslim.com/ustadz/dll/7b10184825-siapakah-haba039ib-atau-habib-.htm




Assalamualaikum

Pak Ustadz saya mohon anda bisa memberikan penjelasan tentang gelar habib atau 
haba'ib.

1. Benarkah Haba'ib atau habib (Saripah = untuk wanita) itu merupakan keturunan 
Rasulullah seperti yang selama ini pernah saya dengar?

2. Masyarakat di daerah saya sangat mengkultuskan seorang haba'ib. Mereka 
menaruh hormat sekali pada orang yang bergelar haba'ib. Misalnya tidak boleh 
berbicara yang tidak baik, bahkan membantah pada haba'ib, nanti bisa kualat. 
Atau berebut mencium tangan atau memeluknya agar mendapatkan barokah.

3. Mereka juga percaya bahwa seorang habib itu telah dijamin surga oleh Allah 
SWT. Benarkah demikian?

Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih atas perhatian anda. Semoga Allah 
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Amin

Wassalamualaikum

Yana

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Dari semua informasi tentang habib yang anda sebutkan, yang sudah pasti salah 
dan batil adalah yang terakhir, yaitu kepastian bahwa setiap habib pasti masuk 
surga.

Kepercayaan ini batil dan sanat fatal kalau sampai dijadikan keyakinan. Karena 
dalam aqidah ahlusunnah wal jamaah, yang makshum dan pasti masuk surga hanya 
nabi dan rasul saja. Karena para nabi dan rasul mendapat wahyu dari Allah SWT 
serta penjagaan ilahiyah, yang akan menjadi pengonntrol apabila akan melakukan 
kesalahan.

Sedangkan keluarga nabi baik isteri beliau maupun anak dan menantunya tidak 
mendapat wahyu, maka tidak mendapatkan penjagaan ilahiyah. Maka mereka tidak 
makshum. Dan karena tidak makshum, maka tidak ada jaminan untuk masuk surga.

Kecuali Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yang secara pribadi, bukan anak 
keturunannya, telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW sebagai salah satu dari 10 
orang shahabat yang dib eri kabar gembira akan masuk surga.

Menghormati Ahlul Bait

Menghormati dan memuliakan ahlul bait, memang tidak salah bahkan diperintahkan 
oleh Al-Quran.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah 
laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, 
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah 
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan 
kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)

Namun yang menjadi masalah, siapakah yang dimaksud dengan ahlul bait? Apakah 
isteri-isteri nabi ataukah Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan anak keturunannya?

Kalau kita baca ayat di atas, lafadz ayat itu ditujukan kepada isteri-isteri 
nabi SAW. Mereka diminta untuk menetap di dalam rumah, tidak berhias, shalat, 
zakat dan mentaati Allah dan Rasul-Nya.

Lalu apakah para habaib itu termasuk ahlul bait? 

Ada sekian banyak versi jawaban. Ada yang membenarkan dan ada juga yang 
menolaknya.

Buat mereka yang membenarkan, maka para habaib dan syarifah itu kemudian 
diperlakukan sedemikian rupa, yang intinya ingin memberikan penghormatan. 
Bahkan terkadang sampai terlewat lalu mengklaim merekasebagai makshum dijamin 
masuk surga.

Kalau sekedar menghormati dalam arti mencium tangan dan memuliakannya dengan 
memberi hadiah, rasanya masih bisa ditolelir. Karena untuk budaya sebagian 
masyarakat tertentu, mencium tangan orang dimuliakan memang sering kita lihat. 
Lagian tidak ada nash yang melarang kita mencium tangan orang yang kita 
muliakan dan kita cintai.

Akan tetapi kalau sudah sampai mengkultuskan habaib dan syarifah, seolah-olah 
mereka itu tidak mungkin melakukan dosa dan pasti masuk surga, maka cara 
berpikir seperti ini sesat dan menyesatkan. Dan para habaib sendiri juga 
menentang cara berpikir seperti ini.

Habaib dan Betawi

Budaya memuliakan para habaib akan lebih terasa di kalangan betawi. Sampai 
bekas minum mereka pun dianggap ada keberkahkahannya. Bagaimana hal itu bisa 
terjadi?

Penyebabnya sederhana saja. Sejak dahulu orang betawi punya pola hidup yang 
agak berbeda dengan suku lain. Mereka sangat dekat dengan ajaran Islam dan para 
pengajar agama. Kebetulan di masa lalu, para pengajar agama adalah para habaib 
itu. Masjid Kwitang dan madrasah Jamiat Khair Tenabang adalah situs yang bisa 
disebut sebagai sumber pengajaran agama Islam bagi orang betawi. Dan keduanya 
dipimpin oleh para habaib.

Jadi ketika orang betawi mencium tangan habib bolak-balik, mereka sedang 
menghormati guru mereka. Karena berkat guru itulah mereka jadi kenal agama 
Islam. Dan ajaran menghormati guru memang sangat kuat dan lekat.

Pola pandang seperti ini sebenarnya sah-sah saja. Di mana-mana murid memang 
harus hormat dan memuliakan gurunya.

Yang jadi masalah adalah kesalah-kaprahan orang di zaman sekarang yang 
memandang semua habib pasti orang berilmu dan berhak menjadi guru. Yang benar 
adalah bahwa sebagian dari habaib itu memang ada yang punya ilmu agama yang 
luas dan mendalam, tetapi sebagian besarnya justru tidak pernah belajar agama. 
Mereka adalah orang bodoh yang tidak punya ilmu tapi mengandalkan kehabiban dan 
keawaman umat saja. Akibatnya, banyak umat yang terkecoh dengan masalah ini.

Maka bila seorang habib memang ahli dalam ilmu syariah, katakanlah doktor di 
bidang ilmu syariah, atau ilmu hadits, atau ilmu tafsir, punya karya yang 
banyak, wajar bila kita hormati beliau dan kita muliakan. Ekspresi rasa hormat 
pun tidak harus dengan cara-cara yang aneh, seperti minum dari gelas bekas 
minumnya. Atau mencium tangannya bolak-balik. Tapi hormatilah mereka 
sebagaimana umumnya kita menghormati para ustadz, guru dan ahli agama.

Habib di Wikipedia 


Kalau kita buka wikipedia, kita akan menemukan informasi bahwa Indonesia 
merupakan negeri muslim terbanyak yang terdapat habib yaitu sebanyak 2 juta, 
sedangkan yang masih hidup 1, 2 juta. Sementara di seluruh dunia tercatat 20 
juta habib (muhibbin) yang terbagi 114 marga.

Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib. Organisasi 
yang melakukan pencatatan para habib ini adalah ar-Rabithah yang semula 
berpusat di Hadramaut, tempat di mana 80 keluarga habib semula berhijrah dari 
kota Mekah.

Sekarang ar-Rabithah telah memindahkan pusat kegiatannya di Tanah Abang, 
Jakarta, karena Indonesia, negara yang terbanyak memiliki para habib. Salah 
satu di antara pengurusnya adalah Habib Rizik Syihab, pimpinan FPI (Front 
Pembela Islam).

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Sarwat, Lc




Kirim email ke