http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1925&ik=32
Diperkosa Kok Ngawet Pak ! Minggu 8 Maret 2009, Jam: 6:44:00 Andaikan Partai Karya Peduli Janda (PKPJ) bisa lolos KPU, Mbah Drono, 60, layak jadi ketua umumnya. Soalnya urusan perempuan nganggur, dia sensitip banget. Lihat ada janda tetangga mulus, langsung main tancep saja. Tapi ketika Tuning, 23, mengadu ke polisi Mbah Drono enteng saja menjawab: "Kalau diperkosa kok ngawet." Musim capres-capresan kini, kehadiran tokoh muda selalu dicari. Sebab dengan otak dan tenaga yang masih fresh, diharapkan presiden muda bisa menyelesaikan segala persoalan bangsa. Tapi tentu saja para capres usia kepala lima tak mau kalah. Katanya, usia muda bukan jaminan. Justru yang lebih tua cara berpikirnya sudah meneb (matang). Kalau boleh pinjam istilah pelawak Bagito: tampang boleh Pepabri, tapi pemikiran tetap Akabri. Dus karena itu, jangan apriori lah pada capres jompo. Mbah Drono dari Desa Sumbersari Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan (Jateng), termasuk lelaki tua yang bersemangat muda. Tapi jangan salah, bukan dalam urusan politik dan tata negara, melainkan dalam tata niaga asmara. Dengan kata lain, biar rambut di kepala sudah nyambel wijen (banyak uban), dia masih hobi soal wanita dengan segala kehangatannya. Pendek kata, Mbah Drono boleh dibilang: ora ngoman-omani sing nom (tak memberi kesempatan pada yang muda). Asal tahu saja, belakangan dia tengah mengincar janda Tuning yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Data-data fisiknya, standar rubrik inilah: betis mbunting padi, kulit putih bersih, bodi seksi dan rambut panjang. Mana kala melihat janda itu melintas depan rumahnya, otak Mbah Drono langsung ngeres. "Oh dik Tuning kamu layak "diputer-puter" macam tuning radio," kata si embah. Nggak tahu bagian apanya Tuning yang mau diputer-puter tersebut. Kalau dia ingat umur, mestinya kecantikan Tuning cukuplah buat penggganti vitamin A pada kedua matanya saja. Tapi Mbah Drono bukan begitu. Jika sudah naksir, ya harus dikejar-kejar biar sampai terjungkir. Karenanya, meskipun pipi mulai kempot gara-gara giginya berguguran, masih juga suka menggoda si Tuning. "Hallo cewek, godain embah dong!" begitu katanya. Lagaknya macam anak ABG dari Ibukota saja. Tentu saja Tuning sebel banget. Mentang-mentang dirinya janda, lalu dianggap perempuan gatel yang butuh gathel (baca: alat vital lelaki). Berulangkali dia memaki-maki Mbah Drono, tapi si embah bagaikan Begawan Durna naksir Srikandi atau Setyaboma, dia hanya tertawa saja. Semakin si janda nyap-nyap, semakin senang Mbah Drono menggoda. Katanya, perempuan macam Tuning ini termasuk yang jinak-jinak merpati, yang pada saatnya nanti akan nelur sendiri. Mbah Drono memang sudah ngebet banget, tapi Tuning susah ditaklukkan. Lama-lama habis kesabarannya. Pas rumah janda itu sepi, langsung saja diserbunya. Biar awalnya meronta-ronta, pada akhirnya Tuning bertekuk lutut dan berbuka paha juga untuk Mbah Drono. Nggak tahu kenapa, mungkin sudah dapat jamu rosa-rosa ala Mbah Maridjan, siang itu Tuning berhasil dilabraknya hingga dua ronde tanpa partai tambahan. Sungguh Nuning tidak nyaman akan ulah si kakek, sehingga dia langsung mengadu ke Polsek Karangrayung. Akibat laporan tersebut, Mbah Drono pun dikeler (diseret) ke kantor polisi. Tetapi dia hanya senyum-senyum saja. Dia sama sekali menolak bila dikenakan pasal perkosaan, sebab katanya semua terjadi mau sama mau. Bahkan Tuning sendiri yang ambil prakarsa. "Kalau saya perkosa, mongsok piyambake ngantos ngawet (masak kakinya melipat)," kata Mbah Drono memamerkan giginya yang ompong. Kalau ngawet di bibir, itu pertanda kesakitan, Mbah! (KR/Gunarso TS)